"Terimakasih," cicit Eugene. Pandangannya mengarah ke sisi kanan daripada ke depan, menatap gadis berambut kecoklatan. Walau ingin, tetapi rasanya dia tak akan sanggup kalau kembali bertemu pandang dengan Michelle. Bisa-bisa dia khilaf dan malah berbuat bodoh.
"Sudah semestinya kau berterimakasih padaku, tapi aku sama sekali belum mendengar penjelasanmu. Kenapa kau lebih memilih menghubungi Casey?"
"Memangnya itu penting?" tanya Eugene, lebih terdengar seperti cibiran. "Lagipula, kita kan sudah tidak bersama. Kau pasti tak akan datang kalaupun aku minta secara langsung." Itu benar-benar sebuah cibiran.
Michelle masih tak merespon, wajahnya terlihat datar dan malas seperti biasa. Tetapi kemudian dia mengangkat tangan, dan menyentilkan jari tengah tepat di dahi Eugene.
'CTAAK!'
Bunyi yang kencang cukup menjelaskan seberapa keras kekuatan dari sentilan jari gadis itu.