Chereads / MARRY AN IMAGINARY HUSBAND / Chapter 8 - PRIA TAMPAN DENGAN KARTU NAMANYA

Chapter 8 - PRIA TAMPAN DENGAN KARTU NAMANYA

Suara alarm yang berbunyi membuat seorang Ametsa langsung terbangun dari tidurnya dengan keadaan yang sudah sedikit lebih baik dari sebelumnya. Gadis itu langsung beranjak dari tempat tidur karena jam yang sudah menunjukkan pukul 06.00 sehingga membuatnya harus segera bergegas untuk bersiap-siap berangkat pergi bekerja.

Ketika sampai di dalam kamar mandi, Ametsa terdiam sejenak di depan sebuah cermin yang memperlihatkan pantulan dirinya sendiri saat ini yang baru saja bangun dari tidurnya membuat gadis itu tanpa sadar menyunggingkan senyuman manisnya.

"Ada apa dengan wajahku hari ini?" gumamnya yang baru saja terkekeh. "Sepertinya ini karena tidurku yang nyenyak semalam."

Benar, Ametsa tidak merasa gelisah lagi karena mimpi itu sehingga gadis tersebut merasa tidurnya benar-benar lelap. Apalagi ia sama sekali tidak bertemu dengan pria misterius itu sehingga menjadikan dirinya merasa lebih baik pagi hari ini.

"Ayolah, sadar Ametsa. Kamu harus segera bersiap-siap pergi bekerja atau tidak kamu akan dipecat."

Setelah merasa puas karena sudah berbicara di hadapan cermin seorang diri, gadis itu langsung segera melaksakan ritual paginya seperti biasa sehingga Ametsa kini sudah keluar dengan keadaannya yang sudah lebih fresh dari sebelumnya.

Ketika sedang duduk di depan cermin, tiba-tiba saja ponsel miliknya berdering membuat Ametsa langsung beranjak dari sana dan segera menghampiri benda tipis tersebut untuk menerima panggilan yang masuk.

"Halo?" sahut Ametsa dengan kedua alis yang terangkat. "Daniel, ada kamu menghubungi pagi sekali?"

Terdengar suara kekehan dari seberang sana yang membuat Ametsa mengerutkan keningnya polos.

"Rupanya kamu sudah bangun, ya, Ametsa. Tadinya aku pikir kamu masih tertidur," ujar laki-laki itu yang membuatnya menghela nafas. "Apa kamu akan berangkat ke Cafe hari ini?"

"Ya, tentu saja. Aku tidak ingin Bos marah padaku," jawab Ametsa yang kini berjalan kembali mendekati cermin dan mendudukkan dirinya di sana untuk merias wajahnya sedikit. "Daniel, apa kamu ingin tahu sesuatu?"

Seseorang tersebut yang mendengarnya pun langsung terkekeh, lalu berkata, "Kamu ini ada-ada saja. Apa itu?"

"Semalam akhirnya aku bisa tertidur dengan nyenyak, Daniel."

Gadis itu, Ametsa benar-benar merasa senang karena akhirnya ia bisa tertidur dengan nyaman tanpa dirinya harus bermimpi dan bertemu dengan seseorang yang berada di dalam mimpinya itu. Sedangkan Daniel, laki-laki tersebut yang mendengarnya pun hanya bisa tersenyum sembari menggelengkan kepala ketika mengetahui bahwa temannya itu memiliki gangguan tidur.

"Baguslah, kamu jadi tidak sulit untuk tertidur. Berarti kamu tidak bermimpi lagi, 'kan?"

"Tidak, aku sangat senang untuk itu."

"Kalau begitu, cepatlah datang dan ceritakan semuanya. Oke?"

Ametsa yang disadarkan oleh perkataan Daniel pun langsung tergagap dan panggilan pun berakhir dengan gadis itu yang langsung mengecek jam di ponselnya yang sudah menunjukkan pukul 06.30 membuatnya menghela nafas.

"Ya Tuhan, aku hampir sajar terlambat karena terlalu asyik berbicara dengannya!"

Setelah itu Ametsa pun langsung segera menyelesaikan apa yang hendak dilakukannya. Sedangkan seorang laki-laki saat ini sedang memandang ponselnya karena baru saja berbicara dengan teman perempuannya tersebut yang membuatnya tanpa sadar tersenyum.

"Dia pasti terlambat," gumam Daniel yang sudah dapat menebaknya bagaimana gadis itu. "Sudahlah, biarkan saja."

Kemudian Daniel pun langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas miliknya, lalu memakaikan celemeknya ntuk memulai kembali bekerja. Ia benar-benar tidak bisa menunggu Ametsa yang sudah pasti akan kembali terlambat seperti biasa yang selalu dirinya lihat.

Laki-laki itu pun mulai kembali membereskan kursi yang berada di atas meja, kemudian mengelap kaca yang sedikit berdebu hingga tempat sampah yang sudah terisi penuh. Daniel yang sudah selesai merapikan semuanya pun kini sudah bisa menghembuskan nafas leganya karena merasa puas dengan apa yang baru saja dikerjakannya itu.

Sebuah senyuman pun terbit begitu saja ketika melihat hasil kerja kerasnya seorang diri hingga dimana sebuah teriakan yang begitu menggema di seluruh Cafe yang membuat Daniel terkejut dan langsung mengalihkan pandangan ke arah belakangnya.

"QUEEN AMETSA SUDAH DATANG!!!" teriak seseorang tepat di belakang sana yang membuat Daniel meringis dan menutupi kedua telinganya dengan tangannya sendiri. "DANIEL, AKU DATANG!!!"

"Ametsa, apa kamu sudah gila?!" ujar Daniel dengan wajah yang begitu terlihat kesalnya itu. "Aku benar-benar bersumpah kamu tidak akan menjadi Queen bagiku lagi."

"APA?!" ujar gadis itu terkejut. "DANIEL, KAMU JAHAT SEKALI! AKU ADALAH QUEEN AMETSA, JADI JANGAN BERANI MENGUBAH ATAU MENGGANTINYA!"

Mendengar itu Daniel langsung memutar kedua bola matanya malas, kemudian menghela nafas sebelum akhirnya mengambil celemek dan memakaikannya kepada gadis yang baru saja datang itu.

"Terserah kamu saja, lebih baik sekarang kamu mulai bekerja dan bantu aku."

"Hm, baiklah!" ujar Ametsa dengan penuh semangat serta senyum yang begitu merekah. "Aku akan membantumu kali ini, lihat saja!"

Daniel yang melihat bagaimana gadis itu yang berbeda dari biasanya pun hanya menggelengkan kepala dengan senyum manisnya itu. Tetapi, meskipun begitu ia ikut merasakan kebahagiaan yang sedang dirasakan oleh Ametsa sehingga dirinya kini tidak dapat berhenti untuk tersenyum.

"Antar ini ke meja yang sebelah sana, ya." Daniel memberikan nampan yang sudah disediakan dengan pesanan yang baru saja dibuatnya kepada Ametsa yang saat ini menerimanya dan mengangguk. "Hati-hati, Ametsa."

"Oke, Daniel. Kamu tenang saja, aku pasti akan baik-baik saja," balas Ametsa yang langsung disambut seorang pria yang tidak saja membuat gadis itu terjatuh beserta nampan yang terjatuh ke lantai membuat Daniel yang mendengarnya langsung membelalakkan kedua mata dan berlari keluar untuk melihat situasi yang terjadi.

Kini Ametsa jatuh tersungkur dengan kedua tangan yang sudah tidak lagi memegang nampan, sedangkan seorang pria yang tidak sengaja mendorongnya pun menjadi merasa bersalah dan membantu gadis tersebut untuk berdiri.

"Ah, maafkan saya, Nona." Pria itu kini sedikit berjongkok sehingga membuat Ametsa yang mendengarnya pun secara perlahan langsung mendongakkan kepala dan mendapati seseorang yang begitu tampan membuatnya tanpa sadar menerima uluran tangan dari orang tersebut. "Apa kau baik-baik saja?"

Akan tetapi gadis itu masih diam termenung melihat bagaimana tampannya seorang pria yang berada di hadapannya saat ini membuat Ametsa lupa bahwa semua orang sedang memperhatikannya.

"Nona, apa kau baik-baik saja?" lanjut pria itu yang kini sedikit mengangkat kedua alisnya dengan satu tangan yang melambai di depan wajahnya.

Sementara dikejauhan sana Daniel melihat bagaimana Ametsa yang terjatuh di hadapan seorang pria tampan membuat laki-laki itu merasa kepanasan. Akan tetapi sebisa mungkin ia mencoba untuk menahan dirinya sendiri agar tidak melakukan sesuatu yang membuat gadis itu merasa malu.

Dengan segera Daniel pun berjalan menghampiri mereka berdua hingga akhirnya berhenti tepat di hadapan Ametsa dan seorang pria yang sedang berjongkok di hadapan gadis itu.

"Ametsa," panggilnya dengan raut wajah yang begitu terlihat khawatir. "Apa kamu baik-baik saja? Tidak ada yang terluka, 'kan?!"

Tersadar setelah mendengar suara seseorang yang begitu familier ditelinganya membuat Ametsa langsung menggelengkan kepala dan memandang dua orang yang berada di dekatnya itu.

"Daniel?! Ah, maafkan aku, pesanannya jadi tumpah!" ujar Ametsa dengan wajah yang ditekuk. "Kau, maaf, tadi kau berbicara apa?"

Pria di hadapannya itu yang melihatnya pun hanya bisa tersenyum lalu menggenggam kedua lengan dari Ametsa sehingga gadis tersebut kini bisa berdiri.

"Kau baik-baik saja, 'kan? Maaf, tadi aku hendak terburu-buru untuk pergi." Pria itu tersenyum lalu mengeluarkan kartu nama miliknya kepada seseorang yang berada di hadapannya saat ini, "Ini, jika terjadi sesuatu padamu langsung saja hubungi saya. Kalau begitu, saya pamit pergi."

Kepergian dari pria itu membuat Ametsa tidak bisa berkata apa-apa lagi dikarenakan rupanya yang begitu tampan membuat gadis tersebut tak bisa berkedip, sedangkan Daniel yang menyadari hal tersebut langsung melipat kedua tangannya di depan dada lalu memutar kedua bola matanya malas.

"Ametsa sadarlah, bola matamu bisa keluar jika terus saja menatapnya."