Anita sedang menunggu makanan dia pesan di bawah gedung perhotelan dekat dia kerja. Sambil menunggu dia menikmati malam hari. Kemudian sebuah cangkir berwarna cokelat letakan di sampingnya. Dengan sigap Anita menoleh arah cangkir itu, setahu dia, dia tidak memesan teh itu.
"Maaf, saya tidak pesan," Namun seseorang itu tiba-tiba duduk di depannya. Anita pun tak menunjukan ekspresi pada orang itu.
"Aku tau kau tidak suka teh, bagaimana kabarmu?" ucap orang itu masih sama dengan suara berat. Anita pasti tidak akan melupakannya. Suara yang selalu dia rindukan.
Tak lama kemudian minuman Anita pun datang, pelayan itu memberikan padanya. Orang itu melihat gelas kosong lalu satu kaleng beralkohol. Orang itu mengerut apa yang Anita pesan bukanlah Anita dia kenal. Anita pun membuka minuman kaleng lalu dia tuangkan ke gelas keluarlah bui soda di sana.
"Mulai sejak kapan kau minum-minum beralkohol itu?" Orang itu bertanya dan mencegah agar Anita tidak meminum beralkohol itu. Dia tidak suka melihat sikap wanita seperti itu.
"Sejak aku mengenal dirimu, bukannya kau yang mengajari diriku menjadi wanita yang kuat?" jawab Anita sinis, kemudian dia tetap meminum walau tidak dia habiskan. Walau ditenggorokannya dia merasakan panas dan pahit. Dia tetap menahan agar tidak dianggap lemah di mata di depan orang itu.
Pria itu pun menarik menjauh minuman beralkohol dari tangan Anita. Tapi Anita bersikeras merebut, namun apa daya untuk Anita. Baru satu atau dua saja dia sudah merasa pusing pada kepalanya. Apalagi panas banget ditenggorokannya itu.
"Kembalikan?!" bentak Anita pada pria itu.
Pria itu tidak menyerahkan padanya. Dia tetap menjauhkan minuman itu. Dia pun berpindah duduk untuk menenangkan Anita. Tetapi Anita berontak. Pria itu tidak peduli jika orang-orang melihat sikap mereka berdua. Dia tidak ingin ada lagi video menyoroti mereka.
Pria itu membawa Anita keluar dari tempat ini, tidak lupa dia keluarkan beberapa lembar uang piso pembayaran. Anita terus memukul dan mencoba menjauhkan dirinya dari pria itu. Pria itu menutupi wajah Anita agar tidak ada yang mengenalnya.
"Berengsek! Menjauh dari hadapanku?!" teriak Anita tidak dia peduli kalau suara dia didengar oleh orang-orang sekitar.
Pria itu memaksa Anita masuk ke mobilnya. Kemudian pria itu pun segera meninggalkan gedung itu, dan membawa Anita menjauh dari orang tidak berasusila itu.
Anita sangat panas, dia segera membuka kancing kemejanya. Dia merasa butuh udara dingin. Setelah dia melepas dua kancing itu, pria yang sedang mengemudi melirik dari kaca depan. Hanya senyuman terbit di sana.
"Sebentar lagi kita sampai, Sayang. Sabar, aku akan buat kau jauh lebih bahagia lagi," ucap pria itu dalam hati.
Mobil pria itu berhenti, kemudian dia keluar, dan membuka pintu belakang. Dengan pelan-pelan menggendong Anita keluar dari mobilnya. Pria itu masuk ke lift menekan angka tujuan di sana. Setelah itu dia sempat melihat wajah Anita yang begitu cantik. Jauh lebih cantik sebelumnya.
Empat bulan menghilang, akhirnya dia menemukan wanita pujaan hatinya. Ya, kesalahan itu sangat fatal baginya membiarkan dirinya seorang diri di sana tanpa pengawasan. Mempercayakan sahabat untuk menjaga dirinya. Tetapi kebusukan itu terbongkar, seorang sahabat menusuk dari belakang demi keegoisannya mendapat Anita.
Lift bersuara, pria itu keluar dari sana, dan menggesek kartu itu dan terbuka secara otomatis. Dia pun bersama dengan Anita di sana dalam tidur lelapnya pengaruh alkohol itu. Kemudian pria itu membaringkan Anita di tempat tidur. Tempat berdua dengannya dulu. Di sini dia akan kembali dengan dunia Baru bersamanya.
Tidak lama kemudian Anita melenguh, dia merasa baju dia pakai sebagai panas. "Eungg ..."
Pria itu baru akan meninggalkan dia sebentar, untuk ganti baju karena bekas muntahan dari Anita. Tapi satu tangan menangkapnya.
"Kau ke mana saja?" gumam Anita pelan walau mata terpejam. Pria itu mendekatinya, dan menggeserkan anak rambut menutup wajahnya.
"Aku tidak ke mana-mana, Sayang, aku tahu kau rindu padaku," bisik pria itu sembari mengelus pipi Anita.
Anita tidak bersuara terdengar suara napas sangat halus. Pria itu tersenyum, dikecupkan bibir dia rindukan. Entahlah, dia merasa menginginkan lebih dari itu.
Dia perlahan membukakan baju kemeja Anita, Anita bergerak merasa tidak nyaman, dia merasa seseorang sedang menyentuh pakaiannya. Dengan cepat Anita mencegah tangan itu dari bajunya. Dua tatapan itu saling menatap sangat dalam.
"Apa yang kau lakukan?" Anita bersuara seolah dia setengah sadar walau masih pengaruh oleh alkohol dia minum. Namun dalam diri Anita merasa tidak bisa menolak seseorang sedang ada di depan matanya.
Pria itu tidak menjawab, dia tau sekarang Anita akan sadar bahwa dia tidak dapat menjauh darinya.
"Aku ingin kau menjadi seutuh dari duniaku, Sayang! Kemana pun kau pergi, aku pasti akan menemukanmu," Anita terjerat rasa hangat sentuhan dari pria itu.
Ya, Anita tidak dapat menolak jika pria itu mulai menjelajahi pertualangan bersama di dalam dunianya. Suara panas dalam kamar apartemen itu pun beradu merdu. Dengan cinta mereka berdua, kemanapun akan jauh lebih bahagia. Pria itu tidak akan pernah melepaskan Anita lagi, sampai kapanpun.
****
Sedangkan di perhotelan itu, Nando dan anak lainnya mendapat sidang. Masalahnya adalah mereka tidak melihat Anita sekarang. Yang terakhir Nando sempat tanya kalau Anita sedang cari makan di luar, jadi Fika menggantikan dirinya sementara waktu.
Antoni geram, padahal dia berharap Anita tidak akan ditemukan. Tetapi kenapa juga bisa kecolongan juga. Dia teringat apakah Andre yang mencuri Anita? Tidak mungkin, walaupun Andre sempat menanyakan keberadaan Anita. Tapi, tidak mungkin dalam kurun waktu empat bulan Andre mudah menemukan Anita?
"Kalian bisa kembali bekerja! Nando! Ikut aku!" Antoni menyudahi persidangan mereka. Kemudian Nando mengikuti Antoni.
"Ada apa Bos? Apa Anita dicuri oleh ...." Nando hanya asal menebak. Nando tidak tau permasalahan soal Anita dengan Antoni. Walau Antoni meminta Nando untuk menjaga dan mengawasi Anita jika ada seseorang mencoba mendekatinya.
"Jangan sembarang menebak, belum tentu dia," ucap Antoni.
"Bisa jadi kan? Bukannya dia sangat obsesi sama Anita, apalagi dia itu juga ..."
Antoni diam sejenak, mungkin ada benar dikatakan oleh Nando. Tapi apa benar?
****
Update, yuhuuu... Bagaimana? Panas panas di skip. Hahaha.