"Ugh..."
Pagi ini diawali dengan lenguhan seorang gadis yang tengah mencoba bertumpu pada kaki berbalut perban. Michelle menggigit bibir bawahnya menahan rasa sakit. Ia hanya meringis sebagai pelampiasan ngilu yang ia rasakan.
Ia harus mulai membiasakan kakinya untuk tak terpaku pada tongkat kruk. Secepatnya ia harus mulai beraktifitas seperti biasa. Michelle tak ingin hanya berdiam diri didalam ruangan sempit ini tanpa melakukan apapun. Meski bukan berlibur seperti pelajar lain, setidaknya ia bisa berangkat kerja lagi. Hanya karena ia berteman dengan Casey, bukan berarti bisa dengan mudah menggampangkan urusan pekerjaan.
Bagi Michelle, ini tetap tanggung jawabnya sebagai karyawan. Meski gadis ikal itu sudah meyakinkan untuk tak terlalu memaksa tubuh Michelle yang belum bisa bergerak. Lagipula Casey lah yang membuat Michelle terluka seperti Ini. Michelle tak bisa menganggapnya sepadan. Casey terlalu berlebihan padanya, itu membuat Michelle tidak enak.
"Hah, sedikit lagi..."