Chereads / UNWANTED MARRIAGE / Chapter 30 - 29. Terungkap

Chapter 30 - 29. Terungkap

Sudah satu hari penuh Rian belum juga menemukan titik terang mengetahui siapa cewek itu. Rian lama-lama bisa gila karena melihat posting-postingan beberapa grup. Bahkan pakai kalimat tambah bumbu penyedap pedas lagi di sana. Semakin marak saja komentar media sosial. Rian ingin membalas, takut dibalas tidak menggenakkan.

"Aaarrrggghhh!" geram Rian di tempat kerjanya, buat anak lain menoleh terheran-heran sama dirinya.

"Kenapa lo?" tanya Key duduk bersebelahan dengannya. Dari tadi dia mengamati temannya sekaligus satu kamar dengannya juga.

Dari kemarin Key lihat sikap Rian aneh banget, dimulai dia offday kelayapan ke mana-mana, terus bawa kereta suka-suka. Pada malam Rian pulang sudah larut malam banget, mungkin pukul 1 dini hari.

Rian tidak menjawab dia malah mematikan layar komputernya, kemudian beranjak dari duduknya. Key, Rey, dan Leon mendongak sambil memperhatikan sikap Rian akhir-akhir ini.

"Tolong ganti posisi gue dulu, ya. Gue mau keluar sebentar," pinta Rian pada Leon.

Leon pun menoleh saat Rian meninggalkan kantor ini, "Eh? Elu mau ke mana!" teriak Leon hingga buat anak lain ikut menoleh, termasuk Aming juga.

"ROKOK!" balasnya kemudian.

Leon menatap Key dan Rey, kedua temannya hanya mengangkat bahu. Setelah sepeninggal Rian dari kantor. Leon, Key dan Rey pun memilih kembali ke pekerjaan mereka masing-masing. Sementara Rian, menyandar di tembok kokoh itu sambil mengisap rokok. Sambil melihat sekitar koridor kantor tersebut. Terlihat sangat sepi, ya pasti masih jam kerja.

Tidak lama kemudian pintu kantor sekitar dua kantor pun terbuka, seseorang keluar dari sana. Lalu Rian hanya melirih sebentar sambil memainkan ponsel miliknya. Orang itu menerima panggilan telepon, cukup serius mungkin. Rian bisa mendengar percakapan dari orang itu.

"Ada apa, Ndre?" tanya orang itu yang tidak lain adalah Albert.

[ "Aku mau minta tolong sama kau, titip Anita ke tempat mu," ] jawab Andre dari seberang terdengar dirinya sudah frustrasi.

Albert diam sejenak setelah menyebut nama Anita. Ada sesuatu yang tidak bisa dia terima, bukan tidak menerima Anita hadir di rumahnya.

[ "Halo, Bert! Kau masih di sana bukan?" ] sambung Andre.

"Kenapa harus aku? Masih banyak anak lain menampung dia, bukan? Kau tau bagaimana dengan ...."

[ "Aku tahu, Helena pasti akan marah, bukan? Kau tenang saja, Helena tidak akan cemburu. Bukankah Anita sudah kenal dengan Helena, meskipun dia masih penghuni baru di sini. Hanya kau yang bisa ku yakin kan padamu, kalau anak-anak, aku belum yakin dengan mereka. Apalagi video sampai sekarang belum juga tertangkap siapa yang menyebar," ] sambung Andre

Albert sangat mengerti situasi pada Andre, jika dia diposisi Andre juga akan mengalami hal sama. Dia juga bingung untuk memberi alasan tepat pada Helena. Apalagi Helena juga sangat dekat dengan Stella. Bagaimana jika Helena memberi tahu kepada Stella bahwa Anita sekarang ada di rumahnya.

"Begini saja, aku punya satu tempat, mungkin seperti tempat tinggal sementara sampai semua aman terkendali. Aku akan sering berkunjung ke tempat itu melihat keadaan Anita. Kau tahu, Helena lebih dekat dengan Stella. Aku juga tidak ingin jika nanti Stella tahu kau menyembunyikan Anita di tempat ku. Semua akan semakin kacau. Sementara saja, dari pada semakin rumit, bagaimana?" usul Albert memberi jalan lebih praktis. Hanya ini caranya, Albert tidak ingin melibatkan hal ini kepada siapa pun. Meskipun dekat dengan Andre dan Stella. Siapa yang akan peduli jika Stella bisa bertindak sesukanya.

Dari seberang Andre diam sejenak, kemudian dia pun menyetujuinya, hingga semua aman. [ "Baiklah, aku setuju. Mungkin dengan cara ini Stella bisa percaya bahwa aku sudah pisah dengan Anita,"]

"Oke, aku tunggu kabar baik mu," Albert mengakhiri percakapan telepon dengan Andre.

Ketika Albert berbalik badan, dia tidak sadar kalau ada seseorang masih di sana sambil menguping percakapan dia dengan Andre di telepon. Lalu Albert pun mendekati pemuda itu sedang mengisap rokok yang ke berapa itu.

Rian membuang sisa rokok dia isap itu, setelah itu dia pun kembali masuk ke kantornya, tapi, seseorang mendekatinya. Membuat Rian mengurungkan untuk kembali ke kantor.

"Ada sisa rokok lagi?" tanyanya, Rian pun menoleh, dan mengeluarkan bungkusan rokok kepada pria itu.

Rian melihat sekilas larut wajah pria itu, saat pria itu menyalakan rokok diisap hingga mengeluarkan asap tebal dari mulutnya. Lalu pria itu menatap langit-langit koridor itu setelah menerima panggilan dari Andre tadi. Ya, itu Albert pastinya siapa lagi coba. Di koridor gedung perkantoran ini hanya ada mereka berdua saja, Rian dan Albert.

"Sepertinya lo banyak beban?" Rian bertanya, dan kembali mengeluarkan sebatang rokok lagi. Sambil menemani Albert di sana.

Albert melirik Rian, sembari terkekeh kecil, seolah pemuda ini tahu saja apa yang dia pikirkan sekarang. "Kau sendiri kenapa di sini saja? Tidak kerja?" Albert balik bertanya pada Rian.

Rian tersenyum, "Kerja dong! Cuma bete saja, jadi diluar sebentar cari angin."

Albert pun kembali mengisap rokok hingga pipinya menyusut ke dalam, dan asap pun keluar sangat tebal.

"Omong-omong, yang terima telepon ke lo siapa? Sori, gue bukan maksud untuk menguping. Sepertinya elo sangat stres saat dapat panggilan telepon itu?" lanjut Rian bersuara, seolah dia yang dulu mengajak bicara basa-basi dengan Albert.

Albert pun berbalik badan sambil memandangi cuaca siang hari. Rian tentu setia menunggu jawabannya.

"Orang yang telepon aku itu bos ku yang buka website aku kerja. Aku tidak habis pikir atas pikiran bos ku itu. Dia sudah punya istri, dan kasus mengenai mantan anggota kami saat kerja di sini. Karena diam-diam dia menggunakan uang perusahaan bos kami untuk kesenangannya sendiri. Setelah ketahuan, dia dihajar babak belur, bukan itu saja, meminta dia melunasi hutang yang dia pakai. Tapi, apa yang bos kami lakukan ketika dibawa pulang ke Indonesia. Aku mengira semua beres, tetapi bos kami malah bertindak ceroboh, dengan sesukanya menukar Hardi ke adiknya," cerita Albert pada Rian.

Rian mendengar sangat baik tentu tidak tuli. "Hardi?" sebut Rian, seakan dia kenal nama itu. Albert melirih, "Iya, kau pasti tau siapa Hardi? Dulu dia pengawas di website kami, Poker Indo. Hardi dipulangkan oleh bos kami, yaitu Andre. Jangan bilang kau tidak tau siapa Andre?!" sambung Albert lagi.

"Maksud lo, Andrean Chandra?" tebak Rian, seketika dia syok saat menyebut nama itu, dan Albert pun mengangguk tanpa ada salah dengan nama itu.

Bayangan sosok Andre itu pun terdeteksi oleh memori Rian. Rian jelas tau siapa Andre, pria yang kejam, dan keji. Bahkan sisi baiknya jika semua orang baik padanya. Tetapi di mata Rian, Andre pria berengsek yang tidak pantas. Namun Rian tidak boleh prasangka buruk dulu. Mungkin itu dulu, sekarang dia sudah berubah setelah menikah dengan Stella. Seorang wanita dia hamili saat tidak mengakui kalau itu janin di kandungan Stella itu.

Berkat Stella juga, website Andre semakin pesat. Lalu Rian balik menatap Albert serius. "Lalu, apa hubungannya dengan Andre dan adiknya Hardi?"

Albert membuang sisa rokok sembarang arah, dan menatap serius pada Rian. "Adiknya Hardi dijadikan Penukaran hutang dari abangnya dengan cara menikah dengan Andre. Sekarang kasus soal video beredar itu sedang berkeliaran. Adiknya Hardi saat ini depresi menerima bukti video saat bermain mesum dengan dua pria di apartemen Andre. Hubungan Andre dan Stella pun kacau balau. Stella menuduh Andre bahwa dia sudah berselingkuh dengan adiknya Hardi. Sekarang Andre minta aku untuk menyembunyikan adiknya dari amukan paparazi apalagi Stella," jawabnya panjang lebar menceritakan semua kepada Rian.

Rian pun mendapat informasi yang sangat akurat sekali. Satu hari mencari sumber kasus tentang cewek soal di video adalah adiknya Hardi. Jadi ini otak licik Andre membawa adiknya Hardi sebagai tawanan paparazi.

"Kasihan sekali," gumam Rian, didengar oleh Albert, "Iya, itulah. Akibat itu pun berulah dari Hardi. Aku hanya berharap Anita bisa kembali di pangkuan orang tuanya," lanjut Albert.

Rian mendongak setelah Albert beranjak meninggalkan tempat itu setelah ber menit-menit di luar. Rian tidak salah dengar sebutan yang baru Albert katakan 'Anita'