Chereads / Love in the Room / Chapter 12 - Bab 12 Andai

Chapter 12 - Bab 12 Andai

Setelah pesta barbeque selesai. Semua anggota keluarga berkumpul di ruang keluarga. Mereka asik mengobrol sembari minum teh. Luna yang merasa gerah memutuskan untuk ke taman samping rumah untuk mencari udara segar.

Luna duduk bersandar di kursi sembari menatap langit, merasakan hembusan angin malam yang membuat rasa gerahnya perlahan menghilang. Malam itu bulan tidak muncul, tetapi tergantikan oleh jutaan bintang yang gemerlapan.

"Luna" sapa seseorang dari belakang berjalan menghampiri Luna.

Luna menoleh menatap malas seseorang yang datang menghampirinya itu. Dia memalingkan wajahnya dan kembali bersantai dengan bersandaran di kursi.

"Kenapa malah disini, sedangkan semua sedang berkumpul di ruang tengah?" Tanya Edward seraya mendudukkan dirinya di samping Luna. Jarak duduknya dekat, seperti saat mereka berpacaran dulu.

"mencari udara segar" jawab Luna seraya menggeser posisi duduknya supaya tidak terlalu dekat dengan Edward.

"Kenapa menjauh, bukankah dulu kamu selalu suka duduk di dekatku?" Tanya Edward seraya tersenyum menatap Luna yang tampak acuh padanya.

"Hiss ...itu dulu, tidak berlaku lagi sekarang" jawab Luna dengan nada sinis, memalingkan wajahnya kembali menatap langit.

"Maafkan aku Luna, berhentilah bersikap acuh padaku."

"Mudah sekali bilang maaf, aku membencimu Edward. Dan apa gunanya maaf dariku, kita sudah memiliki pasangan masing-masing sekarang." Luna menatap kesal lelaki di hadapannya itu.

"Aku tidak mencintainya, kamu juga tidak mencintai Ethan kan, aku tau kalian menikah karena insiden. Ethan sudah menceritakan semua padaku." Ucap Edward dengan tatapan meyakinkan.

Luna hanya diam malas membalas perkataan Edward barusan. Cinta atau tidaknya Edward pada Viona. Baginya Edward adalah lelaki munafik yang meninggalkannya hanya karena harta Viona.

"Luna...Edward" sapa Ethan yang baru datang menghampiri Luna dan Edward.

Luna menghembuskan nafasnya kasar dan segera beranjak dari duduknya menghampiri Ethan, "ayo masuk saja, aku ingin rebahan" ajak Luna.

"Kami masuk dulu," pamit Ethan pada Edward yang masih duduk di kursi. Edward hanya menanggapinya dengan anggukan.

"Kenapa di luar, mama kan pengen ngobrol?" Tanya Ethan seraya berjalan beriringan dengan Luna.

"Aku gerah di dalam. Jadi aku keluar untuk mencari udara segar," jawab Luna seraya terus berjalan.

Terlihat Viona berjalan menghampiri Luna dan Ethan saat mereka tiba di teras.

"Kalian tau dimana Edward?" Tanya Viona seraya menatap Luna dan Ethan.

"Ada di taman samping," jawab Ethan. Sedangkan Luna hanya diam sesekali memperhatikan wanita yang sudah menjadi istri mantannnya itu. Viona segera berjalan ke taman samping meninggalkan Luna dan Ethan.

"Udah minum susu?" Tanya Ethan.

Luna memutar bola matanya malas. Dia merasa bosan jika terus meminum susu. Dan suaminya tidak pernah lupa kewajibannya itu. Bahkan ke Singapur pun dia tidak lupa membawanya.

"Belum. Nanti aku buat sendiri," jawab Luna datar sembari berjalan ke arah dapur meninggalkan Ethan sendiri.

Ethan menghembuskan nafasnya kasar sembari menatap kepergian Luna, "Acuh lagi. Tapi terkadang kamu ramah" gumam Ethan seraya berjalan menuju kamarnya, sedangkan yang lain sudah di kamar masing-masing karena sudah waktunya tidur.

***

Luna menatap malas kotak susu khusus ibu hamil di hadapannya, "dia tidak tau betapa bosan aku minum ini terus," decak kesal Luna seraya menakar bubuk susu itu kedalam gelas dengan sendok.

Di samping kotak susu itu tersedia pula bubuk coklat. Terbesit di pikiran Luna untuk berbuat iseng pada Ethan. Kebetulan susu untuknya rasa coklat, dia bermaksud akan menukar susu khususnya dengan bubuk coklat biasa.

"Aku tukar saja, dan kamu yang minum susu hamil ini," gumam Luna dengan senyum geli. Dia segera menakar dengan sendok coklat bubuk itu ke gelas.

"Luna" sapa Dina yang baru memasuki dapur melihat menantunya sedang membuat susu dan coklat panas

"Bikin susu ma," jawab Luna seraya melemparkan senyum ramahnya.

"Bagus, biar cucu mama sehat-sehat" ucap Dina dengan wajah sumringahnya.

Luna hanya menanggapinya dengan anggukan dan tersenyum lalu pamit untuk ke kamar sembari membawa nampan dengan dua gelas susu dan coklat panas itu.

Terlihat Ethan sedang duduk fokus menatap leptopnya. Dia nampak sedang mengerjakan sesuatu. Luna segera menghampirinya dengan memeluknya dari belakang.

Ethan terkejut karena Luna berubah jadi manja lagi hanya tersenyum dan berbalik menatap istrinya itu.

"Kenapa?" Tanya Ethan

"kebetulan tadi aku melihat ada bubuk coklat. Sekalian aku buat untukmu," ucap Luna dengan senyum manisnya. Namun ada maksud terselubung di baliknya. Yaitu supaya Ethan merasakan susu hamilnya itu

Luna memeberika segelas susu khusus ibu hamil itu pada Ethan. Sedangkan dia minum coklat.

"Makasih,"ucap Ethan seraya mengambil susu itu dan meminumnya tanpa curiga.

"Kenapa rasanya beda?" Tanya Ethan setelah menenggak setengah gelas susu itu.

"Beda gimana. Enak kan?" Tanya Luna dengan menahan tawanya melihar ekspresi Ethan yang kembali meminum susu itu.

"Kurang manis kurang terasa coklatnya. Sedikit enek" jawab Ethan. Emang gitu. Aku dulu pernah coba

"Hahahah" akhirnya Luna tertawa setelah berusaha menahannya. Ethan mengernyitkan dahinya melihat Luna yang tiba-tiba mentertawakannya.

"Kenapa" tanya Ethan heran.

"Itu susu ibu hamil hahaha" jawab Luna terkekeh.

Bukannya kesal atau marah. Ethan malah tersenyum melihat Luna bisa tertawa lepas. Biasanya Luna bersikap dingin dan terkesan cuek padanya. Ethan kembali meminum susu itu hingga habis.

"Enak kan?" Tanya Luna sembari terus tersenyum melihat suaminya yang minum susu hamil.

"Tentu saja. Makanya kamu harus minum ini setiap hari," jawab Ethan sekenanya.

Luna mengerucutkan bibirnya,"Aku bosan."

"Besok kita cari varian rasa yang lain."

"Apa besok kita belum kembali ke jakarta?" Tanya Luna yang sudah tidak tersenyum lagi. Mood nya sangat mudah berubah

"Belum. Aku ingin mengajakmu jalan-jalan. Mau kan?"

"Tentu saja" jawab Luna lalu menghabiskan çoklatnya yang sudah tidak terlalu panas itu.

"Aku mau selesaikan pekerjaanku dulu," ucap Ethan sembari fokus menatap leptopnya lagi. Luna yang kesal karena Ethan malah kembali fokus pada pekerjaannya itu segera merebahkan tubuhnya di ranjang sembari memainkan ponselnya.

Hinggal jam sebelas malam. Luna belum bisa tidur. Ethan masih fokus pada leptopnya. Dia memang ke Singapur. Tapu otaknya tetap bekerja. Ini terasa bukan refresing bagi Luna. Dia ingin di perhatikan seperti biasanya.

"Tan" panggil Luna dengan nada manja. Dia masih di ranjang seraya memeluk guling.

"Kenapa?" Tanya Ethan tanpa menoleh.

"Sini, aku tidak bisa tidur sendiri," perintah Luna dengan nada manja.

"Aku belum selesai Luna. Nanti dulu"

"Tapi aku tidak bisa tidur sendirian."

Ethan menghela nafasnya lalu mematikan leptopnya dan meletakkannya di meja. Luna tersenyum puas melihat Ethan menghentikan pekerjaannya dan memilih untuk menemaninya tidur.

Ethan merebahkan tubuhnya di samping Luna. Luna pun segera menggeser tubuhnya hingga mendekat pada Ethan dan menggunakan tangan Ethan sebagai bantalnya. Aroma tubuh Ethan sudah menjadi candu untuk Luna. Meski dia tidak tau pasti apa dia sudah mencintai Ethan atau hanya karena pengaruh kehamilannya saja.

"Boleh pegang si kembar?" Tanya Ethan lirih seraya menunduk menatap Luna.

"Em. Boleh" jawab Luna yang awalnya ragu.

Ethan perlahan menyentuh perur buncit Luna dan mengusapnya dengan lembut. Tiba-tiba terasa gerakan-gerakan kecil membuat Luna geli dan tersenyum. Ethan juga tersenyum merasakannya.

"Mereja suka kamu pegang"gumam Luna seraya tersenyum menundukmenatap perutnya.

"Apa mereka sedang berkelahi di dalam, atau ingin main bola?" Tanya Ethan dengan polosnya. Luna hanya terkekeh mendengar pertanyaan suaminya yang mustahil itu.

"Mungkin, tapi jika mereka perempuan, akan menjadi model terkenal atau...pandai bermain gitar seperti Alexa," jawab Luna dengan ber andai-andai. Membayangkan dua gadis kecil sedang berpose di atas stage memakai gaun seperti princess.

"Kalau mereka laki-laki. Akan menjadi pemain bola yang handal. Mereka suka menendang. Apa kamu tidak merasakannya,"ucap Ethan yang juga ber andai-andai anaknya akan jadi pemain sepai bola yang handal.

"Hisss jangan jadi pemain sepak bola. Lebih baik jadi aktor. Atau pengusaha sepertimu saja. Banyak gadis cantik yang akan mengagumi ketampanan mereka nanti." Diam-diam Luna mengakui ketampanan Ethan. Dia membayangkan pria kembar tampan yang berlaga di sebuah film atau menjadi penyanyi yang di gemari kaum hawa.

"Kalau mereka lelaki dan perempuan seperti mamaku dan om Doni gimana?" Tanya Ethan yang masih meletakkan tangannya di perut Luna yang sesekali terlihat gerakan kecil ulah di kembar.

"Em... mereka akan jadi pasangan tari ballet, atau salsa, itu sangat keren" jawab Luna sembari memainkan jari jemarinya di dada Ethan.

"Tidak sabar ingin melihat mereka lahir" gumam Ethan. Dia membayangkan anak mereka akan lahir dengan sehat dan akan membesarkannya bersama Luna. Meski dia tidak tau apa nanti keputusan Luna setelah melahirkan. Dia tidak ingin kebersamaan ini berakhir begitu saja.

Karena melamun. Ethan tidak menyadari Luna sudah tertidur. Ethan menatap intens wajah Luna yang mulai terlihat lebih chubby. Ethan mengusap lembut pipi Luna dan mencium keningnya. Luna yang merasa ada gerakan di wajahnya menggeliat dan memeluk Ethan. Ethan malah semakin senang di peluk Luna. Dia tersenyum dan segera memejamkan matanya. Berharap alam mimpi akan membawanya ke dalam mimpi yang indah bersama Luna dan si kembar.

***

Di tempat lain di kamar Edward. Viona tidak segera tidur. Di saat semua sudah tidur. Dia asik memainkan ponselnya. Diam-diam dia menjadi stalker. Stalker untuk Luna. Viona merasa ada yang aneh antara Edward dan Luna.

Semenjak Ethan menikah dengan Luna. Edward jadi sering kerumah Ethan bahkan tanpa mengajaknya. Padahal biasanya Edward jarang aekali berkunjung kerumah adik tirinya itu.

"Jika hanya sekedar berteman, seharusnya mereka akrab di depan semua orang. Bukan akrab secara diam-diam"batin Viona. Karena setiap Edward dan Luna bertatap muka. Luna terlihat malas sedangkan Edward selalu menatap Luna dan mereka jarang mengobrol ketika ada Viona dan Ethan. Viona merasa ada yang di sembunyikan oleh mereka berdua.

Viona terus mencari informasi tentang Luna melalui internet. Karena Luna seorang model terkenal. Pasti dengan siapapun dia berkencan, akan ada gosipnya.