Warning! Ada adegan agak menyerempet R-18
.
.
.
.
.
.
.
Richard tidak ingat bagaimana dia bisa berbaring di ranjang ini. Dia ingat dia mengambil minuman secara acak di nampan pelayan, lalu tiba-tiba kepalanya pusing. Anehnya, badannya sekarang terasa panas dan gerah seperti ada api yang menyala dalam tubuhnya.
Ugh!
Richard bukanlah orang bodoh, dan dia sudah terjun ke dunia bawah dan sangat mengenal arti perasaan panas pada tubuhnya. Seseorang telah memasukkan obat perangsang dalam tubuhnya!!
"Kau sudah bangun, sayang?"
Seketika tubuh Richard menegang mendengar suara yang bagaikan alunan melodi erotis di telinganya. Matanya segera mengerling ke arah pemilik suara itu dan tiba-tiba saja 'adik kecil'nya bangkit dan mengeras begitu melihat sesuatu yang sangat indah.
Gadis yang sama bernama Qiao Anxia telah berdiri dihadapannya dengan menggunakan lingeri merah yang seksi. Bibirnya yang tebal tertutupi dengan lipstik merah sangat menggiurkan dan dia merasakan dorongan ingin mencicipinya. Dengan adanya pengaruh aphrosidiac dalam tubuhnya membuat Richard tidak bisa mengendalikan nafsunya.
Richard mungkin memang sering membuat patah hati para wanita, tapi tidak pernah sekalipun dia mengambil keuntungan para wanita. Dia berbuat ramah dan memperlakukan para wanita dengan perlakuan manis, tapi dia tidak pernah menyentuh atau menyalakan api hasratnya sebagai seorang pria.
Dan kini, dia malah berada dalam pengaruh obat perangsang dan disuguhi tubuh wanita yang memiliki lekukan tubuh yang tepat pada posisinya. Pasangan matanya melayang pada dua buah gundukan yang berdiri tegak tampak menantangnya untuk menyerangnya.
Dengan susah payah Richard menelan ludah dan mengalihkan pandangannya dari tubuh menggiurkan itu. Dia harus bertahan! Dia tidak boleh jatuh terperangkap dari jebakan ini.
Dalam hati Richard tidak berhenti mengutuki dirinya sendiri sama sekali tidak percaya dia akan ceroboh hingga masuk ke dalam situasi seperti ini. Dia tidak pernah menerima minuman pemberian dari orang lain dan hanya mengambil minuman di meja atau nampan dari pelayan yang berkeliling menawarkan minuman.
Siapa yang menyangka dia masih kecolongan dan seseorang tetap berhasil memasukkan obat haram tersebut kedalam minumannya!
"Ray, kenapa kau merasa malu? Kau tidak ingin merasakanku?"
Ray? Ah, benar. Saat ini dia sedang menyamar sebagai Raymond, saudara kembarnya. Jadi tidak heran bila gadis ini mengira bahwa dirinya adalah Raymond.
Richard menolehkan kepalanya menolak untuk melihat tubuh gadis itu. Dia juga mengepalkan kedua tangannya hingga kukunya masuk ke dalam kulitnya. Dia berharap rasa sakit pada tangannya bisa meredakan rasa panas dalam tubuhnya.
Richard juga tidak bicara ataupun bergerak. Dia berusaha sekuat tenaga menahan hasratnya hingga berpeluh keringat. Richard merasakan sisi ranjang teronggok kebawah sadar gadis itu mulai menaiki ranjang. Dia harus menyingkir, dia harus pergi dari tempat ini, sayangnya segala logika serta perlawanan terakhir putus seketika saat sebuah tangan yang lembut menyentuh 'adik kecilnya'.
"Ray, jangan menyiksa dirimu. Aku tahu kau menginginkanku, apalagi kau sedang dalam pengaruh aphrosidiac dariku."
Richard menggigit lidahnya saat tangan mungil itu bergerak menarik kemejanya keluar dari celananya hanya untuk menyusupkan tangannya merasakan otot perutnya lalu naik keatas. Dengan gerakan lamban dan seduktif, gadis itu membuka kancing kemejanya sambil memandang matanya dengan menggoda.
"Kenapa kau melakukan ini?" Richard tidak perlu meragukan pelaku utama yang memasukkan obat perangsang ini adalah gadis Asia didepannya.
Seperti yang diduganya, gadis ini memang tidak seperti apa yang terlihat mata. Dia memang tertantang ingin membuka kedok gadis Asia ini, tapi bukan dengan cerobohnya dia malah jatuh ke dalam jebakan perempuan menggoda ini!
"Karena aku membencimu."
Sebelah alis Richard terangkat mendengarnya. Gadis ini membenci saudara kembarnya? Kenapa? Seingatnya, saudara kembarnya adalah orang yang menyenangkan dan sulit untuk dibenci. Jika gadis ini membenci Richard, maka dia tidak akan merasa heran, tapi gadis ini membenci Raymond? Yang benar?
Richard menyeringai sinis merespon kalimat tak masuk akal itu. "Kau bilang kau membenciku tapi ingin bersetubuh denganku?"
Richard semakin tercengang saat melihat senyuman miring yang seksi menghiasi wajah gadis jelita ini.
Ugh! Tiba-tiba saja celana yang dipakainya terasa ketat mengekang 'adik kecilnya' yang telah memberontak ingin dilepaskan.
Entah kenapa akal rasional Richard pergi begitu saja saat melihat senyuman lebar serta kilatan nakal pada sepasang bola mata hitam gadis itu. Richard merasa dirinya tenggelam ke dalam bola mata tersebut dan tidak ingin keluar darinya.
"Coba bayangkan jika istrimu melihat kita berdua disini." bisik gadis itu dengan mendekatkan wajahnya untuk berbisik di telinga Richard membuat pertahanan Richard yang terakhir mulai retak. "Aku ingin lihat apakah kau masih bisa bersamanya atau tidak."
APA?! Jadi gadis ini ingin merusak kebahagiaan adik kembarnya??
Memang benar Raymond telah menikah dengan seorang gadis cantik nan polos beberapa minggu yang lalu. Keduanya tampak saling mencintai dan begitu berbahagia. Ibu mereka juga sangat menyukai gadis itu dan telah menganggapnya seperti putrinya sendiri.
Istri Raymond adalah anak yatim piatu dan bukanlah berasal dari keluarga terpandang. Tapi gadis itu memiliki hati yang lembut dan pemaaf sehingga sangat cocok dengan kepribadian Raymond yang juga memiliki hati lembut dan tegas.
Itu sebabnya Richard sangat marah saat mengetahui ada orang yang berniat merusakan kebahagiaan adiknya. Tapi rasa marahnya tertutupi sempurna dengan hasratnya begitu dia merasakan sentuhan dingin yang enak dibawah telinganya.
Entah sejak kapan semua kancing kemejanya telah terlepas dengan sempurna menunjukkan otot tubuhnya yang kekar untuk dimanja oleh belaian tangan mungil milik Qiao Anxia.
"Sebaiknya kau berhenti kalau kau tidak ingin menyesal." desis Richard masih berusaha mempertahankan dinding pertahanannya yang sudah rapuh.
Wanita penggoda ini malah cekikikan membuat Richard semakin tidak kuat menahan dinding pertahanannya. Bahkan cekikikan gadis itu terdengar erotis di telinganya walaupun sebenarnya dia sudah mulai membenci gadis pelakor ini.
Ugh! Aphrosidiac sialan! Gerutunya dalam hati.
"Aku tidak akan menyesal, sayangku. Aku tidak akan pernah melupakan malam istimewa ini." bisik Xia Xia dengan suara mendayu seraya memberi kecupan ringan pada leher Richard.
Krak! Seluruh dinding pertahanan Richard hancur seketika dan dalam sekejap mengambil alih permainan gadis itu. Dia memutar gadis itu dengan gerakan cepat lalu menindih tubuhnya dengan tatapan yang dipenuhi nafsu. Tidak ada lagi yang bisa menahannya ataupun mencegahnya untuk menikmati hidangan gratis dihadapannya.
Xia Xia yang pertama kali melihat sinar mata yang gelap serta nafsu dari Richard merasa takut untuk pertama kalinya.
"Percayalah padaku, kau pasti tidak akan melupakan malam ini. Tapi aku yakin kau akan sangat menyesalinya."
Tanpa menunggu respon dari gadis itu, Richard melumat bibir merah gadis itu yang sedari tadi ingin dilumatnya dengan rakus sementara tangannya menggerayangi mengikuti semua lekukan tubuh gadis itu.
Krek! Karena pengaruh obat dan rasa amarah yang masih terasa, Richard merobek lingeri merah tersebut dengan kasar dan memperlakukan Xia Xia seperti seorang wanita penghibur.