Chereads / Awas, Papa! Mama Mau Membunuhmu!! / Chapter 20 - Bag 20 Penawaran Menggiurkan

Chapter 20 - Bag 20 Penawaran Menggiurkan

"APA YANG KAU LAKUKAN!?"

"Aku tidak melakukan apa-apa. Justru sebaliknya aku yang ingin bertanya, apa yang kau lakukan memasuki kamarku diam-diam? Apa… kau ingin membangkitkan gairah malam itu?"

Richard nyaris seperti melihat ada asap yang mengembul di atas kepala Anxia. Sepertinya amarah perempuan itu sudah tidak terbendung lagi.

"Dimana putriku?" desis Anxia dengan suara geram tertahan. Seluruh tubuhnya sudah gatal sekali ingin mencabik-cabik orang ini, tapi dia berusaha menahan diri.

Dia tahu dia tidak akan bisa mengalahkan pria ini jika dia bertindak gegabah.

"Putrimu? Ah, maksudmu adalah Loreine Summer Richie? Aku heran kenapa kau menumbuhkan nama kita berdua pada putrimu. Apakah itu berarti kau merasakan sesuatu padaku?"

Anxia melangkah mundur tiap kali Richard melangkah maju ke arahnya. Dia telah mengambil pisau yang lain dan menggenggamnya dengan ujung pisau mengarah ke dalam tangannya sambil menghadapkan tangannya ke depan dadanya.

"Xia Xia, katakan padaku, apakah kau…"

"Jangan bermimpi!" potong Anxia lalu tiba-tiba kembali menyerang Richard, lebih tepatnya berusaha menghunuskan pisaunya ke tubuh Richard.

"Menarik sekali. Sebenarnya, kau menyimpan berapa pisau didalam bootsmu?" Richard bertanya dengan lancar sambil menghindar serangan beruntun dari Anxia. Dia bahkan tidak kehabisan napas saat berbicara seolah dia sedang berbicara sambil makan.

Woosh! Dug!

Sudah berapa kali Anxia berhasil meninju perut atau lengan Richard, tapi tidak pernah sekalipun dia berhasil menorehkan luka pada pria itu. Lebih tepatnya, Richard memang membiarkan perempuan itu memukulnya, tapi tidak ingin terluka dengan pisau itu.

Jika dia akan pulang ke rumah kedua orangtuanya, dia tidak ingin ibunya khawatir melihatnya terluka. Tapi dia juga tidak melawan dan membiarkan Anxia menghajarnya hingga puas. Dia menunggu disaat gadis itu merasa kelelahan dan pikirannya tidak bisa berpikir jernih.

Hanya dengan begitu, dia akan memberikan penawaran yang tidak akan bisa ditolak oleh wanita itu. Bukan. Dia tidak akan memberikan kesempatan bagi Anxia untuk menolak penawarannya.

Setelah hampir satu jam Anxia menyerang terus-menerus tanpa hasil yang berarti, Anxia mulai kehabisan napas.

Tidak peduli seberapa profesionalnya dia dalam bidang pekerjaannya, staminanya tidak akan bisa menyaingi seorang pria. Itu sebabnya, Anxia selalu memikirkan strategi dan rencana yang sangat teliti saat hendak menjalankan misinya. Dia akan membuat misinya berjalan dengan cepat dan efisien.

Anxia sangat mengenali kelemahannya sendiri. Dia tidak terlalu bisa bertahan lama bila harus bertarung lebih dari satu jam. Apalagi semenjak dia melahirkan Lori, seluruh waktunya kebanyakan habis untuk merawat putrinya dan tidak sempat lagi latihan untuk memperkuat staminanya.

Dan benar saja, persis setelah satu jam berlalu, Anxia sudah kehabisan tenaga dan napasnya mulai tidak teratur. Sementara pria itu… Richard tampak baik-baik saja. Pria itu bahkan sama sekali tidak berkeringat!!

Sungguh menyebalkan! Sebenarnya, siapa pria ini!? Bukankah Richard hanyalah penguasaha robotik biasa?

Ayah Richard mungkin memang adalah mantan hacker ternama, tapi Anxia yakin Stanley sama sekali tidak bisa bertarung, apalagi mengajarkan ketiga anaknya bertarung seperti ini.

"Suatu saat nanti, aku pasti akan membunuhmu!" desis Anxia menolak untuk terlihat lemah namun tidak menyerang lagi untuk mengumpulkan tenaga terlebih dulu.

"Hm. Silahkan mencobanya. Tapi, bagaimana kau bisa melakukannya jika kita terpisah jarak? Bukankah akan lebih mudah kalau kau bisa mengawasiku selama dua puluh empat jam per hari?"

Kening Anxia mengernyit mendengar ini. Apa yang ingin dibicarakan pria ini?

"Aku punya penawaran untukmu. Aku ingin melanjutkan apa yang kita rencanakan empat tahun yang lalu. Dengan begitu kau bisa kapan saja menyerangku sesukamu. Aku lebih suka jika kau menyerangku di atas ranjang, itu akan sangat menggairahkan."

Jika seandainya ada anak kecil atau pria pecundang yang melihat ekspresi Anxia saat ini, sudah pasti mereka akan menangis dan berlari ketakutan.

Tapi tidak dengan Richard. Dia sama sekali tidak takut ataupun menjadi gentar, malah sebaliknya, dia malah tertantang ingin membuat gadis ini keluar dari segala macam kekerasan yang selama ini dialaminya.

"Apa yang membuatmu berpikir aku akan mengikuti rencanamu? Kau pasti sudah gila."

"Tidak masalah jika kau tidak ingin menikah denganku. Kalau begitu, kau bisa ucapkan selamat tinggal pada Lori."

Tekanan darah Anxia langsung meningkat drastis mendengar ini. Sebelumnya darahnya sudah merasa panas, karena merasa pria ini sedang mempermainkannya. Tapi kini dia merasa dirinya akan meledak saat ini juga kalau dia tidak melihat pria ini mati di tangannya.

"DIMANA LORI?! Kau tidak berhak menculik putriku!"

"Dan kau pikir kau punya hak untuk menjauhkanku dengan putriku?"

Anxia menggigit lidahnya sama sekali tidak bisa menjawabnya. Dia sudah curiga Richard mengetahui bahwa Lori adalah putri kandungnya mengingat pria itu mengucapkan nama lengkap Lori. Tapi dia sama sekali tidak mengira pria ini akan mengancamnya dengan menggunakan putrinya!

"Apa kau yakin tidak ingin mendengar penawaranku terlebih dulu? Penawaranku cukup menggiurkan." masih dengan rasa percaya diri yang tinggi Richard mengatakan kalimatnya tanpa ragu.

Anxia tahu dia tidak boleh percaya pada pria ini. Tidak peduli seberapa menggiurkan penawaran yang akan diajukan Richard, cepat atau lambat dia pasti akan masuk ke jebakan pria ini.

Dia tidak tahu sampai sejauh mana kemampuan Richard, tapi dia tahu, Richard yang ada dihadapannya ini bukanlah orang yang bisa diremehkan.

Tapi… jika dia menolaknya mentah-mentah, dia tidak tahu apakah dia bisa bertemu dengan Lori atau tidak setelah ini.

Lebih baik untuk saat ini dia bekerja sama dan membuat pria itu merasa bahwa dirinya setuju sambil mengatur ulang rencananya. Begitu dia bertemu dengan Lori, dia akan memikirkan solusi untuk keluar dari keluarga Calvin ini.

"Baiklah, aku akan mendengarkan penawaranmu."

Richard berjalan ke arah meja untuk mengambil sebuah map. Lalu dia menyerahkannya pada Anxia yang masih berdiri dengan sikap waspada yang tinggi.

Anxia mengambilnya dengan kasar lalu berjalan menjauh agar dia bisa membacanya tanpa takut akan diserang dari belakang. Dia sudah tidak peduli senyum geli terpampang jelas pada wajah pria itu dan membaca isi mapnya begitu selesai memastikan jarak mereka cukup jauh.

Anxia membaca judul yang sangat mencolok yang terdapat di bagian teratas.

Perjanjian Nikah??