Chereads / UNWANTED MARRIAGE / Chapter 29 - 28. Frustrasi.

Chapter 29 - 28. Frustrasi.

Clubbing Manila salah satu tempat paling dikagumi oleh para kaum adam, dan hawa. Lebih utama pengunjung yang datang itu orang Indonesia, bahkan selesai kerja, mereka mangkir salah satu clubbing untuk membuang penat satu hari penuh berada di posisi tempat duduk menatap dua layar komputer tanpa henti.

Rian berhenti tepat di mana dia berada sekarang, ya pasti mana lagi, Clubbing Valkyrie, meskipun baru jam berapa, tentu belum seramai itu. Biasa tempat Klub malam paling ramai di atas jam 10 malam atau 11 malam. Berhubung Rian tau orang yang akan dia cari ada di sana. Selain orang Rian cari memang suka foya-foya dan main sama wanita malam.

Rian masuk di sana, kemudian mulai melirik sekitar mencari sosok orang yang ingin dia temui. Para wanita di sana pun melirik arah di mana Rian berdiri sekarang. Mulai berjalan mendekatinya, tetapi Rian tidak tertarik saat ini. Dia lebih pentingkan adalah menemui orang itu. Waktu dia di kantor, kata temannya dia ada di klub ini. Jadi dengan cepat dia melesat, meskipun dia harus menghabiskan bensin beberapa liter. Entahlah Rian begitu sibuk mengurus urusan orang ini. Yang pasti Rian butuh informasi yang jelas. Jika memang benar orang itu melihat cewek saat dia akan berangkat kerja.

Rian menaiki anak tangga di sama dia menemukan orang yang ingin dia tanyakan. Cowok itu dikerumuni oleh beberapa wanita cantik. Rian pun melangkah arah itu, kemudian menyapa cowok itu, meskipun tidak terlalu kenal, yang pasti Rian tau benar siapa cowok ini. Beda kantor, bukan berarti harus musuh.

"Halo, Bro! Boleh gue gabung?" sapa Rian seakan dia akrab banget dengan cowok itu tengah menatapnya bingung.

"Oh! Boleh-boleh, silakan!" sambutnya ramah, Rian pun mendaratkan pantatnya di atas yang mewah itu. Di sana seorang wanita mendekatinya, dan menuangkan minuman kepada Rian. Rian menolak, tujuan untuk menemui cowok di sampingnya. Sementara cowok itu merasa kedatangan Rian ada maksudnya. Seolah cowok itu tau isi pikiran Rian, kemudian dia membisikkan sesuatu pada para wanitanya. Dalam hitungan detik, para wanita itu pun bubar tinggal dua cowok di sana. Rian sebaliknya melirik para wanita itu beranjak dari tempat ini.

"Elo datang ke sini bukan maksud untuk bersenang-senang bukan?" tanya cowok itu mengambil minuman dan di teguh hingga habis.

Rian pun menoleh, dan mulai membalas pertanyaan dari cowok itu, "Begitulah, sori kalau gue datang ke sini mengganggu kesenangan mu," jawabnya.

"Selow saja, Bro! Tujuan lo ke sini, ada masalah apa?" ucap cowok itu, kemudian mengalihkan topik pembahasan lain.

Rian menoleh kiri kanan, samping, depan, belakang melihat sikapnya, cowok itu pun terkekeh seolah Rian takut ada yang menguping percakapan mereka. "Tenang saja, tidak akan ada yang menguping percakapan kita. Di sini aman," kata cowok itu.

Diam sejenak, kemudian Rian pun menyalakan api ke rokoknya. Sekarang dia akan bertanya sesuatu sudah banyak sarang di sekitar otaknya itu. "Btw, elo tinggal di apartemen Overload, bukan? Apa lo kenal sama ini?" Rian mengeluarkan ponselnya dan sebuah foto yang sejak kapan dia punya foto seorang cewek berpose senyum sambil dua jari tangan arah wajahnya.

Cowok itu pun mengambil ponsel itu, kemudian melihat lebih dekat. Walaupun tertutup oleh tangan sendiri, dia pun mengembalikan pada Rian. "Kenapa?" tanyanya acuh tak acuh.

"Sori sekali lagi, kalau gue lancang bertanya soal ini. Gue cuma penasaran sama cewek yang ada di apartemen waktu elo lihat itu? Bukan apa-apa, gue tau cerita itu dari teman gue sendiri, namanya Leon, lo pasti tau, kan, Leon?" jawabnya kemudian, dan jujur beritahu kepada cowok itu. Tentu cowok itu kenal baik dengan Leon.

"Kalau soal tentang cewek yang lo maksud, sori, gua tidak bisa bantu. Sepertinya itu bukan urusan gua di sana. Kalau elo mau tau kasus cewek itu? Lebih bagus elo tanya langsung sama orangnya yang tinggal di apartemen itu. Atau elo bisa cari yang bisa dipercaya di sana. Permasalahan soal cewek itu. Gua hanya sekilas lihat saja, untuk permasalahan soal kejadian di apartemen itu gua tidak tau," ucap cowok itu, menjelaskan semua yang dia tau. Rian cuma menatap lekat pada cowok itu. Tidak ada tanya yang disembunyikan darinya.

Rian mulai frustrasi memikirkan kasus cewek itu. Tidak ada satu pun yang tau soal hal ini. Jadi, apa yang bisa dia lakukan. Cari di mana lagi, tanya pada siapa lagi. Bahkan dia tidak terlalu kenal orang-orang ada di kantor tempat dia kerja. Entah kenapa dia begitu kepo banget sama cewek di apartemen itu, apalagi video yang beredar setiap website.

"Okelah, Bro! Thanks kalau gitu, gue cabut dulu. Sori uda ganggu kesenangan happy mu," Rian bangun dari duduknya, bersiap untuk kembali ke asramanya. Sepertinya dia butuh waktu untuk memecahkan masalah ini.

"Gua punya kenalan, mungkin elo bisa tanya ke dia. Semoga saja dia bisa bantu elo. Dia kenal sangat baik dengan pemilik kamar apartemen itu. Mudah-mudahan kasus soal cewek itu bisa kelar. Ini nomor telepon nya, namanya Albert. Dia kerja salah satu Poker Indo. Semoga dia bisa beritahu ke lo soal kasus cewek." Cowok itu berikan selembar kertas kecil tertulis beberapa angka nomor di sana. Rian sedikit ragu, meskipun dia mulai kecewa. Ternyata masih ada tanda titik terang. Dengan cepat dia menerima kertas kecil itu.

"Oke, Bro! Thanks sekali lagi, uda bantu gue," Rian pun beranjak meninggalkan clubbing itu yang mulai ramai. Tidak terasa sudah pukul 10 malam, ternyata percakapan dengan cowok tadi memakan waktu yang lama.

Rian keluar dari sana, kemudian mengetik nomor yang diberikan oleh cowok itu. Setelah itu, dia pun melesat keluar dari clubbing tersebut.

*****

Andre duduk di tepi tempat tidur, dimana Anita dalam keadaan tertidur begitu pulas dan tenang. Setelah beberapa jam mencoba menenangkan wanita ini. Sambil beri kelembutan padanya, kemudian mengusap pipinya. Ada kesedihan dibalik wajah wanita ini. Andre tidak terpikirkan sampai sejauh ini, dia tidak menyangka kejadian ini akan membuat wanita ini mengalami depresi sangat tragis.

Dia cuma membawa Anita dan menjadikan istri keduanya, dan hanya menyadarkan Hardi bahwa permainan ini tidak main-main. Tetapi setelah Penukaran dirinya dengan adiknya sendiri, tidak ada satu kasihan pada sikapnya itu. Bahkan dia sudah berjanji akan membahagiakan Anita, membuktikan bahwa dia wanita yang kuat. Ternyata dia salah, Anita wanita yang lemah.

Saat melakukan hubungan pertama kali dengannya, dia tahu wanita ini tidak perawan lagi. Dapat cula kesedihan di wajahnya. Wanita ini mencoba menutupi aibnya dari orang-orang terdekat. Ketika menikah dengannya, dia kembali ke Indonesia agar istrinya tidak curiga.

Sebaliknya, tanpa dia ketahui paparazi diam-diam mengambil fotonya saat membawa Anita ke mal untuk jalan-jalan. Andre tidak tahu siapa yang tega lakukan hal itu. Apakah ada seseorang tidak menyukai dirinya. Pasti ada seseorang yang mencoba menjatuhkan dirinya, maka dari itu mereka mencoba melakukan dengan cara mengorbankan Anita sebagai penyiksaan, dan penghinaan.

Suara pintu kamar Anita terbuka, Antoni masuk. Antoni membawa beberapa pakaian dan juga kebutuhan untuk Anita. Melihat seorang wanita tengah terlelap dalam tidurnya. Antoni meletakan barang itu di samping lemari.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Antoni, semakin cemas atas kondisi Anita saat ini.

Dua pria saling memandang wajah Anita. Dua pria tersebut sudah putus asa mencari pelaku yang tega menyebar video jahanam itu. Andre sudah bertanya pada Stella apakah dia yang menyebar video itu. Tetapi Stella tidak menjawab apa pun.

"Sepertinya kita harus bawa dia ke tempat lain, biar aman untuk dia. Aku takut dia akan bertindak hal seperti tadi, kau tahu Stella masih ada di tempat ini. Aku tidak bisa 24 jam memantau keadaan Anita. Sedangkan kau, tidak mungkin aku memintaku mengawasi, Anak-anak di kantor bisa curiga atas kasus ini. Apalagi kasus Hardi masih dalam tahap penanganan hingga sekarang," jawab Andre pelan, sembari melirik Anita masih keadaan pulas.

Antoni sangat mengerti situasi ini, ya pasti. Anak-anak belum tau kalau video itu adalah Anita. Apalagi Antoni juga sudah minta sebagian bungkam soal video itu. Sampai semua terkendali Antoni berharap pelaku itu muncul dengan sendirinya.

"Bawa ke tempat aman? Di mana?" Antoni bertanya.

Andre berpikir sejenak, isi kepalanya cuma melindungi Anita. "Hanya jalan satu-satunya, rumah Albert. Hanya dia yang bisa kita percaya. Saat aku pulang Indonesia, aku mengatakan pada Stella, kalau Anita adalah sepupu Albert, ya, mungkin dengan ini Stella bisa menyerahkan video itu kemudian masalah Anita selesai," jawabnya menatap Antoni, sebaliknya Antoni mengindahkan ide dari Andre tersebut.