Setelah menidurkan Lori di ranjang yang nyaman serta meletakkan beberapa bantal besar disekelilingnya, Richard keluar kamar sambil menghubungi seseorang.
Malam ini wanita itu akan datang kemari? Sepertinya dia perlu mengimprovisasi rencananya.
Richard menyuruh semua pegawai yang menjaga vila ini pulang lebih awal agar tidak ada mata-mata atau siapapun yang membocorkan rahasia rencananya pada wanita yang memiliki profesi asasin tersebut.
Kemudian, dia menyuruh ketiga adiknya untuk membawa Lori ke Belanda dimana putrinya akan aman bersama ayahnya.
Dia hanya memberitahu Harmonie bahwa Lori adalah putri kandungnya. Semula Moni tidak mempercayainya hingga Richard menunjukkan kotak alat penguji tes DNA, mulut Harmonie terbuka lebar tidak mempercayainya.
"Jadi kemarin kau memanggil dokter Chard karena…"
"Karena aku ingin memastikannya."
"Aaa..." mulut Harmonie masih terbuka lebar karena masih belum bisa mempercayai fakta yang baru didengarnya. "Kakak, siapa ibunya?"
Richard tersenyum tanpa memberi jawaban. "Jangan bilang Kenken dan Meli mengenai ini. Aku masih belum ingin menyebarkan kabar ini."
"Bagaimana dengan papa, mama, lalu kak Ray?"
"Kuserahkan tugas itu padamu."
"Ah?"
"Jangan langsung beritahu mereka kalau Lori adalah putriku, ayah pasti akan memburuku sampai ke ujung dunia. Buat mereka menyukai Lori, barulah setelah kau menemukan momen yang tepat, kau beritahu mereka."
"Bagaimana kalau mereka tidak menyukai Lori?"
"Kau serius mengatakannya? Tampaknya tidak ada yang tidak menyukai putriku." Richard mengumbar senyum lebar serta mengatakannya dengan nada dipenuhi kebanggaan yang besar.
Harmonie memutar mata namun dia juga tertawa geli. Apa yang dikatakan kakaknya memang benar. Tampaknya tidak ada orang didunia ini yang tidak menyukai anak manis, cantik, serta menyenangkan seperti Lori.
Padahal anak itu masih berusia tiga tahun tapi sudah cakap bicara dan tidak malu terhadap orang asing. Siapapun akan langsung jatuh cinta pada anak dan ingin berlama-lama bermain bersama Lori.
"Baiklah. Aku tidak akan bilang apa-apa. Lalu apa yang akan kau lakukan? Kenapa kau mengusir kami sementara kau tinggal disini?"
"Aku ingin menangkap calon istriku."
Boom!
Tidak satu kali, tapi dua kali sang kakak menjatuhkan bom padanya. Harmonie baru saja menerima kenyataan bahwa kakaknya sudah memiliki anak di luar nikah, kini kakaknya memiliki kandidat istrinya?
Lalu bagaimana dengan ibu kandung Lori?
Kak Richard benar-benar sudah gila. Pikirnya dalam hati. Lagipula, apa maksudnya dengan 'ingin menangkap calon istriku'? Memangnya calon istrinya adalah binatang buruan?
"Moni! Apa yang kau lakukan? Kita harus berangkat sekarang agar tidak kemalaman saat tiba di Belanda."
"Tunggu, aku akan membangunkan Lori."
Richard membiarkan Lori tidur terlebih dulu sementara yang lainnya mengepak untuk bersiap-siap pulang ke Belanda. Perjalanan dari Frankfurt ke Gierthoon dimana orangtuanya tinggal membutuhkan waktu sekitar empat hingga lima jam. Sehingga mereka berangkat jam empat sore agar mereka bisa tiba di Belanda sebelum matahari terbenam.
(author: di Belanda, matahari baru terbenam sekitar jam sembilan sampai jam sepuluh malam)
Richard membuka pintu kamar Lori dengan pelan lalu menggendong Lori secara perlahan. Meskipun sudah sangat perlahan dan berhati-hati, Lori tetap terbangun juga dan membuka matanya yang masih mengantuk sambil menguap lebar.
"Papa?"
Jika sebelum mengetahui bahwa Lori adalah putri dari kakaknya, Harmonie merasa lucu saat mendengar sebutan Lori yang memanggil papa pada Richard. Namun kini, dia tidak merasa hal ini lucu lagi begitu mendengar anak itu memanggil papa pada Richard.
"Apakah dia tahu?" Harmonie merasa penasaran apakah Lori tahu bahwa Richard adalah ayah kandungnya.
Dari awal Lori memang memanggil Richard dengan sebutan 'papa'. Tapi mereka mengira mungkin anak ini tidak memiliki ayah, jadi saat bertemu dengan Richard yang baik serta penuh pengertian membuat Lori menganggap Richard sebagai ayahnya.
Siapa yang menyangka ternyata Richard memang adalah ayah kandung anak ini.
Richard menggelengkan kepalanya. "Aku ingin membiarkan ibunya yang akan memberitahunya."
Harmonie bukanlah gadis bodoh untuk melewatkan maksud dibalik ucapan kakaknya. "Jadi, calon istri kakak yang ingin kakak tangkap…"
Lagi-lagi Richard tidak menjawab pertanyaan dan hanya memberikan permainan mata dengan menggerakkan alis matanya ke atas dan kebawah. Sikap Richard yang jahil ini sungguh menyebalkan membuatnya merasa jengkel.
"Baiklah, aku serahkan putriku padamu." lanjut Richard sembari memberikan putrinya ke dalam gendongan adik perempuannya.
"Papa? Aku tidak mau pergi."
"Hanya sebentar. Papa akan kembali padamu nanti. Sekarang kau ikut bersama dengan Moni dulu."
"Apakah papa akan meninggalkanku?"
Hati Moni terenyuh mendengar suara sendu pada Lori. Aw… jangan bersedih, Moni tidak ingin melihat ataupun mendengar suara sedih yang sanggup mengiris hati para pendengarnya.
"Tidak my baby girl. Papa tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku akan menemuimu besok bersama mama. Setelah itu kita akan mengelilingi kota Gierthoon dengan menggunakan perahu bersama mama. Bagaimana? Kau menyukainya?"
"En. Aku sangat menyukainya."
"Jadi selama tidak ada papa, kau harus menurut pada bibi Moni ya. Moni adalah adik perempuan kesayangan papa."
Lori melirik ke arah orang yang menggendongnya dengan penasaran sementara Harmonie balas meliriknya dengan lembut serta senyuman penuh kasih.
"Papa punya adik?"
"Tentu saja."
"Apakah setelah ini Lori juga akan punya adik kalau papa bertemu dengan mama?"
Uhuk… uhuk… Harmonie tersedak salivanya sendiri mendengar pertanyaan polos dari keponakannya.
"Aku akan sangat bersemangat ingin memberimu adik, tapi aku tidak yakin kalau mamamu akan menyukainya. Mungkin kau harus membujuk mama untuk bekerja sama denganku agar adikmu bisa cepat keluar."
Harmonie mendelik tidak percaya melihat kearah kakaknya.
Uhm… Tuan muda Richard, apakah kalimat itu pantas untuk didengar anak-anak?
Eh? Tidak ada kalimat yang vulgar sih. Tidak terkesan memberi ide yang membawa pengaruh buruk juga dari kalimatnya, tapi kenapa dia bisa berpikir yang tidak-tidak?
"Baik. Aku akan membantu papa untuk membujuk mama."
Richard tersenyum puas mendengarnya sementara Harmonie hanya geleng-geleng kepala.
Tuan muda Richard, teganya kau memanfaatkan kepolosan putrimu sendiri.
"Sebaiknya kami berangkat. Ucapkan sampai jumpa pada papa." ujar Harmonie cepat-cepat karena tidak ingin mendengar kalimat yang begitu memalukan dari kakaknya.
"Bye-bye." Lori segera menuruti bibinya dan melambaikan tangan kecilnya.
Seketika Richard menjadi tidak rela berpisah walau hanya beberapa hari saja. Richard mengecup kening putrinya sambil memeluk adiknya yang masih menggendong putrinya.
"Hati-hati di jalan. Segera hubungi aku begitu kalian sampai."
"Hm. Semoga berhasil dengan buruanmu."
Richard terkekeh geli mendengarnya. "Tentu saja aku akan berhasil."
Dan memang benar. Dia berhasil menangkap buruannya. Seperti yang diduganya, gadis itu telah memasang mata-mata sehingga mengetahui seluk-beluk vila ini serta posisi kamar yang ditempati Lori.
Malang bagi perempuan itu karena tidak tahu apa-apa mengenai profesi mantan hacker terkenal yang sesungguhnya.
Vila ini dipenuhi dengan system otomatis pertahanan maupun penyerangan. Bila ada penyusup masuk, alarm peringatan akan terpicu tanpa bersuara. Begitu alarm aktif, sistem pertahanan dalam rumah akan menyala dan sudah dipastikan penyusup tersebut tidak bisa keluar dari tempat ini.
Richard telah mengaktifkan system pertahanan rumah ini begitu Anxia memasuki vila. Semua jendela telah ditutupi dengan pagar besi serta semua pintu kamar dan garasi telah dikunci secara otomatis melalui program komputernya.
Kini Qiao Anxia masuk ke dalam jebakan tanpa ada jalan keluar dan Richard sama sekali tidak berniat untuk melepaskan mangsanya.
Flashback berakhir.