Chereads / The lost power / Chapter 2 - math

Chapter 2 - math

"Hei fiaa" seru Leona, "tumben cepet baliknya?" Tanyaku. "Kan cuma liat semuanya fi, udah siap apa belom buat acaranya" mana mungkin begitu, "yaudah gue ngecek proposal dlu ya" dia mengangguk dan tersenyum kepadaku.

"Lu kesambet ya na?" Aku tidak jadi mengecek proposal nya dan malah fokus pada Nana, "huh? Cuma senyum aja pengen hehe" ujarnya menyakinkan.

"Heleh! Pasti ada apa - apa, jujur aja deh" aku mulai merasakan ada sesuatu yang dia tutupi, "bener deh fi masa gue senyum aja gak boleh" bruh! Klo ngeles bagus banget.

"Pasti ada cowo yang Lo suka tapi dia suka orang laen kan?" Ya ini hanya opini gue karena dia sering curhat akhir - akhir ini kalo cintanya bertepuk sebelah tangan.

"Heh? Kok lu tau sih!" Astaga dia amnesia? Dasar, "haha tau lah" sombong dikit gpp kan? Haha.

"Aku mau nanya fi.. tapi jawab jujur ya" njay kenapa jadi serius, "tanya aja sih" aku memasang wajah penasaran. "Misal ada cowo yang lu suka malah suka Ama sahabat sendiri gimana?" Eh? Sahabat yang mana nih, atau jangan - jangan gue? Njir.

"Tergantung sih na, tapi klo gue jadi lu pasti gue lepas karena cinta itu gak harus memiliki hehe" aku pinter banget ceramahi orang, "bener tuh kata fia!" Celetuk Arlo.

"Haha lu sok banget si ceramahin Nana" Lia malah tertawa, "yaelah kan gue cuma ngasi saran, tapi tetep aja dia sendiri yang harus mutusin kedepannya gimana kan?" Para psikolog selalu bilang seperti itu.

"Memangnya kamu suka sama siapa sih na" ujar ku, "eh- kok aku sih? Bukan gue kali, tapi gue abis liat story temen yang kek gitu mangkannya nanya" klo boong mukanya gk bisa dikondisikan.

"Boong lu ketauan kali" seru lia dan aku mengangguk, "klo misal orang itu gue atau Lia, maafin kami ya" aku menengahi. "Heh? Bukan astagaa" tapi dia memasang wajah lega, "aku tidak tahu kalau kau menyukai seseorang disini na, apa jangan - jangan kau suka sama ra-" Bu Ningsih datang disaat yang bersamaan.

"Selamat pagi anak - anak! Pr yang kemarin silahkan dikumpulkan.

hari ini ibu akan memberikan kalian tugas baru yang mana soal ini sangat susah dikerjakan pada Unas tahun lalu"

"Kalian udah belom nyalinya?" Mereka menggeleng serempak, "aku kasi waktu lima menit tapi lebih cepet ya nyalinya" mereka mengangguk.

"Bu maaf apakah saya boleh bertanya?" Ujarku, "tentu fia.. ada apa?" Sambutan hangat darinya. "Apakah saya bisa mendapatkan soal paling susah yang pernah ibu tau? Karena ada rumor yang bilang bahwa ibu suka mengoleksi soal yang susah" haha itu hal yang aku karang sendiri.

"Bagaimana kamu tahu?" Eh benar ternyata? Astaga, "eh saya hanya-" belum selesai kalimat ku dan langsung dipotong oleh Yani.

"fia kan anak terpintar disini Bu, jadi dia sekarang sedang menantang anda" dia ini cari mati ya? "Bu- bukan seperti itu Bu" sial! Aku jadi tidak enak dengan Bu ningsih, "saya juga mau kalau diperbolehkan mencoba soal yang susah Bu, karena sebenarnya fia dan saya sudah tau kalau anda suka memberikan soal yang susah tapi jawabannya menjebak.

Atau kalau bisa dibilang satu soal tapi mempunyai dua jawaban, apa itu benar?" Astaga fanny penyelamat ku, "haha begitu ternyata, tentu saja kalian boleh mencoba atau satu kelas pun kalau mau saya akan berikan sekarang" astaga orang ini langsung bersemangat.

"Cukup kami saja hehe" aku menengahi, "oh baiklah" dia menulis soal dipapan" aku sedikit lega dan menatap fanny dengan tatapan terimakasih.

"Hei fia! makasih dah ngasih waktu, gue dah selesai hehe" seru lia pelan, "syukurlah" balasku. "Kebiasaan kalian ini, klo menyalin harusnya dari kemaren hadeh" celetuk Leona, "hehe maaf gue lupa kemaren" Lia jadi tidak enak tapi sebaliknya Arlo sudah terlelap dari tadi.

"Sudahlah ini kan cuma tugas" ucapku santai, "baiklah kalian berdua silahkan kerjakan tugas didepan" waw itu soal yang punya dua jawaban.

Soal:

1+4 = 5

2+5 = 12

3+6 = 21

8+11 =?

"Jawabannya 40 Bu" seru fanny, "heh?" Bu ningsih membuat muka senang tapi aku tau soal ini punya dua jawaban.

"40 tidak salah tapi bisa juga jawabannya 96" ujarku lantang, "kau benar fia, aku gegabah ternyata haha" dia tersenyum. "Kok bisa begitu Bu?" Seru Yani, "Ya diitung lah bego" Leona membalas.

"Haha" suara tertawa dari semua anak kelas, "maksud saya caranya bagaimana, dan kalian memangnya tau? Dasar bisanya cuma tertawa saja" hm Yani benar! Aku lupa memberitahu caranya.

"Kau tulis cara yang hasilnya 40 dan biarkan aku yang menulis yang 96" dia langsung mengangguk, "temanmu akan menuliskannya dan kalian perhatikan ya, jika kalian tidak paham! Berarti masa sd kalian hanya dibuang untuk bermalas - malasan" aura Bu Ningsih seram sekali.

"Semua pasti setuju bahwa 1 + 4 = 5. Untuk menjawab soal ini dibutuhkan trik." Suara Fanny membuat semua orang memperhatikannya.

"Saat pindah ke baris berikutnya, kita menemukan 2 + 5. Lalu tambahkan hasil persamaan itu dengan 5 yang didapat di baris pertama, maka jawabannya adalah 12" dia menjelaskan dengan baik, dan cara hitungnya masuk akal.

"Pada baris selanjutnya, kita menemukan masalah yang sama. Tambahkan hasil persamaan itu dengan 12 di baris sebelumnya. Maka kalian mendapatkan angka 21." Aku tidak menyangka semuanya terkejut dan sepertinya paham.

"Terakhir, 8 ditambah 11 hasilnya 19. Tambahkan 19 itu dengan angka sebelumnya, 21, maka Anda mendapatkan 40" aku bertepuk tangan dan semua mengikuti.

"Lalu kenapa hasil barisan pertama tidak 6" seru Yani, "itu soalnya Yani, mau hasilnya berapa ya terserah yang buat" fanny membalas dan membuatnya bungkam.

"Jangan bertanya hal yang lucu deh" ya fanny akan sensitif jika berurusan dengan pendapatnya di semua mata pelajaran, "baiklah Fanny silahkan duduk dan fia silahkan kamu jabarkan jawabanmu" Bu Ningsih menengahi.

"Baik Bu" aku segera menulis jawaban dan menjabarkannya, "Jika kita bisa menjawab dengan cara yang sedikit berbeda, kamu dapat menghitung persamaan secara berbeda" ujarku untuk membuat mereka fokus padaku.

"Kita sebenarnya bisa mengalikan angka kedua dengan angka pertama saat kamu menambahkannya." Semua mengernyitkan dahi karena bingung.

"Baiklah kita Misalkan 1 + 4 = 5, tapi bisa dihitung dengan cara 1 + (1x4)." Semua langsung kaget dengan caraku.

"Pada baris kedua, 2 + (2x5) = 12. Begitu pula dengan 3 + (3x6) = 21." Aku tersenyum sejenak dan berhenti agar mereka bisa mencerna kalimatku.

"Nah Ketika sampai pada persamaan keempat, kita menambahkan 8 dengan (8 x 11). Lalu kamu akan mendapatkan jawaban 96." Sontak mereka kaget dan memberiku tepuk tangan, "astaga bisa begitu ternyata" seru salah satu murid.

"Anjay dua duanya sama sama rumit tapi baru tau kalau ada soal yang dua jawaban" semuanya saling bersahutan, "lalu yang benar yang mana Bu?" Seru Kamal.

"Semua nya benar, tidak ada yang salah dan itu bisa dijadikan referensi kalau setiap pandangan manusia terhadap suatu hal itu tidak harus sama.

Dan kita juga tidak bisa menjudge siapa yang salah atau benar karena bisa jadi semua benar ataupun sebaliknya." Bu Ningsih benar, "lalu nanti kalau ujian nasional apa soalnya seperti itu juga?" Dia bertanya lagi.

"Untuk itu saya tidak tahu" semua hening,

"haha tentu saja tidak ada jawaban kembar di Unas karena pengecekan kan melalui komputer" ujarku ditengah keheningan.

"Kemungkinan bisa fia" Parman takut tentang hal ini, "kalau memang ada berarti pengecekan atau rekapan nilai akan dilakukan manual dan itu akan memakan banyak waktu!

Lagi pula di era modern seperti ini yang harus nya kau takutkan bukan soal dengan jawaban ganda tapi pensil saat menjawabnya" semua sepertinya tidak paham, "maksudmu?" Leona juga tidak paham.

"Kalau kita kurang tebal memberikan coretan pada kertas nanti maka jawaban kita tidak akan terdeteksi dan itu berarti kalian kehilangan point didalam nilai."

"tapi sepertinya ujian di kertas hanya berlaku untuk uas besok saja " ujarku yang membenahi kalimat sebelumnya.

"Yang dikatakan fia benar besok kita akan melakukan ujian sekolah atau Unas menggunakan komputer sekolah jadi ujian dikertas hanya dilakukan untuk uas dan uts saja" sesuai dugaan.

"Permisi Bu, kak fia dipanggil Bu indah katanya disuruh ke ruang guru" seru adek kelas random.

"Baiklah, fia silahkan keluar" astaga aku lupa kita harus kelapangan, "na semua dah siap kan tadi? Tolong untuk anak - anak nanti suruh langsung ngelakuin tugasnya aja ya" Dia mengangguk.

-di ruang guru

"Semua murid tolong digilir kelapangan ya fia, dan para osis harus segera mengisi tempat nya masing - masing" seru guru bk sekaligus guru yang bertanggung jawab atas kegiatan osis.

"Baik Bu" aku segera ke mic yang terhubung keseluruh kelas, "assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera bagi kita semua, Om Swastyastu , Shalom, Namo Buddhaya, dan Salam Kebajikan.

maaf untuk bapak/ibu yang berada dikelas untuk meminta waktunya sebentar, Untuk seluruh siswa sekarang bisa menuju ke lapangan dan para osis segera menuju ruang bk, demikian yang saya sampaikan untuk perhatiannya saya ucapkan terimakasih."

Astaga aku harus menyambut para tamu dari sekolah lain! Terutama ketua osisnya.

"Selamat datang di smp negri satu, perkenalkan nama saya Alifia Chelsea" semua orang yang lewat selalu memandangi kami bertiga, "nama saya Sabila tolani dan saya ketua osis smp tiga salam kenal" oh tinggi juga orang ini, kalau betul dugaan ku tentang sekolah ini terkenal karena eskul tombak.

Kebetulan para ketua osis masing - masing smp berkumpul di depan ruang guru dan sepertinya tugas dari osis yang lain sudah terlaksana dengan baik.

"Saya ardiva Kamila dari smp dua, mohon bantuannya" kesan yang bagus! Dan kalau tidak salah smp dua tempat dimana orang - orang pintar berkumpul, "ma- maaf!" Dia habis lari? Kenapa nafasnya begitu.

"Aku terlambat ya?" Aku segera tersenyum, "tidak hehe" kami belum pernah bertemu secara langsung tapi aura kami saling bertabrakan karena saling dominan.

"Perkenalkan nama ku Ajeng Tiara, ketua osis smp empat" sekolah itu terkenal karena prestasi nya di ekskul masak.

Bersambung~