Chereads / MARRY AN IMAGINARY HUSBAND / Chapter 19 - AMETSA LELAH BERHARAP PADA SEMESTA

Chapter 19 - AMETSA LELAH BERHARAP PADA SEMESTA

"Ada apa?" tanya Meyra.

Seorang gadis yang berada di hadapannya pun langsung tersadar dari lamunannya tersebut, kemudian menggelengkan kepala dengan senyum manisnya itu.

"Tidak, bukan apa-apa," jawab Ametsa.

Meyra yang mendengarnya pun langsung menoleh ke arah samping dimana suaminya yang saat ini juga sedang memandang ke arahnya sehingga kini saling menatap satu sama lain.

Sementara pikiran Ametsa masih tertuju kepada seseorang yang baru saja bertemu dengannya di dalam mimpi yang membuatnya semakin merasa penasaran dengan maksud dari ucapan pria itu.

"Paman, Bibi," panggilnya sembari memandang kedua orang tersebut yang saat ini berada di hadapannya itu. "Kalian masih di sini?"

"Memangnya kenapa?" tanya Hanzo dengan kedua sudut bibirnya yang tertarik ke atas sehingga membentuk sebuah senyuman, lalu menoleh ke arah samping dimana istrinya tersebut berada sebelum akhirnya kembali memandang seseorang yang berada di hadapannya saat ini. "Kami ke sini karena ingin menjaga kamu, Ametsa."

"Apa ini karena Daniel?" Ucapan gadis itu sangatlah tepat sehingga kini Meyra dan Hanzo pun bingung harus berkata apa supaya Ametsa tidak terlalu mempermasalahkan apapun lagi. "Ini pasti karena Daniel yang menyuruh kalian untuk datang ke sini, 'kan?"

Meyra pun langsung menggenggam pergelangan tangan dari seorang gadis yang berada di hadapannya saat ini, lalu berkata, "Tidak, ini atas kemauan kami sendiri, memang benar awalnya Daniel memberitahu bahwa kamu sedang sakit, tetapi dia tidak meminta apapun dari kami," ujarnya berterus terang.

Kemudian Hanzo pun ikut menganggukkan kepalanya menyetujui apa yang dikatakan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini sehingga membuat pria tersebut menghela nafas seketika.

Setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh seorang wanita yang berada di hadapannya saat ini membuat Ametsa langsung menghela nafas. Jika memang benar seperti itu, ia meras nyaman karena Daniel tidak lagi melakukan hal yang tidak dirinya sukai.

"Ametsa, sebenarnya ada yang ingin Bibi bicarakan denganmu."

Ametsa yang sedang melamun pun langsung tersadar dan memandang seseorang yang baru saja mengatakan sesuatu kepadanya.

Dilihat dari cara gadis itu menatap pun sebenarnya Meyra sudah tahu bahwa ia sedang menunggunya untuk mengatakan apa yang selanjutnya hendak dibicarakan, sehingga dirinya kini sedang melihat ke arahnya dengan tatapan penuh tanya.

"Begini ..." Meyra menggantungkan perkataannya, kemudian menoleh ke arah samping dimana suaminya itu berada sebelum akhirnya kembali memandang seseorang yang berada di hadapannya saat ini. "Apa kamu bersungguh-sungguh ingin berkencan dengan seseorang?"

Kebingungan pun diperlihatkan oleh gadis tersebut terhadapnya sehingga kini Meyra yang melihatnya langsung menghela nafas dengan kedua sudut bibirnya yang terangkat ke atas sehingga membentuk sebuah senyuman.

"Apa ada yang salah?" Pertanyaan itu langsung terlontar begitu saja dari mulut seseorang yang berada di hadapannya saat ini sehingga membuat Meyra dan Hanzo yang mendengarnya pun langsung menghela nafas seketika.

Entah harus bagaimana mereka berdua menjelaskannya bahwa putranya sebenarnya menyukai anak gadis yang berada di hadapannya saat ini. Akan tetapi Daniel sendiri melarang mereka untuk berbicara apapun mengenainya, sehingga Hanzo dan Meyra sedikit kewalahan untuk menjelaskannya.

"Bolehkah aku meminta alasannya?" tanya Meyra dengan kedua alis yang terangkat. Kepalanya langsung menunduk dengan kedua tangannya yang masih memandang seseorang yang berada di hadapannya saat ini sehingga membuat Ametsa yang melihatnya pun mengerutkan keningnya. "Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi karena kau yang tiba-tiba mengatakan ingin berkencan dengan seseorang."

Suasana pun kembali hening karena Ametsa yang masih saja diam tidak berbicara, namun gadis itu memandang lurus ke arahnya seperti sedang mencari sesuatu dalam dirinya sehingga Meyra yang mengetahui hal tersebut hanya bisa diam menunggu apa yang akan dikatakan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini.

"Bibi, bolehkah aku mengatakan sesuatu?" tanya Ametsa.

Meyra dan Hanzo yang mendengarnya pun langsung saling menatap satu sama lain sebelum akhirnya wanita tersebut menganggukkan kepala sembari memandang ke arah seseorang yang berada di hadapannya saat ini.

"Katakan saja, apa yang ingin kau katakan."

Ametsa langsung menghela nafas dengan senyum tipisnya itu sehingga kini kedua orang yang berada di hadapannya pun benar-benar merasa khawatir dengan gadis itu.

"Sejak kecil aku selalu merindukan kedua orang tuaku, ketika aku tertidur, aku selalu memeluk figura foto mereka," ujarnya yang kini menolehkan kepalanya ke arah sebuah figura yang berada di sampingnya saat ini lalu mengambilnya. Diusapnya foto tersebut sehingga kini gadis itu tanpa sadar menjatuhkan air matanya begitu saja. "Rasanya, ketika aku memeluk foto ini, aku selalu merasakan kehadiran mereka, sampai aku bertemu dengan seseorang yang berada di dalam mimpiku dan berkata akan selalu menemaniku."

Betapa besar kerinduan gadis di hadapannya itu yang saat ini sedang melihat foto kebersamaan mereka ketika kedua orang tuanya masih ada hingga dimana Meyra dan Hanzo pun mengerti bahwa Ametsa berusaha mengatakan sesuatu yang diinginkannya sejak lama.

Senyum pun terbit begitu saja, Meyra benar-benar tidak menyangka bahwa seorang gadis kecil yang dulu begitu kesepian kini sudah tumbuh dewasa. Begitu cepat sampai Hanzo pun sangat khawatir jika seandainya Ametsa terjerumus ke jalan yang salah, tetapi beruntungnya gadis tersebut tidak melakukannya.

"Daniel pernah berkata padaku, bahwa kau sangat menyukai pria yang seperti di dalam cerita dongeng. Ametsa, apa kau berharap akan ada seorang Pangeran yang bertemu denganmu?"

"Benar, aku sangat menginginkan seorang Pangeran dalam hidupku," jawab Ametsa dengan air matanya yang masih belum bisa berhenti mengalir, akan tetapi kali ini gadis itu sedikit tersenyum. "Seorang Pangeran yang bisa mengajakku untuk bertemu dengan kedua orang tuaku."

Setelahnya Meyra pun langsung terdiam mematung di tempatnya dengan kedua matanya yang menatap kosong ke arah gadis di hadapannya tersebut. Wanita itu benar-benar terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Ametsa sehingga pikiran negatif pun muncul begitu saja di kepalanya.

Hanzo yang sama terkejutnya pun langsung mengajak Meyra untuk berdiri dari duduknya sebelum akhirnya pria tersebut membawanya keluar dari dalam kamar meninggalkan Ametsa yang sedang memerhatikan foto kedua orang tuanya.

"Pa, Ma, Ametsa benar-benar sudah lelah berharap, tetapi sekali lagi aku ingin bertanya kepada kalian. Apa aku boleh berharap kepada semesta?"

Sementara itu saat ini Hanzo dan Meyra sudah berada di luar kamar. Pria itu menatap istrinya yang masih saja diam dengan pandangan kosong sehingga membuatnya langsung menarik wanita tercintanya itu ke dalam pelukannya.

"Tenanglah, itu bukan apa-apa, Meyra," ujar Hanzo menenangkan dengan satu tangannya yang saat ini sedang mengusap rambut indah milik wanitanya itu. "Dia akan baik-baik saja, Ametsa tidak akan pergi kemanapun, jadi kau bisa tenang sekarang."

Detik selanjutnya Meyra pun menangis di dalam pelukan suaminya itu dengan seluruh tubuhnya yang bergetar hebat. Wanita itu sangat takut bahwa Ametsa akan menyerah dengan hidupnya sehingga gadis tersebut melantur berkata seperti itu.

"Hanzo, Ametsa ..."