Tidak perlu menunggu lama, Anxia telah keluar dengan menggunakan pakaian yang dipilihnya. Anxia memakai dress off-shoulder bewarna merah. Panjangnya tidak sampai ke lutut, tapi juga tidak terlalu pendek. Warna merah yang sangat terang pada dressnya sangat kontras dengan kulit perempuan itu yang putih seperti kulit bayi yang baru lahir. Belum lagi rambut hitam legam yang terurai secara acak-acakan membuatnya tampak terlihat seksi.
Ugh! Tiba-tiba saja daerah bawah perutnya terasa mengetat melihat penampilan perempuan itu.
"Coba ganti yang lain." usul Richard dengan ekspresi datar membuat Anxia memutar matanya dengan malas.
Anxia mencoba pakaian demi pakaian yang dipilihnya dengan menahan rasa jengkelnya, dia menunjukkan penampilannya pada pria itu.
Pria menyebalkan ini terus saja menyuruhnya berganti pakaian seolah tidak ada baju yang bisa memuaskannya. Entah sudah berapa kali Anxia harus berganti pakaian karena Richard terus-menerus memberinya pakaian baru.
Kebanyakan baju yang dipilih oleh Richard merupakan style kesukaannya membuat Anxia tidak terlalu jengkel. Setidaknya pria itu memiliki selera fashion yang cukup bagus.
"Aku tidak mau mencobanya lagi. Aku sudah capek."
"Oh? Kupikir kau tidak akan pernah mengatakannya."
Sebelah alis Anxia terangkat mendengarnya. Apakah mungkin sedari tadi pria itu menunggungnya untuk menghentikan pengepasan baju ini?
"Baiklah. Bungkus semua baju yang dicobanya." ucap Richard pada pelayan butik dengan nada kasual seolah dia baru saja hanya belanja di supermarket membuat mata Anxia membelalak.
Richard akan membeli semua pakaian yang sudah dicobanya? Bukannya pria itu tidak suka baju yang dipakainya? Kenapa sekarang pria itu membeli semuanya?
Dan lagi, ada berapa baju yang sudah dicobanya? Lebih tepatnya… berapa ratus ribu euro harga keseluruhan baju yang dibeli Richard?
"Satu lagi, ini untukmu."
Anxia menerima sebuah ponsel yang berbobot ringan tapi cukup panjang, bahkan melebihi panjang telapak tangannya.
"Apa ini?"
"Tentu saja ponsel. Akan lebih memudahkanku untuk menghubungimu."
"Biar kutebak. Sinyal pemancar, alat pelacak dan juga alat penyadap ada di sini." Anxia melambaikan ponselnya dengan asal-asalan seolah ponsel mewah yang berharga fantastis itu sama sekali tidak berarti.
Bagi Anxia, tidak peduli seberapa mahal atau mewah ponsel yang dimilikinya, dia akan membuangnya tanpa pikir panjang begitu tahu ada alat penyadap ataupun pelacak pada hapenya.
"Kau pikir aku akan bodoh membiarkanmu pergi begitu saja? Tentu saja aku tidak akan berniat membuatmu kabur dariku."
Anxia mendengus mendengarnya. Biarlah pria yang kini menjadi suaminya ini mengawasi pergerakannya. Toh, begitu dia menemukan jalan keluar untuk membawa kabur putrinya, dia akan membuang ponsel ini.
"Kau akan menyesalinya jika kau membuangnya. Aku yakin kau bahkan akan berharap kau tidak akan pernah membuangnya."
Kening Anxia mengerut tidak suka dengan nada peringatan pria dihadapannya. Dia ingat, Richard juga memberikan peringatan yang sama empat tahun lalu, tapi dia tidak menghiraukannya. Barulah keesokan paginya dia benar-benar menyesal dan berharap bisa memutar waktu kembali.
Waktu itu dia memang menyesali perbuatannya yang asal main menjebak orang tanpa memastikan identitas targetnya dulu, tapi untuk ponsel ini… apa yang bisa membuatnya menyesal karena telah membuangnya?
Karena harga smartphone ini yang super mahal? Walaupun ia bisa menjualnya, dia yakin harganya akan turun drastis dan tidak akan mendapatkan harga seperti semula.
Anxia sama sekali tidak bisa menebak hal apa yang bisa membuatnya menyesal telah membuang ponsel yang tampak biasa ini. Kalau Richard hanyalah orang biasa, Anxia pasti tidak akan terlalu memikirkannya dan menganggap omongan Richard hanyalah gertakan belaka.
Tapi dia sudah mempelajari kesalahannya di masa lalu. Richard bukanlah orang biasa dan tiap kalimatnya pasti benar-benar ada maksudnya.
"Memangnya apa yang akan membuatku menyesal?" Anxia tidak mau main tebak dan memilih untuk bertanya langsung.
Richard mengulas senyuman miring ketika menjawabnya, "Kau akan tahu sebentar lagi."
"Tuan, semuanya seratus tujuh puluh lima ribu euro (setara dengan tiga miliar rupiah)."
Kedua mata Anxia seakan nyaris melompat dari tempatnya begitu mendengar nominal angka tersebut. Seratus tujuh puluh euro!? Memangnya ada berapa baju yang dibeli Richard?? Dan lagi, dia yakin sekali harga satu mobil di Belanda ini yang sederhana tidak akan mencapai seharga baju yang dibeli Richard!
"Hm. Xia Xia, apa yang kau lakukan? Cepat bayar pakaiannya."
Anxia menatap garang ke arah Richard. Dasar pria tidak tahu malu! Bisa-bisanya pria itu menyuruhnya membayar pakaian yang tidak pernah ia minta!
Richard tidak kuasa menahan tawa gelinya melihat istrinya malah mendelik ke arahnya dengan ganas seperti singa betina yang siap menerkam mangsanya. Istrinya ini memang sangat unik dan lain dari perempuan lainnya.
Dengan penuh kesabaran, Richard mengambil kembali ponsel yang baru saja diberikannya pada Anxia. Lalu dia membuka sebuah aplikasi untuk ditunjukkannya pada Anxia.
Kedua mata Anxia membulat melihat layar ponsel barunya. Dia terlebih merasa syok saat Richard mengembalikan ponselnya ke tangannya lalu kembali mengucapkan kalimat terakhirnya. "Cepat bayar pakaiannya."
Anxia melongo dan pandangannya tidak sanggup dialihkan dari ponsel barunya yang ternyata memiliki aplikasi seperti my wallet atau my bank. Tapi yang ini bukan seperti aplikasi lainnya. Yang ini langsung masuk ke sistem bank dan dia bisa membayar apapun dengan aplikasi ini.
Anxia juga sempat melihat ponselnya memiliki lebih dari satu aplikasi karena masing-masing memiliki mata uang yang berbeda. Ada yang menggunakan mata uang euro, ada juga mata uang dolar. Dan semua nominal yang dilihatnya memiliki angka nol yang luar biasa banyak di belakangnya.
ASTAGA!!! Apakah ini maksudnya dia akan menyesali begitu dia membuang ponselnya? Membuang ponsel ini sama saja membuang kekayaannya!
Anxia menatap Richard dengan tatapan yang sulit diartikan. Dia bahkan tidak tahu apakah dia merasa senang ataukah takut menjadi istri pria ini.
Richard tersenyum geli melihat istrinya yang masih terpaku pada tempatnya.
"Sudah kubilang kan? Menikah denganku adalah penawaran yang sangat bagus untukmu."
Anxia bertanya-tanya, apakah pria ini mencoba untuk menggaetnya dengan harta pria itu? Apakah pria ini menjeratnya dengan kekayaan yang dimiliki pria itu? Karena kalau iya, maka pria itu berhasil!
Anxia menjadi kurang berminat untuk melarikan diri dan merasa dia akan menyukai statusnya sebagai seorang istri dari Richard.
Tanpa disadarinya sedikit demi sedikit Richard berhasil mengubah paradigma istrinya kemudian akan membujuknya untuk keluar dari profesi gelapnya.
Hanya saja untuk saat ini, pemikiran Anxia masih sangat jauh dari apa yang menjadi tujuan Richard. Bukannya ingin menetap sebagai istri Richard, tapi sebaliknya, dia berusaha ingin menyingkirkan suaminya agar dia bisa mengambil alih semua kekayaan suaminya.
Richard Calvin, berhati-hatilah. Istrimu yang saat ini tampak jinak, akan menyerangmu begitu kau lengah.