Chereads / psychopath diary / Chapter 22 - Casandra

Chapter 22 - Casandra

pagi harinya kita akan bersiap untuk pulang. Aku mengajak Bear mandi setelah ia selesai merapikan barang-barang kami. sepertinya aku tidak ingin pergi dari pondok mungil ini. aku ingin tinggal disini bersama Bear. Ku harap bisa.

Setelah selesai membersihkan diri cukup lama, karena Bear ingin dilayani dulu. Kami segera menuju kota, karena tiba-tiba cuaca cerah berubah menjadi mendung. Tepat saat kami sampai di kota hujan turun dengan lebatnya, bahkan petir juga ikutbdatang bersamanya, membuatku benar-benar bosan.

Kami sampai di rumah, Aku segera pergi ke lantai dua, sedangkan Bear memasukkan barang kami kerumah, aku benar-benar seperti jadi manusia, bukan jadi boneka baru lebih tepatnya. Aku segera menuju galery aku merindukan teman-temanku. karena hujan aku akn bermain dengan kalian.

Casandra sudah lama aku tak bermain denganmu sekk ada Bear. aku hanya membawa tasku saja. tubuhnya masih utuh, aku hanya mengulitinya, dan kepalanya adalah tempat untuk menyimpan topengnya.

Baiklah aku akan bercerita tentang Casandra hari ini. ditemani Bear yang sudah menyelesaikan tugasnya di bawah. Dengarkan ceritaku.....

Aku bertemu dengan seorang Gadis remaja di sekolah namanya Casandra saat umur kami menginjak 14tahun, itu saat-saat menyenangkan karena masih ada papa. Kami sering bermain bersama, dia tak memiliki orang tua sama seperti Gadis, ia hanya tinggal dengan paman bibinya yang menganggapnya seperti anaknya sendiri, itu yang kulihat saat pertama mampir kerumahnya. Dia gadis yang baik, hanya sedang sial memiliki sahabat sepertiku dan berakhir seperti ini.

Kami seperti saudara yang tak terpisahkan saat itu, hampir setiap hari kami bersama, sampai akhirnya kita lulus sekolah menengah pertama, dan kami masuk di sekolah menengah atas, ini awal bencana. Kami masuk disekolah yang sama, hanya berbeda kelas. semenjak ayah menghilang aku jadi anak yang berbeda, aku mulai menjauhi teman-temanku. Aku mulai merasa sendiri sekarang, seakan tak ada orang yang peduli pada ku. tak hanya sikapku yang berubah, penampilanku juga ikut berubah, aku selalu terlihat kusut dibalik hodie hitamku, selalu banyak lebam dan luka baru yang terlihat, membuatku terlihat begitu menggenaskan di mata teman-temanku. Aku mulai tak menyukai belajar, dan nilai ku menurun drastis.

Mama selalu menyiksaku setiap hari tanpa kutahu apa kesalahanku. aku hanya menerimanya dengan diam, dan kemudian pergi tidur dengan luka menganga dengan darahnya yang akan membekas di ranjangku pagi harinya. mama akan melakukan kepadaku seriap malam setelah merasa lega dia akan melepaskanku. ia akan menyiksaku di rung bawah tanah.

Casandra juga menjadi terasa jauh, karena ia terlalu sibuk dengan teman-teman barunya yang membuatnya menjadi populer karena masuk dengan geng anak-anak cheerleaders, ya dia mengikuti ekstra kulikuler itu, aku akui dia memang cantik, aku juga hanya saja aku lebih terlihat tak terus seperti boneka rusak saat itu, sungguh berbanding terbalik keadaan kami saat itu. Kita masih pulang bersama kadang-kadang, jika ia ingat padaku tentunya dan tidak sibuk dengan teman-temannya, ia mulai tak peduli padaku. ia lebih sering membanggakan teman-teman barunya yang menurutnya sangat baik, itu membuatku iri. Apa aku kurang baik buatmu Casandra? sampai kau tak peduli padaku? sejak saat itu aku mulai memiliki rasa posesif kepadanya, aku tak suka setiap ia bercerita tentang dirinya dan teman-teman populernya itu.

Aku mulai menempel padanya, karena aku tak mau kehilangan satu-satunya orang yang kumiliki yang sialnya juga mulai melupakanku. awalnya ia biasa saja dengan kehadiranku, mungkin menurutnya aku akan bisa berbaur juga dengan teman-temannya, tapi lama-lama dia seperti mulai tak nyaman berdekatan denganku, apalagi setelah beredar gosip bahwa kita adalah pasangan lesbian, dan membuat pria yang dulu mendekatinya menjadi menjauh. Aku sudah berusaha memberitahu dia bahwa ini ulah salah satu temannya di cheers yang aku yakin dia iri dengan kedekatan kami, tapi sepertinya Casandra lebih percaya teman barunya ketimbang aku itu membuatku marah terlebih sekarang ia juga ikut membullyku bersama teman-temannya.

Kami mulai tak bertegur sapa setelah itu. setiap kami berpapasan ia seperti sengaja tak menyapaku. seperti mainan yang sudah rusak dia mulai membuangku. Namun suatu hari ia pergi ke rumahku dengan menangis, ternyata dia masih membutuhkan ku, itu yang kurasakan. Ia bercerita panjang lebar tentang masalahnya kepadaku dan aku mendengarkan dengan senang hati. Ia bahkan kembali peduli padaku saat tahu banyak bekas luka di tubuhku ia segera menanyakannya, tapi aku rasa tak perlu menceritakannya. Aku hanya senang melihatnya kembali padaku. Dia juga sempat minta maaf padaku karena sempat membullyku.

Ia tiba-tiba memberi syarat padaku jika masih mau menjadi sahabatnya, ia mengatakan jika disekolah kami harus pura-pura tetap tak saling sapa, alasannya karena ia tak mau imagenya tercoreng lagi seperti gosipnya dulu. Aku menyetujuinya, aku merasa senang menjadi teman rahasianya. Di sekolah kami memang tak bertegur sapa, tapi aku selalu memperhatikan dia dari jauh selama ia tak menyadarinya tak akan masalah, toh aku tak mengganggunya, aku mengikuti kemanapun ia dan teman-temannya pergi.

Malam itu ia datang kerumahku setelah aku selesai di pukuli mama, ia begitu ketakutan bukan karena melihat keadaanku, tapi karena pamannya ia bercerita panjang lebar setelah aku menyuruhnya masuk ke kamarku. aku belum memiliki galery saat itu. Ia menceritakan jika tiap malam pamannya mulai berani melecehkannya dan membuatnya takut, ia tak berani tidur di rumah. Mendengar ceritanya entah kenapa hatiku terasa sangat sakit dan penuh emosi itu pertama kali monster dalam tubuhku bangkit. seakan aku tak mau jika temanku kenapa-kenapa awalnya itu yang kupikirkan, Aku mengajaknya pulang dan akan menginap untuk menjaganya. Aku hanya tak mau mama marah karena temanku menginap, aku takut mama akan berbuat macam-macam padanya.

Akhirnya aku menginap di rumah Casandra malam itu, dan benar saja walaupun aku disana pamannya masih berani melecehkannya, aku yang terbangun mengetahui ulah pamannya membuat si paman terkejut, lalu tanpa pikir panjang aku langsung melukai tangan paman Casandra dengan pisau buah yang berada diatas nakas saat itu. aku menghujamkan pisau itu ke tangan dan mata paman, membuat pamannya tersungkur dengan banyak darah, ada gejolak aneh dalam tubuhku, rasa yang ku tahan selama ini seperti keluar, aku merasa puas setelah melakukan ini. Aku ingin melakukannya lagi, lalu aku hujamkan lagi pisau buah itu kearah tubuh paman Casandra yang tersungkur. saat itu aku tak tahu jika Casandra melihatku seperti orang gila dengan tubuh pamannya yang sudah tak berdaya. Ia berteriak dan membuat bibinya masuk ke kamarnya, bibi Casandra begitu terkejut saat masuk ke kamar, melihat suaminya tak bergerak berlumuran darah karena ulahku.

"Ini sudah malam saatnya tidur, esok akan ku ceritakan lagi tentang Casandra!"