Sampai di depan pintu ruangan sastra ini, langsung membuatku malas untuk membersihkan ruangan dan lain-lain yang ada di dalamnya. Dengan Sigap Yara membuka pintu. Ruangan pun terbuka, penuh Debu dan penuh jaring laba-laba yang menggantung di atap. Di atas meja itu terdapat sebuah kertas bertuliskan "Tolong jaga klub ini dengan hati dan tekad." Yara yang membacanya Sedikit keras membuatku mendengarnya. Surat itu sepertinya ditinggalkan oleh alumni 2 tahun lalu setelah kelulusan.
"Kalau begitu tolong bantu aku membersihkan ruangan ini, kau cukup angkat kardus-kardus dan mengumpulkannya di dekat tembok. Debu dan lainnya akan aku urus." Yara yang sudah siap memegang sapu.
"Oh, oke. " Akupun langsung mengambil kardus-kardus yang mungkin berisi buku itu didekat tembok untuk dikumpulkan.
Kami membersihkan ruangan ini sekitar hampir satu setengah jam. Tak ada yang berbicara satu sama lain, bahkan menatap pun aku malas dan tidak berani. Setelah selesai, mungkin ini tidak terlalu bersih tapi sudah cukup layak untuk ditempati sebagai ruang Club. Saat itu jam di ruangan sastra mati, dan saat aku melihatnya Yara pun melihatnya. Aku yang jarang membawa jam membuatku tak tahu waktu hari ini, tapi dengan mudah bisa diperkirakan jika kamu melihat langit sore. Ya mungkin sekarang sekitar jam 5:30 menurutku.
"Sepertinya segini dulu, Terimakasih telah membantu. Aku mau pulang terlebih dahulu dan sepertinya hampir maghrib. Kalau begitu permisi." Ucap Yara yang meninggalkanku setelah merapikan tasnya, akupun mengambil tasku. Siapa juga yang ingin di ruangan ini sampai magrib tiba.
"Sama-sama." Ucapku datar.
Setelah menunggu sekitar 1 menit, akhirnya suara langkah kakinya hilang Dan setelah itu aku pun memutuskan untuk langsung pulang. Pergi ke luar sekolah yang seperti biasa suasana kota yang sangat ramai ditemani jutaan suara klakson dan lampu cahaya motor dan mobil. Aku memesan ojek online karena angkot yang sudah jarang.
Sampai dirumah, tepat didepan gerbang kecil rumah ini. Rumahku sedang, rumah masyarakat menengah keatas. Dengan dua lantai, rumah ini cukup untuk ditinggali 1 keluarga dengan 4 orang penghuni.
Orang tuaku adalah pekerja keras, mereka hanya pulang satu bulan sekali untuk mengecek keadaan kami berdua. Orang tua yang baik menurut ku, dengan kerja keras mereka aku bisa seperti ini. Tujuanku secepatnya adalah agar tidak menjadi beban mereka berdua lagi. Sebenarnya aku tidak mengerti perasaan apa yang membuat mereka mau mengurus diriku ini.
**
Pagi ini di kelas terasa dingin, pasti karna angin yang berhembus disamping ku dan masuk melalui celah-celah udara diatas jendela. Guru bahasa yang menjelaskan materi secara panjang dan rinci ini membuat suasana kelas menjadi semakin dingin. Aku tak akan mau menulis semua materi yang ada dipapan tulis jika terpaksa, ini seperti menulis sebuah salinan dari buku aslinya. Kenapa tidak kau jual atau berikan saja buku setebal kamus itu kepada seluruh murid.
Dalam menunggu, aku hanya menyukai bagian akhir dan kadang tahap nya. Setelah pelajaran bahasa, akan ada bel istirahat, guru bahasa Indonesia itu pun keluar dengan membawa buku besar itu.
"Arla." Ucap Yara yang sudah berdiri didepanku saat aku hendak tidur di mejaku sendiri.
"Oh maaf, ada apa?"
"Bisa kau bantu aku mencari anggota untuk klub sastra hari ini?" Tanya Yara seraya menunjukan poster klub sastra ditangannya.
"Tentu, terus bagaimana kita mencari anggotanya?" Aku yang perlahan bangun dari kantuk yang memelukku.
"Kita pasang poster klub sastra ini di mading, tapi sebelum itu kita harus meminta izin ke OSIS untuk pemasangan nya."
"Baik aku akan membantu."
Perasaanku salah atau tidak, aku merasa Yara tersenyum semangat dibalik wajah datarnya itu. Kami berdua pergi menuju ruang OSIS. Disekolah yang besar seperti ini, pasti banyak murid yang akan tertarik pada klub-klub seru, apalagi setelah melihat daftar klub yang bisa kau masuki, yaitu sekitar 50 klub disekolah ini. Tapi aku tidak terlalu yakin dengan klub sastra.
Lorong utama ditengah sekolah yang benar-benar luas, dengan banyak sekali poster-poster yang tertempel dimading sekolah yang ada hampir disetiap tembok dilorong ini.
Mungkin banyak yang heran, kenapa sekolah dengan spp rendah mau memberikan banyak keuntungan pada muridnya. Ini bahkan bisa merugikan sekolah dalam sudut pandang dan pemikiran pendek. Tapi aku yakin, sekolah tak akan mau merugikan banyak pihak tanpa keuntungan yang jelas. Mungkin keuntungan yang bisa didapat sekolah adalah muridnya?
Setelah sampai didepan ruang OSIS. Yara pun masuk dengan ucapan permisi dan aku dibelakang nya, saat masuk kami berdua langsung disambut oleh seorang gadis yang lagi-lagi berkacamata.
"Ada perlu apa?" Tanya perempuan itu yang sepertinya sekretaris OSIS.
"Kami ingin memasang poster klub sastra dimading utama sekolah." Yara yang kali ini terlihat semangat, menunjukkan poster itu.
"Hmmm, kalau begitu duduk dulu disini."
Kami berdua duduk diruangan OSIS yang luas nya sama dengan kelas kami. Suasana diruangan ini lumayan ramai, banyak murid yang sepertinya memiliki keperluan dengan OSIS.
"Bagaimana? Apakah bisa disetujui." Tanya Yara yang terlihat tidak sabar.
"Iya, poster ini boleh dipasang di mading sekolah. Tapi sebelum itu baca dulu prosedur pemasangan poster, jangan main asal pasang aja." Jelas Sini, namanya yang tertera di seragamnya.
"Baik, terimakasih. Terus kapan kami bisa memasangnya?" tanya Yara.
"Sekarang juga bisa. Sebentar aku ambil kunci untuk madingnya." Sini yang kebelakang mengambil kunci itu ke pojok ruangan di dinding yang penuh dengan jejeran kunci yang tergantung dengan nama dibawahnya.
Tiba-tiba Yara menatapku serius, sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu seperti kau tidak berguna! Atau perkataan yang menghina lainya.
"Ayo, aku akan bantu pasang." Ucap Sini tersenyum.
"Baik." Ucap Yara.
Setelah menatapku tajam, Yara berdiri dan mengikuti Sini keluar menuju ke mading utama.
**
Didepan mading utama yang berjejer dari lorong keluar sekolah sampai kekelas 11 B yang berada dibawah.
Setelah membuka kunci mading geser kaca ini, Sini meminta poster Klub kami untuk dipasang.
"Mana posternya?" l
"Ini." Serah Yara.
"Kalau begitu aku bantu." Aku yang sudah membawa plester dan lem ditanganku.
"Terimakasih." .
Sini, nama yang unik, seperti sesuatu yang menarik perhatian. Kami memasang poster ini disetiap mading yang ada, diantara banyaknya poster yang tertempel disana, poster kami hanya dapat bagian dipojok untuk tempatnya.
"Terimakasih kak Sini." Yara yang kini sudah didepan ruang OSIS.
"Sama-sama, kalau begitu sampai nanti lagi." .
"Iya kak." Yara tersenyum.
Aku hanya diam disini tanpa berkata apapun, ini sedikit aneh. Setelah melihatku, Yara mengatakan ayo! Mungkin dia mengajakku keruang klub lagi untuk menunggu anggota klub yang akan datang.