Chereads / ENDLESS BLUE / Chapter 4 - Jeda

Chapter 4 - Jeda

"Bukan dia yang jahat, hanya kamu yang terlalu berharap", (Aliyah, 2014).

Sejak Adit berangkat ke Surabaya, komunikasi mereka terputus karena Adit benar-benar kesal permintaannya ditolak untuk kedua kalinya.

Di sana, Adit beberapa kali berganti-ganti pacar.

Mencoba menemukan belahan jiwanya yang hilang atau mungkin hanya haus perhatian dan kasih sayang.

Mungkin mencoba memenuhi tuntutan nafsu yang ingin menikmati dan menjajal hubungan percintaan dengan beberapa wanita pada waktu yang hampir bersamaan.

Nura mengetahui fakta itu, apa saja yang dilakukan Adit di Surabaya.

Nura mengetahui siapa saja wanita yang dikencani oleh pria yang diam-diam telah merebut hatinya dari Irham.

Tentu saja, Nura tidak menyadari hatinya telah tercuri atau ia hanya mati-matian menyangkal fakta itu untuk menenangkan dirinya sendiri dengan mencoba merangkai-rangkai kebohongan untuk menipu diri sendiri.

🍁🍁🍁

Suatu hari di rumah Aliyah..

"Babe, aku galau", celetuk Nura tiba-tiba.

"Galau kenapa, Irham lagi?", respon Aliyah.

"Bukan, bukanlah, itu kan cerita lama", jawabnya.

"Bukan, tumben?", sahut Aliyah yang sudah benar-benar khatam dengan kegalauan Nura karena Irham.

"Terus galau kenapa?", lanjut Aliyah yang tidak benar-benar menduga akan mendengar nama laki-laki lain selain Irham yang menjadi penyebab kegalauan sahabatnya.

"Kan aku pernah cerita dulu, ingat gak, Asyraff Aditya", jelas Nura.

"Oh, seniornya Ruhul?", jawab Aliyah.

"Iya, sebenarnya kita sempat chatting-an lama, terus dia ajak jumpa, akunya gak mau", cerita Nura.

"Ehm, terus?", jawab Aliyah yang memang selalu memiliki reaksi dan ekspresi datar, sang unemotional listener.

"Dia sekarang pindah ke Surabaya, lanjut S1, terus katanya mau menetap di sana untuk kerja", lanjutnya.

"Jadi, hubungannya?", jawab Aliyah.

"Ya ada lah babe. Susah ah, cerita sama orang yang gak pernah jatuh cinta, mana paham perasaan aku", jawab Nura kesal.

"Jadi, ceritanya sekarang pindah hati ke Raditya, eh apa namanya tadi?", jawab Aliyah masih dengan nada yang tidak serius.

"Asyraff Aditya", jawabnya.

"Babe, dengar dulu. Mau paham atau gak gimana perasaan aku, pokoknya dengar aja, aku mau cerita", lanjutnya.

"OK, OK, ceritalah!", jawab Aliyah seraya tersenyum tipis setelah berhasil mengusili sahabatnya itu.

🍁🍁🍁

Cerita panjang mengalir, Nura menceritakan semuanya pada Aliyah. Sejak mulai berkomunikasi dengan Adit hingga Adit berhenti menghubunginya.

Nura juga menceritakan tentang Adit yang terus bergonta-ganti pacar, padahal masih beberapa bulan sejak keberangkatannya ke Surabaya.

"Tau dari mana dia gonta-ganti pacar?", tanya Aliyah.

"Ya tau lah babe, kan aku stalking semua hal yang berkaitan sama dia, semua orang yang komen di sosial media dia, aku cari tau juga, makanya aku tahu semuanya", jawab Nura yang tiba-tiba menjadi lebih kesal.

"Wah, perempuan memang menakutkan", jawab Aliyah.

Nura hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar jawaban itu keluar dari mulut seorang perempuan, sama sepertinya, tapi kenapa karakter mereka terlalu berbeda.

"Hidupnya benar-benar datar", ketusnya dalam hati.

"Eh stop ya, memaki aku dalam hati", ucap Aliyah yang menyadari ekspresi Nura ketika sedang kesal atau mengumpati orang lain dalam hatinya.

"Tapi kan menurut aku, menurut aku ni ya, Nura gak punya hak untuk jealous. Memang dia siapanya kamu? Pacar bukan, keluarga juga bukan, malahan kenal orangnya aja enggak", jawab Aliyah yang selalu logis tanpa memikirkan hati lawan bicaranya yang mungkin emosional mendengar kata-katanya.

"Iya sih, babe. Tapi aku galau, pokoknya aku galau, pokoknya dia jahat, jahat banget, kan?", lanjut yang sudah kebal dengan semua ucapan dingin Aliyah.

"Bukan dia yang jahat, hanya kamu yang terlalu berharap", jawab Aliyah puitis.

"Serius nih ya, Nura yang salah sih kalau menurut aku. Siapa suruh coba diajak jumpa gak mau. Dia ngajaknya dua kali lagi. Lain kali, kalau dia ajak jumpa lagi, jumpa aja. Kan gak ngapa-ngapain juga, cuma jumpa, lihat gimana orangnya, apa salahnya?", lanjut Aliyah.

"Tapi dia sekarang kan di Surabaya, jauh babe, jauh", jawabnya.

"Maksud aku, nanti kalau dia ajak lagi, ya pergi aja", jawab Aliyah.

"Atau coba deh cerita ke Ruhul, pasti dia lebih tau dari aku, atau setidaknya dia kan kenal orangnya", lanjut Aliyah.

"Iya juga sih, babe. Nantilah, aku cerita ke dia waktu kita jumpa", jawab Nura.

Begitulah percakapan itu berakhir. Nura merenungi semua ucapan Aliyah ketika ia kembali ke rumah, membenamkan diri di atas tempat tidur. Lalu menutupi diri dengan selimut tebal, bersembunyi dari sesuatu yang tidak mempunyai nama; kegalauan yang tidak beralasan dan kecemburuan yang tidak berhak.

🍁🍁🍁