Akhirnya, setelah berjam-jam belanja membeli semua barang untuk Anxia serta ke salon untuk mempercantik gadis itu, mereka tiba di rumah kediaman Stanley Calvin tepat pukul lima sore.
Tadinya dia mengira, rumah keluarga Calvin akan sangat mewah seperti rumah targetnya saat dalam menjalankan misi. Apalagi Richard sanggup menghabiskan ratusan ribu euro tanpa berkedip untuknya, jadi dia menduga rumah kedua orangtua pria itu akan sangat megah dan besar.
Tapi rumah dihadapannya saat ini terbilang cukup normal. Tipe sebuah rumah yang bisa dimiliki oleh kalangan menengah. Tidak terlalu besar, namun juga tidak kecil.
"Selamat datang ke rumahku. Aku harap kau bersikap baik dihadapan kedua orangtuaku."
"Kenapa aku harus menurutimu?"
"Coba saja kau melawan mereka. Ayahku akan memastikanmu tidak akan menemui cucu perempuannya."
"…"
Richard tersenyum puas sementara hati Anxia merasa mendidih. Dia merasa pria ini telah memegang telak satu-satu kelemahannya dan sengaja mengatasnamakan putrinya untuk mengancamnya.
"Jadi mereka sudah tahu kalau Lori adalah anakmu?"
"Benar."
"Itu berarti Lori juga sudah tahu kalau kau adalah ayahnya?"
"Dia memanggilku papa. Bagaimana menurutmu?"
"…"
Jadi sebenarnya, Richard sudah memberitahu Lori bahwa Richard adalah ayahnya atau belum? Putrinya ini memiliki kebiasaan memanggil seorang pria tampan dengan sebutan 'papa' lalu menjodohkannya untuk dijadikan suaminya. Namun sebelum para pria itu sempat menjalin hubungan dekat dengan putrinya, Anxia sudah mengancam mereka terlebih dulu hingga membuat mereka berlari ketakutan.
"Asal kau tahu. Kau bukanlah orang pertama yang dipanggilnya 'papa'. Jangan besar kepala terlebih dulu."
"Siapa?"
"Apanya?"
"Siapa saja yang dipanggil papa oleh baby girlku?"
Baby girl?
Dan kenapa pula sinar mata Richard berubah menjadi dingin dan berbahaya?
"Mama! Papa!"
Untunglah, Lori keluar terlebih dahulu dan berlari menghampiri mereka sambil berlari. Lori terlalu bersemangat karena melihat untuk pertama kalinya ayah serta ibunya berdiri berdampingan untuk pertama kalinya sehingga dia kehilangan keseimbangan dan akan terjatuh.
Sebelum Lori sempat terjatuh, Richard telah siap siaga menopang tubuh putrinya dan langsung mengangkat tubuh kecilnya ke tengah udara menciptakan tawa geli dari suaranya yang merdu.
"Baby girl, jangan berlari seperti itu atau kau akan jatuh."
Lori cekikikan kecil lalu melingkarkan kedua tangan kecilnya ke leher sang ayah.
"Aku merindukan papa. Kupikir papa tidak akan datang hari ini."
"Tentu saja tidak. Aku selalu datang untuk menemui putri kecilku." jawab Richard sembari memberi kecupan seringan bulu pada wajah putri kecilnya membuat Lori tidak berhenti tertawa.
Sementara Anxia hanya bisa berdiri terpaku melihat interaksi duo ayah anak tersebut. Dia tidak pernah melihat putrinya tertawa seriang ini sebelumnya. Coba lihat, putrinya lebih sibuk memperhatikan Richard dibandingkan dirinya seolah dia tidak ada disebelahnya.
Ditambah lagi, Anxia tidak pernah melihat sikap suaminya yang begitu memancarkan kehangatan serta penuh kasih sayang di tiap tindak-tanduknya.
Suaminya? Apakah dia baru saja mengakui pernikahan tak terduga ini?
Sekali lagi Anxia memperhatikan ekspresi dua individual tersebut dengan pandangan rumit. Apakah mungkin sebaiknya dia pergi dan meninggalkan putrinya dalam perlindungan suaminya?
Tampaknya, Richard begitu menyayangi putri mereka. Jika Richard sanggup membelikannya barang-barang terbaik untuk wanita seperti dirinya, dia yakin Richard sanggup memperlakukan Lori jauh lebih baik dari dirinya.
Untuk beberapa saat, Anxia menimbang-nimbang apakah dia terus melanjutkan rencananya yang ingin membunuh Richard atau tidak. Jika dia mengambil Richard dari Lori, itu berarti dia mengambil sumber kebahagiaan putrinya.
Apa yang harus dia lakukan? Apakah dia sanggup mengambil sumber kebahagiaan putri satu-satunya?
"Kau pasti adalah Xia Xia." sebuah suara lembut dan hangat terdengar membuyarkan lamunan Anxia.
Anxia tercengang saat melihat seorang wanita tua dengan beberapa keriput yang tak terlalu kentara tersenyum lebar serta sinar matanya memancarkan penuh kasih sama persis seperti Richard saat menatap Lori.
Napasnya tercekat saat wanita itu memeluknya dengan hangat, tipikal pelukan seorang ibu membuat hati Anxia terkikis.
Sudah lama dia tidak merasakan pelukan hangat seorang ibu. Sudah lama dia tidak merasakan disayangi oleh seseorang selain kasih dari putrinya. Tapi hari ini, dia merasa dirinya langsung dihujani dengan perhatian serta kasih melalui gerakan sepele Richard yang mengelus belakangnya serta memasang sepatu pada kakinya hingga pelukan dari wanita tua ini.
"Lori sangat merindukanmu, bukankah begitu Lori?" Meisya, ibunda Richard melonggarkan pelukannya dan bertanya pada cucu perempuannya.
"Hm. Aku sangat merindukan mama." kedua tangan Lori terbuka seakan meminta sang ibu untuk menggendongnya.
Dengan sigap Richard mengarahkan tubuh Lori dan membiarkan istrinya menggendong putri kecil mereka. Mulut Lori termanyun kedepan dan bergerak mendekat ke wajah Anxia membuat Anxia tersenyum lebar.
Mengetahui keinginan putri kecilnya, Anxia turut memanyunkan mulutnya dan mencium bibir putrinya dengan singkat.
Anxia sama sekali tidak menyadari sepasang mata disebelahnya memperhatikannya dengan tercengang. Richard sama sekali tidak menduga bahwa pembunuh bayaran sekelas Anxia sanggup tersenyum tulus seperti itu.
Hal ini membuatnya merasa yakin bahwa Anxia sangat menyayangi Lori dan akan melakukan apapun demi kebahagiaan putri mereka. Kini dia mulai merasa bersalah karena dia selalu menggunakan putri kecil mereka untuk mengancam istrinya.
Mulai sekarang dia tidak akan mengatasnamakan putri mereka dan menggunakan cara lain untuk membuat istrinya luluh dan lepas dari pekerjaan gelapnya.
Yah, mungkin dia tetap akan menggunakan putrinya jika Anxia masih bersikeras untuk melanjutkan pekerjaan kejamnya.
Biar bagaimanapun, Lori adalah kartu asnya!
"Kalian pasti capek sekali dan aku yakin kalian kelaparan. Iya kan?" tebak Meisya kepada menantunya.
"Sangat lapar. Richard membawaku berkeliling tanpa memberiku makanan."
Slash!
Seolah bisa mendengar sebuah golok membelah semangka besar, Richard bergidik ngeri saat mendapatkan lirikan sinis dari ibunya.
"Kalau lain kali kau membuat menantuku kelaparan, jangan harap aku akan membuka pintu rumah untukmu." ancam Meisya membuat Anxia melongo.
Apa dia tidak salah lihat? Richard takut pada ibunya? Tanpa disadarinya, nilai poin Richard bertambah satu didalam hatinya.
Jarang-jarang ada anak orang kaya, apalagi seorang pria dewasa merasa takut ketika sang ibunda marah.
"Ayo, sayang. Kita masuk kedalam. Aku sudah memasakkan kalian masakan spesial untuk menyambut kalian." tanpa menggubris putranya yang durhaka, Meisya merangkul pinggang Anxia dan menuntunnya masuk ke dalam rumah.
Durhaka? Iya, Richard sudah dipandang durhaka oleh sang ibu. Anak durhaka itu beraninya menghiraukan segala nasihat mereka dan menghamili anak orang lain di luar nikah. Untung saja Richard sudah meresmikan ikatan pernikahan mereka sebelum datang ke rumah ini, kalau tidak, Meisya tidak hanya akan menutup rapat pintu rumahnya, tapi dia sendiri yang akan merajang putra sulungnya.
Richard mengelus dada melihat punggung ibu serta istrinya yang berjalan masuk ke dalam rumah.
"Dari dulu, mama sungguh menakutkan kalau sedang marah."
>>>>>> From author
Hahahaha, kalian ingat adegan Richard kecil yang berbuat jahil pada sepupu Chleo? Dia mengikat kaki sepupu Chleo ke meja hingga si sepupu terjatuh. Meisya juga marah dan memasang ekspresi mengerikan membuat Richard kecil bersembunyi dibelakang kakak sepupunya.
Kalau ada pembaca baru yang tertarik dengan tingkah Richard kecil yang usil, silahkan mampir ke You Are My Colour volume 4. Richard cuman muncul sebagai cameo saja di bab 483-492 (promosi pisan nih authornya 😋😋)
Happy reading!
PS: Kemarin saya masukkan visual untuk wajah Lori lo. Cantik banget. Kalau penasaran cuzzz cek di ig saya @vorstinstory