Chereads / Awas, Papa! Mama Mau Membunuhmu!! / Chapter 23 - Bab 23 Pemikiran Stanley

Chapter 23 - Bab 23 Pemikiran Stanley

Kening Stanley mengernyit menerima berbagai macam laporan yang didapat oleh Audrey. Audrey harus meretas system keamanan pemerintah Hongkong untuk mengetahui seluk-beluk Anxia, wanita yang saat ini bersama Richard menuju ke rumahnya setelah meregistrasikan pernikahan mereka.

Qiao Anxia… bukan. Nama wanita itu yang sebenarnya adalah Zhao Anxia, cucu perempuan dari Tuan besar Zhao yang pernah dijebaknya berpuluh tahun atas permintaan kliennya.

Karena permainan angka yang diubahnya pada biaya pengeluaran perusahaan Zhao, perusahaannya menjadi bangkrut dan terhilit hutang. Stanley tidak tahu nasib keluarga itu berikutnya, tapi dia tahu, putra tuan besar Zhao berhasil bekerja di perusahaan keluarga Wong dan mendapatkan jabatan yang cukup tinggi.

Siapa yang menyangka ada sebuah permainan lainnya dari pihak lain menyebabkan ayah dari Anxia masuk penjara sementara ibunya masuk ke rumah sakit jiwa karena kelainan mental.

Yang berikutnya, master Yu, salah satu pemimpin triad Hongkong mengangkat serta menjadikan Anxia sebagai asasin pribadinya. Nama anak itu bukan lagi bernama Zhao Anxia, melainkan berubah menjadi Qiao Anxia.

Apakah Richard mengetahui semua hal ini? Bila putranya sudah mengetahuinya, kenapa Richard masih bersikeras ingin menjadikan wanita berbahaya itu menjadi istrinya?

Tidak akan ada yang tahu kapan perempuan itu akan mengetahui dalang penyebab kebangkrutan kakek yang tidak pernah dikenalnya, tapi kebencian serta haus akan darah perempuan itu pasti sangat dalam sehingga akan menghubungkan kemalangannya dengan semua orang yang pernah menyakiti keluarganya.

Bisa jadi, perempuan itu sengaja mendekati putranya untuk balas dendam!

Stanley memijat keningnya sambil menghela napas. Padahal baru beberapa belas tahun yang lalu mereka baru selesai menghadapi ancaman bahaya dari keluarga mereka di Amerika. Mereka baru saja menikmati kehidupan bahagia tanpa rasa takut akan ancaman musuh dari luar.

Tapi kenapa sekarang, putra sulungnya malah membawa asasin yang tampaknya tidak akan pernah mau berhenti membenci semua orang kedalam keluarganya?

Dia harus menceramahi putranya nanti begitu anak itu pulang.

"Stanley?" Meisya menengok dari balik pintu mencari suaminya yang tidak kunjung keluar. "Ada apa?"

Stanley memandang istrinya dengan penuh cinta dan sebuah senyuman tersungging pada wajahnya. Kalau orang biasa melihat ekspresinya, mereka akan mengira Stanley tidak merasa bad mood ataupun sedang menggelisahkan sesuatu.

Namun Meisya menyadarinya. Dia sangat mengenali senyuman palsu dari suaminya ini. Tiap kali Stanley hendak menyembunyikan sesuatu atau sedang bersandiwara, senyuman suaminya akan tampak tak tulus dan tidak sampai ke mata.

"Ada apa? Apakah kau tidak suka memiliki seorang cucu lebih awal? Aku sangat menyukainya. Dia anak yang manis."

Meisya berjalan menghampiri suaminya untuk memeluk pinggangnya, Tangan kanannya melingkar ke belakang pinggang sang suami sementara tangan kirinya mengelus lembut di dada Stanley.

"Stanley, aku mengerti perasaanmu. Aku juga ingin sekali menghajar anak itu. Berani sekali dia menghamili anak orang dibelakang kita. Lihat saja nanti saat dia pulang, aku akan menghajarnya habis-habisan."

Tubuh tegang Stanley menjadi rileks dan dia mengulas senyum geli mendengar kalimat istrinya.

Ah, alangkah baiknya jika latar belakang ibu dari cucu perempuannya sesederhana seperti perkiraan Meisya.

"Nasi sudah menjadi bubur, anak itu sudah lahir dan Harmonie juga sudah bilang, Richard berencana untuk menikah dengan ibunya. Kita tidak bisa mengubah kenyataan ini, Stanley."

"Aku tahu. Aku tahu itu." Stanley mengecup kening istrinya sambil menghela napas pasrah.

Apa yang dikatakan istrinya memang benar. Anak itu sudah lahir dan anak itu sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan latar belakang ibunya.

Bila ibu dari cucunya memiliki masa kecil yang begitu memilukan, maka dia tidak ingin cucu perempuannya akan mengalami hal yang sama. Jika perempuan itu berniat masuk ke dalam keluarganya, maka perempuan itu harus mau berhenti dari pekerjaannya dan memutuskan hubungan dengan siapapun yang telah mempekerjakannya.

Jika perempuan itu menolak, dia akan menyembunyikan Lori dari perempuan itu dan memastikan keduanya tidak akan bertemu lagi hingga sang ibu berhenti dari profesinya.

Dia tidak ingin Lori yang masih polos ini mengenal dunia bawah dan akan mengalami situasi berbahaya.

Stanley sudah sering mengalami perasaan dimana orang-orang tersayangnya diculik oleh musuhnya. Istrinya, keponakannya, dan juga Harmonie yang sempat pergi ke dunia lain. Rasanya sungguh tidak menyenangkan dan sangat menyiksanya.

Dia tidak ingin merasakannya lagi setelah menikmati hidup damai serta penuh dengan sukacita selama belasan tahun ini.

Stanley tidak ingin mendengar kabar bahwa ada anggota keluarganya diculik atau menghilang tiba-tiba tanpa bisa dia temukan. Dia tidak ingin kembali menghadapi musuh asing yang menganggu ketentraman keluarganya.

Itu sebabnya dia ingin calon menantunya yang satu ini untuk berhenti secara total dari pekerjaannya. Dia yakin Richard, putranya akan menyetujuinya. Kalaupun anak tololnya itu tidak menuruti keinginannya, maka dia akan memaksa putranya.

Tentu saja, Stanley tidak perlu khawatir akan soal keputusan putra sulungnya. Karena Richard sudah menyuruh Anxia untuk berhenti setelah total.

Sayangnya, Anxia sama sekali tidak berniat berhenti dan Richard sangat mengetahuinya. Tidak mudah membawa seseorang yang sudah terbiasa bermain didalam dunia kekerasan keluar begitu saja. Dia tahu, Anxia hanya bersandiwara memainkan perannya sebagai istri yang baik untuk berhenti dari profesinya.

Itu sebabnya, selesai mereka meregistrasikan pernikahan mereka di kantor pemerintahan Belanda, Richard meminta semua alat komunikasi serta benda tajam yang dibawa gadis itu.

Richard geleng-geleng kepala saat menerima semua benda bahaya tersembunyi yang dikeluarkan dari kostum hitam ketat yang dipakai Anxia. Ada setidaknya sepuluh pisau kecil yang terkait di sabuk pinggangnya yang terbuat dari kulit. Lalu ada juga jarum kecil yang bisa diperpanjang disembunyikan dalam sela-sela giginya. Tampaknya jarum ini bisa digunakan untuk membuka kunci gembok bila seandainya kedua tangannya dirantai dengan gembok.

Lalu ada sebuah ponsel kuno yang tidak akan bisa dilacak oleh komputer serta pager yang hanya bisa menerima pesan saja.

"Ini sudah semuanya?"

"…"

Anxia tidak menjawab dan hanya menatap lurus ke mata pria yang kini secara legal menjadi suaminya.

"Xia Xia, kita tidak akan berangkat sebelum kau menyerahkan semuanya."

Kedua tangan Anxia terkepal karena dia berharap setidaknya dia memiliki satu alat yang bisa digunakannya untuk memberi sinyal pada Ling Meng. Tapi tampaknya, Richard mengetahuinya dan mendesaknya untuk menyerahkannya.

Dengan gerakan enggan namun mata masih dipenuhi dengan aura membunuh ke arah Richard, Anxia menyelipkan kedua tangannya ke belakang punggungnnya masuk kedalam kaos hitamnya.

Richard mendelik kaget sama sekali tidak menyangka istrinya akan melepas branya!

Richard langsung melirik dengan tatapan peringatan ke arah asisten pribadi serta beberapa pengawalnya dan seketika mereka semua memalingkan muka dan berbalik agar tidak melihat adegan Anxia yang tengah mencopot branya.

Richard menahan napas begitu istrinya melepas branya dengan mudah dan menyerahkannya pada Richard dengan gerakan kasual.

"Sudah semua. Puas?"

Astaga! Alat apa yang sudah dipasang ke dalam branya?