Chereads / Love in the Room / Chapter 13 - Jalan-Jalan

Chapter 13 - Jalan-Jalan

Luna berjalan berdampingan dengan Ethan, Luna memakai topi bundar yang lumayan lebar karena cuaca pagi ini lumayan cerah dan agak panas. tapi panas pagi hari bagus untuk kesehatqn. Tidak lupa Luna juga mengenakan kacamata hitam untuk menghindari silaunya sinar matahari.

Ethan mengenakan Sweather di padu dengan black jeans, dia juga memaki kacamata hitam. Dia tampak sangat keren, banyak pasang mata memperhatikan dua sejoli itu.

berjalan dengan menggandeng tangan Luna. Itu adalah kebiasaannya. Luna sesekali memegangi perutnya yang terasa kaku karena kontraksi, nampak si kembar suka di ajak jalan-jalan.

Saat ini mereka berkunjung ke Merlion Park. Taman yang iconic dengan patung singa kebanggaan negara Singapura. Sesekali Luna melakukan selfie dengan ponsel canggihnya.

"Kita tidak pernah foto bersama selain saat menikah, sekarang ayo foto!" ajak Luna seraya memegangi tongsisnya.

Ethan pun tidak menanggapinya. Dia langsung mengambil posisi dengan mendekatkan kepalanya ke kepala Luna. Mereka tersenyum menghadap kamera dan Latar belakang mereka adalah patung Merlion yang sedang menyemburkan air.

Hingga beberapa jepretan foto, Ethan mencuri kesempatan mencium pipi Luna yang semakin Chubby. Luna tidak merespon dengan buruk, dia malah tersenyum dan balik mencium pipi Ethan.

"Udah, aku coba lihat hasilnya," ucap Luna menurunkan tongsisnya dan melihat hasil selfienya dengan Ethan.

"Bagus, nanti kita foto lagi disana," gumam Luna seraya menunjukkan hasil fotonya kepada Ethan.

Ethan tersenyum melihat fotonya mencium Luna. Luna menciumnya dengan tersenyum, dia berharap, Luna sudah mulai mencintainya. Semoga sikap humble Luna padanya adalah sikap murni dari hati Luna yang menerimanya sebagai suami.

"Bagus, kamu cantik. Tapi adik bayi tidak ikut kefoto," gumam Ethan. di foto itu samasekali tidak terlihat perut besar Luna.

"hmm iya juga, nanti saja kita foto lagi," sahut Luna. Mereka kembali berjalan menikmati pemandandangan.

Luna melihat penjual es krim, dia menelan salivanya, tenggorokannya seakan minta di beri yang segar-segar, keinginan itu menjalar ke saraf otaknya lalu ke mulut Luna.

"Tan, beliin itu!" pinta Luna seraya menunjuk ke tempat penjual es krim.

"katanya orang hamil tidak boleh sering-sering makan es. nanti bayinya terlalu over gendut," Ethan memperingatkan Luna, seketika Luna mengerucutkan bibirnya. Dia menatap kesal suaminya.

"Kan itu es krim, beda dengan es lain..ayo lahh beliin!" paksa Luna seraya menggunçang-guncangkan tubuh Ethan.

Ethan menghela nafasnya. Dia segera berjalan menuju tempat penjual es krim. Dengan senyum sumringah Luna mengikutinya.

"Yang rasa coklat kacang," Bisik Luna seraya mengikuti Ethan.

"Kenapa selalu coklat, apa tidak bosan dengan rasa itu, hem?" tanya Ethan sembari santai berjalan.

"Entahlah, tidak ada hasrat untuk rasa lain, aku setia untuk rasa coklat," jawab Luna sembari mengimbangi langkah Ethan.

Mereka tiba di kedai es krim, Ethan membeli dua rasa coklat untuk Luna, biar nanti tidak minta di belikan lagi. Wanita hamil kan suka meminta dalam keadaan mendadak.

"Nih." Ethan menyudurkan dua cup es krim.

"Kok dua? satu saja, katamu tidak boleh banyak makan es kan." protes Luna.

Ethan menghela napasnya,"Ya Allah,"Keluh Ethan menghadapi sikap Luna yang selalu protes ,"yasudah satunya untukku saja."

"Kan tadi kamu sendiri yang bilang kalau tidak boleh banyak-banyak makan es," gumam Luna seraya mengambil satu cup es krim dari tangan Ethan.

Kini mereka duduk di sebuah kursi besi panjang yang tersedia disitu sembari menikmati es krim. Ethan pun tampak menyukainya. Meski dia jarang makan es krim Wajar lah, kan dia sibuk mengurus perusahaan.

***

Di rumah mewah Dina. Alexa masih bermalas-malasan di kamar sembari memainkan ponselnya.

"Alexa. waktunya sarapan, mama sama tante Dina mau pergi sebentar," ucap Maura serya menghampiri putrinya yang masih diranjang sembari memeluk guling dan menatap ponsel canggihnya.

"Mau kemana ma?" tanya Alexa seraya mendudukkan dirinya.

"Jalan-jalan dong, Luna sama Ethan malah sudah sejak tadi berangkat," jawab Maura seraya melipat selimut Alexa.

"Hah. jadi aku nanti sendirian dirumah." Alexa tampak tidak suka jika nanti ditinggal sendiri dirumah.

"Ada Edward sama Viona kan."

"Nah, aku tidak suka bersama mereka. Aku menyusul Ethan saja." Alexa segera beranjak dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi.

Maura segera keluar dari kamar Alexa menuju ruang makan. Terlihat Edward, Viona dan juga Dina sedang sarapan. sedangkan Doni Entah kemana, mungkin dia menemui sahabat-sahabatnya mumpung libur bekerja.

"Ethan sama Luna kemana ma?" tanya Edward seraya memakan spagheti buatan Dinda.

"Sudah pergi sejak tadi, katanya mumpung masih pagi belum terlalu panas," jawab Dinda yang juga masih sarapan.

Edward menghela nafasnya lalu kembali makan. Viona melirik Edward yang tampak tidak suka saat mendengan Ethan dan Luna sudah pergi sejak pagi. Viona semakin menaruh rasa curiga pada Edward. Sayangnya dia kesusahan mendapat informasi tentang siapa yang pernah dekat dengan Edward ataupun Luna. Mungkin Luna sudah menghapus semua foto-fotonya dengan Edward. begitu pula dengan Edward yang juga sudah menghapus semua foto bersama Luna di akun media sosialnya.

"Ma aku akan langsung menyusul Ethan sekarang," ucap Alexa yang baru memasuki ruang makan. dia tampak sudah mandi dan dan mengenakan pakaian santai.

"Sarapan dulu Lex," bujuk Maura.

"Nanti aku sarapan diluar, aku makan roti saja sekarang," Alexa mengambil roti tawar di meja makan itu lalu mengolesinya dengan selai coklat dan selai kacang. astaga, Seleranya hampir sama dengan Luna.

Alexa segera pergi sembari memakan rotinya. dia mengendarai mobilnya sendiri. sebelum berangkat, dia menghubungi Erhan terlebih dahulu. Hingga berkali-kali Ethan tidak menjawab telponnya.

"Huhh, kenapa tidak di angkat sih," decak kesal Alexa. dia memutuskan untuk mencari Ethan melalui GPS saja.

"Nahhh dia ke Merlion Park ternyata," gumam Alexa setelah menemukan titik lokasi ponsel Ethan. Dia segera mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Gadis tomboy itu nampak lumayan ugal-ugalan dan menyukai adrenalin.

**

"Apa dulu kamu pernah kesini?" tanya Ethan sembaei menikmati es krimnya.

"Tidak, aku dulu ke Singapura hanya untuk acara fashion show. belum sempat jalan-jalan, sudah pindah tempat lagi," jawab Luna sembari menikmati es krimnya juga. Matanya fokus menatap pemandangan di depannya.

"Kamu sangat terkenal juga ya." Ethan memperhatikan Luna yang asik makan es krim.

"Belum lama. Sekitar satu tahun ini aku baru naik daun. Saat itu sangat menyenangkan, aku dan Vira mengawalinya dari nol. kami selalu bersama, saling mendukung, hingga dia menikah pun kami masih sering dapat job bersamaan. Hingga aku tau ternyata aku hamil, padahal Vira yang terlebih dahulu menikah," ucap Luna. dia membayangkan masa-masanya meniti karir dari nol, namun kandas disaat dia sedang naik dàun.

Ethan melihat kesedihan dan kerinduan dimata Luna, dari caranya berbicara, Dia merasa telah menghancurkan karir Luna.

"Maafkan aku Luna, karena aku, kamu jadi kehilangan popularitasmu, aku memang bodoh saat itu," ucap Ethan dengan nada sendu menatap Luna yang sudah menghabiskan es krimnya.

"Itu semua insiden. Aku juga salah karena nyelonong masuk ke kamarmu," balas Luna seraya tersenyum kecil mengingat kejadian itu. Dia keluar dari kamar Ethan dan melihat nomor kamar yang dia masuki memang salah.

"Iya aku juga terkeju saat berbaring di ranjang, ada kamu di sampingku."

"Apa kamu ingat persis bagaimana kronologi kejaian kita saat itu?" tanya Luna. Dia sangat penasaran dan karena dia memang tidak ingat saat itu karena mabuk.

Ethan menghela napasnya, dia membuang cup es krim bekas Luna dan bekasnya kè tong sampah, lalu dia kembali duduk di samping Luna.

"Kamu serius ingin mendengar cerita itu?" Tanya Ethan seraya menatap intens Luna.

"Iya. Tapi jangan menatapku seperti itu. Aku malu," jawab Luna seraya tersenyum memalingkan wajahnya. Ethan terlalu serius menatapnya.

Ethan terkekeh,"oke, aku akan menceritakannya dengan santai."

"Aku akan menjadi pendengar yang baik." Luna melemparkan senyumnya pada Ethan, lalu kembali menatap pemandangan di sekitar Merlion park.

"Saat itu aku juga lumayan mabuk. Aku kembali ke kamar dan menyadari ada kamu, kamu bangun dan mengusirku, mendorongku hingga aku terjatuh dari ranjang," ucap Ethan memulai cerita malam sial atau malam keberuntungannya.

"Hah. Yang benar aku mendorongmu hingga jatuh?" tanya Luna sembari menatap iba Ethan.

Ethan terkekeh melihat ekspresi Luna, "Iya. kamu bertindak seenaknya. Aku sedikit kesal lalu kembali berbaring di sampingmu."

"Lalu apalagi yang terjadi," tanya Luna penasaran.

"Kamu mendorongku lagi, tapi aku tidak terjatuh. Karena kesal, aku memelukmu saja."

Luna mengangguk paham,"Lalu, setelah itu bagaimana?"

"kita saling menatap, jujur saja imanku runtuh karena kecantikanmu, itu pertama kalinya aku sekamar dengan seorang gadis. Kamu juga menatapku seperti tertarik padaku, Aku menciummu dan kamu membalasnya juga. Lalu kita bercinta," Jelas Ethan lirih. Dia mengingat malam sakral Luna memberikan keperawanannya padanya. Tanpa ikatan yang sah.

"Jadi aku juga mau melakukannya, bukan karena kamu memaksamu," gumam Luna seraya menatap intens suamianya. Ethan tidak seburuk yang dia kira.

"Tentu tidak. Tapi tetap saja aku salah, sekali lagi maafkan aku," jawab Ethan seraya tertunduk menyesali pebuatannya.

"Aku sudah memaafkanmu,"ucap Luna. Dia menyadari Ethan adalah pria yang baik. Tapi dia tidak yakin apa dia bisa mencintai Ethan. Sejauh ini Luna merasa nyaman, tapi terkadang merasa masih cemburu melihat kedekatan Edward dengan Viona.

Ethan tersenyum puas mendengar Luna sudah memaafkannya. Dia merasa memiliki harapan untuk membuat Luna mempertahankan pernikahan ini, bila perlu jangan sampai bercerai.

"ETHAN...LUNA..." panggil Alex

dari kejauhan berjalan menghampiri Ethan dan Luna.

Luna memicingkan matanya menatap Alexa yang memakai black jeans di padu dengan t-shirt putih dengan gambar tengkorak. bahkan t-shirt itu tidak ada bagian lengannya, dan bagian ketiaknya sangat lebar terbuka. Alexa terlihat sangat tomboy.

"Alexa," sapa Ethan.

"Pergi tidak ajak-ajak, kamu melupakanku mentang-mentang sudah punya istri," balas Alexa dengan nada kesal, dia mengerucutkan bibirnya lalu duduk di samping Luna.

"Tadi kamu masih tidur Lex. Aku sebenarnya ingin mengajakmu, tapi aku tidak berani membangunkanmu," timpal Luna. Dia senang Alexa menyusulnya. Alexa cukup humble padanya.

"Lagian kamu, gadis tapi bangun tidur selalu kesiangan," cemooh Ethan seraya melirik sepupunya yang tomboy itu.

"Kamu juga biasanya begitu kan Tan," balas Alexa menatap sinis Ethan.

"Iya. Ethan juga susah di bangunkan kalau hari-hari libur," timpal Luna seraya tersenyum melirik Ethan.

"Kalau lelaki wajar. Kalau gadis kurang pantas," balas Ethan

"Halah dasar tukang ceramah." celetuk Alexa.

"Kalian kemarin kangen-kangenan, sekarang malah debat," ucap Luna seraya terkekeh melihat Alexa dan Ethan yang saling mengolok-olok.

"Ayo kita cari makan saja. aku belum sarapan tadi," ajak Alexa.

"Kamu ganggu orang berduaan saja Lex," gumam Ethan melirik Alexa yang sekarang berdiri menggandeng tangan Luna. Luna hanya pasrah saja di ajak Alexa. Karena dia memang juga lapar.

"Aku juga lapar Tan, ayo kita makan bersama," ajak Luna seraya menarik tangan Ethan.

Karena Luna yang mengajak, Ethan segera berdiri dan menggenggam erat tangan Luna lalu mengajaknya berjalan ke restoran terdekat.

Alexa menghela nafasnya. kini dia berjalan sendiri di belakang pasangan suami istri itu.

"Alangkah malang nasibku, tidak punya pasangan," gumam Alexa.