Tempat berikutnya yang dikunjungi pasangan suami istri tersebut adalah sebuah salon. Richard menyuruh pemilik salon untuk mempercantik istrinya dengan make up natural serta merapikan rambutnya yang acak-acakan. Richard bahkan menyuruh mereka untuk mempercantik kuku tangan serta kaki Anxia.
Pria itu benar-benar tidak nanggung disaat dia memutuskan ingin memanjakan istri dan putrinya.
Richard menunggu dibawah sementara Anxia dibawa ke lantai dua untuk diubah menjadi wanita jelita oleh tangan ajaib sang pemilik salon.
Dengan sabar Richard menunggu sambil mengecek perubahan saham pada tabletnya, sementara asisten pribadinya memberi laporan mengenai kontrak kerja sama dengan perusahaan di Jepang.
"Bagaimana dengan orang itu? Apakah kau sudah menemukannya?"
"Dugaan anda memang benar. Wanita itu bukanlah Nyonya Zhou. Master Yu sengaja mengedit foto beliau untuk memancing nyonya keluar dari persembunyian."
Richard mengelus dagunya sambil mendengus sarkas. "Sudah kuduga. Cari tahu dimana nyonya Zhou berada. Tidak peduli apakah beliau hidup atau mati, kau harus menemukan tubuhnya. Aku tidak ingin istriku terpancing dengan informan palsu."
"Baik."
Thijs Oldenhof, asisten pribadi Richard telah mengikuti majikannya lebih dari lima tahun. Dan selama ini dia yang mengurusi semua hal penting berurusan pekerjaan bila tuannya tiba-tiba menghilang dan tidak bisa dihubungi. Thijs sudah terbiasa dengan kehilangan tuannya yang mendadak sehingga dia tidak lagi terkejut ataupun panik begitu tuannya tidak datang ke meeting para direksi utama.
Thijs juga sangat mengenal kesukaan tuannya. Richard memang penyuka wanita, tapi hanya sekedar melihat dan tidak pernah bertindak lebih yang bisa membangkitkan nafsunya. Tuan besar Stanley Calvin telah mendidik ketiga anaknya dengan baik sehingga mereka tidak sembarangan bersetubuh dengan orang asing sesukanya walaupun lingkungan mereka dipenuhi dengan pergaulan bebas.
Karena itulah Thijs sangat syok saat mendengar tuannya hendak menikah dengan gadis Asia yang tidak pernah dilihatnya. Qiao Anxia memang cantik, tapi bukanlah yang paling cantik, apalagi selera Richard yang sebenarnya adalah gadis berambut pirang serta mata biru seperti gadis Eropa atau Amerika. Yang pasti bukan gadis Asia yang memiliki rambut serta mata hitam yang membosankan.
Thijs terlebih syok lagi saat mengetahui ternyata tuannya memiliki seorang anak perempuan hasil dari pembuahan keduanya. Selama ini dia mengira dia mengetahui semua kegiatan ataupun skandal tuannya. Ternyata, masih ada yang disembunyikan Richard darinya membuatnya geleng-geleng kepala.
Bukannya dia ingin mendapat laporan tiap apa yang dilakukan majikannya, hanya saja dia berharap dia mengetahuinya terlebih dahulu sehingga dia bisa mempersiapkan apa-apa saja untuk mengantisipasi masalah yang akan datang.
Tadinya dia berpikir tuannya sengaja menikahi ibu dari putrinya karena ingin memberikan keutuhan keluarga bagi putrinya. Dia berpikir Richard tidak menyukai istrinya dan akan menelantarkannya.
Tapi siapa yang menyangka, pria itu malah membelikan barang-barang mahal, bahkan mencari cara untuk membuat master Yu tidak mengganggu kehidupan istrinya. Richard juga mencari keberadaan ibu kandung istrinya diam-diam dan melindungi istrinya dari cengkeraman master Yu yang hingga saat ini masih belum menyerah untuk mendapatkan kembali salah satu asasin terbaiknya.
Thijs bisa mengerti kalau seandainya Richard ingin melindungi putrinya yang masih kecil itu dari orang jahat. Dia sempat mengira akan menjauhkan putrinya dari Anxia agar putrinya tidak terlibat dalam pekerjaan berbahaya ibunya. Dan untuk kesekian kalinya Richard menghancurkan dugaannya dengan menjadikan ibu putrinya sebagai istrinya.
Thijs tidak habis berpikir mengapa tuannya malah membawa masuk seorang asasin berbahaya ke dalam keluarganya. Apakah Richard tidak takut dia akan mati suatu saat nanti?
"Apakah ada sesuatu yang ingin kau katakan?"
Pertanyaan Richard membuyarkan lamunan Thijs. "Tidak ada. Aku hanya tidak mengerti keputusan anda yang menikahi nyonya. Apakah anda tidak takut?"
Richard mengerling ke tangga menuju ke arah lantai dua. "Sebenarnya, aku takut. Aku takut suatu hari nanti aku tidak akan bangun karena aku sudah mati, aku takut dia berhasil menemukan celahku dan membawa putriku pergi menghilang dariku."
"Kalau begitu… kenapa?"
"Entahlah. Mungkin karena aku tidak bisa membiarkannya? Setelah membaca laporan mengenai latar belakangnya, aku memiliki keinginan kuat untuk menariknya keluar dari dunianya. Aku ingin memberikan apa yang tidak pernah ia bisa dapatkan dulu."
Thijs tersenyum mengerti mendengar. "Tampaknya anda sudah jatuh cinta pada pesonanya."
Richard tertawa kecil mendengarnya. "Aku tidak tahu apakah ini cinta atau bukan, tapi kurasa aku lumayan protektif terhadapnya."
Berikutnya keduanya berbasa-basi sebentar sambil membicarakan pekerjaan hingga Anxia turun dari lantai dua dengan langkah yang anggun.
Richard terpaku pada tempat duduknya yang posisinya berhadapan dengan tangga kayu tersebut. Anxia mengenakan sack dress putih tanpa lengan yang berhenti tepat diatas lututnya. Sepatu pilihannya juga menghiasi kakinya yang indah dan kini rambutnya yang semula acak-acakan telah tertata rapi dan dibiarkan mengurai ke belakang.
Ada beberapa bagian rambut di kedua sisinya jatuh ke depan bahu tersebut, dan wajahnya… oh, betapa cantiknya istrinya. Bukan dengan make up norak ataupun mencolok seperti kebanyakan perempuan, tapi alami dan sangat cocok dengan wajah mungil istrinya.
Anxia berjalan hingga berhenti di anak tangga paling bawah sambil menatap lurus ke mata Richard dengan pandangan yang sulit diartikan. Aura disekitar gadis itu tampak seperti menimbulkan kesan bahwa Anxia sama sekali bukan pembunuh bayaran ataupun pekerjaan gelap lainnya. Sebaliknya, penampilan Anxia saat ini menimbulkan kesan gadis baik-baik yang berasal dari keluarga terpandang.
Semuanya terasa sempurna bagi Richard dan dia tidak ingin melewatkan momen berharga ini dengan menikmati pemandangan indah dihadapannya.
Anxia dihadapannya bukanlah Anxia yang menjebaknya empat tahun yang lalu dengan pakaian merah mencolok nan seksi serta lipstick merah yang sangat menor layaknya sebagai wanita penggoda.
Anxia yang ini tampak seperti gadis polos nan lugu yang tidak mengerti arti dunia kekerasan diluar sana. Untuk beberapa saat Richard melupakan kenyataan bahwa istrinya bukanlah gadis polos, namun asasin yang sudah terlatih dan banyak mengambil nyawa orang.
Kesan penampilan Anxia saat ini sungguh sangat bertolak belakang dengan profesinya kalau saja perempuan itu tidak menghancurkan momen ini dengan kalimatnya.
"Aku akan membunuhmu kalau kau tidak puas dengan penampilanku!"
Baik Richard maupun Thijs membelalak mendengar ancaman ini dan seolah diingatkan kembali akan profesi gadis itu, Richard tertawa terbahak-bahak.
Biasanya pada umumnya, seorang gadis akan bertanya seperti 'Bagaimana penampilanku?' atau seperti 'Apakah ada yang aneh dengan penampilanku?' dan semacamnya.
Tapi Anxia malah mengancamnya membuat Richard tidak berhenti tertawa sambil memegangi perutnya.
Ah, istrinya ini memang lain daripada yang lain.
Daripada merasa takut terhadap istrinya, dia malah merasa tertantang untuk menaklukkan istrinya.