Qiao Anxia menyuruh anak buahnya untuk mencari tahu kebenaran mengenai identitas pria yang dijebaknya. Dan memang benar, Raymond yang sebenarnya selalu bersama dengan istrinya di hari acara pesta penyambutan tersebut. Itu berarti dia telah menjebak orang yang salah dan dengan bodohnya dia mengorbankan keperawanannya pada orang itu.
Memikirkan pria itu yang tersenyum penuh kemenangan serta meledeknya membuatnya sangat marah dan ingin membunuh pria brengsek itu.
Pada akhirnya dia menyuruh anak buahnya untuk mencari tahu hotel tempat Richard menginap agar dia bisa membunuhnya.
Dan kesempatannya telah tiba. Sudah dua hari ini dia menunggu Richard memesan makanan dari dalam kamarnya agar dia bisa menyamar sebagai pelayan pengantar makanan. Dia sengaja ingin membunuh pria itu didalam kamar ini agar tidak ada yang mengetahui kematiannya.
Dia ingin mayat pria itu membusuk di kamar ini selama berhari-hari sebelum ditemukan oleh pelayan kamar. Dia tahu Richard telah memesan kamar suite ini hingga seminggu kedepan dan mendapat perlakuan khusus dari pihak hotel. Tidak akan ada yang berani masuk ke dalam suite tanpa disuruh karena Richard telah meminta untuk tidak membiarkan pelayan hotel membersihkan kamarnya.
Xia Xia juga tidak ingin membunuh pria itu di tempat umum ataupun secara terbuka karena akan menarik perhatian serta mayat pria itu akan ditemukan dengan cepat. Dia ingin membiarkan mayat pria itu membusuk dan tidak ditemukan sementara dia akan melarikan diri ke luar negeri setelah menghapus semua jejaknya di hotel ini.
Rencananya cukup sempurna dan kini kesempatannya datang setelah menunggu selama dua kali dua puluh empat jam. Dengan ahlinya dia bersikap biasa dan sama sekali tidak gugup karena dia adalah pembunuh bayaran professional. Tidak akan ada yang merasakan aura bahaya dari dirinya ataupun keinginannya yang ingin membunuh.
Dia yakin sekali ketiga anak dari mantan hacker ternama tidak akan bisa merasakan hawanya yang ingin sekali menghunuskan pisau favoritnya untuk menggorok leher targetnya.
Walaupun dia merasa yakin Richard tidak akan lolos dari rencana mautnya, Anxia tetap melakukannya dengan sangat hati-hati. Meremehkan targetnya adalah kesalahan yang fatal bagi semua asasin yang sombong. Itu sebabnya, tidak pernah sekalipun Anxia meremehkan target korban dari misinya.
Sayangnya, ada satu hal yang dilewatkan Anxia mengenai Stanley Calvin. Memang benar Stanley adalah hacker ternama dan yang paling hebat didalam bidangnya, tapi Stanley juga merupakan seorang pejuang elit yang mampu membunuh orang bila ada yang melukai orang yang disayanginya.
Stanley tidak hanya mewariskan bakat inteligennya dibidang computer, tapi dia juga melatih ketiga anak-anaknya ilmu bela diri agar mereka bisa bertahan menghadapi orang jahat tak terduga di luar sana.
Kalau menghadapi asasin professional seperti Anxia, mungkin Raymond tidak akan bisa menghadapinya. Raymond tidak sekeras ataupun sekejam Richard dan lebih memilih untuk menyelesaikan segala masalah dengan damai. Berbeda dengan Richard yang sering keluar masuk dengan dunia bawah dan bergaul dengan para mantan kriminal yang baru saja bebas dari penjara.
Inilah salah satu alasan mengapa Richard suka sekali berpergian dan hanya kembali ke Belanda setahun dua atau tiga kali. Dia tidak ingin musuhnya melacak keberadaan keluarganya dan mengancamnya. Dia yakin ayahnya akan bisa melindungi ibunya serta adiknya, tapi tetap saja, akan jauh lebih aman bila musuhnya tidak mengetahui identitas yang sebenarnya.
Karena itulah, pendengaran serta insting Richard akan situasi bahaya sangat tajam. Anxia sama sekali tidak sadar bahwa Richard telah merasakan aura keinginan untuk membunuhnya dan bersikap berpura-pura tidak peduli.
Anxia mengangkat sebelah tangan yang memegang pisau lalu bergerak dengan cepat kearah depan leher Richard untuk merobek kulit leher pria brengsek itu.
Alas, gerakan Richard lebih cepat darinya lalu memutar pergelangan tangannya membuat Anxia mengerang sehingga pisau terlepas dari tangannya. Detik berikutnya Anxia merasa lingkungan sekitarnya berputar dan tiba-tiba saja dia sudah didudukkan diatas pangkuan targetnya.
"Hm. Sudah kuduga."
Bulu kuduk Anxia merinding saat Richard mendekat untuk mengendus tubuhnya. Dia melayangkan lengannya untuk memukul wajah pria itu dengan sikunya namun ditahan oleh pria itu. Kini Richard memiting kedua tangannya ke belakangnya membuat Anxia mendelik ke arah pria itu dengan tatapan membunuh.
Jika seandainya sebuah tatapan saja sudah bisa membunuh, Richard pasti sudah lama mati tergeletak semenjak Anxia masuk ke dalam kamar ini.
Richard sama sekali tidak takut ataupun terintimidasi dengan tatapan membunuh itu. Malahan dia cekikikan seraya terus mengendus aroma enak dari tubuh wanita ini. Ah, ternyata wangi gadis ini memang sangat menggairahkan.
Anxia sama sekali tidak tahu bahwa dirinya telah masuk kedalam sarang singa dan Richard tidak berniat untuk membiarkan mangsanya kabur.
"Brengsek kau! Lepaskan aku!"
"Ssst. Perempuan seksi sepertimu tidak seharusnya mengucapkan kata hina seperti ini." ucap Richard dengan nada jenaka. "Ah, aku sama sekali tidak menyangka kau memiliki kemampuan bermain pisau seperti ini. Bukankah seharusnya gadis sepertimu bermain pisau di dapur?"
Anxia juga ingin mengatakan hal yang sama. Dia sama sekali tidak menyangka Richard akan bisa lolos dari serangannya dan malah membuatnya tidak berkutik seperti ini. Bukankah seharusnya Richard hanyalah pengusaha biasa? Bukankah ayahnya hanyalah hacker biasa?
Semakin dipikirkan lebih lama lagi, Xia Xia semakin mengerang frustrasi. Padahal dia sama sekali tidak meremehkan Richard, tapi dia sama sekali tidak memikirkan kemungkinan bahwa Richard bisa melawannya balik.
Sebenarnya siapa pria ini?
"Siapa kau sebenarnya?!" desis Xia Xia membuat Richard tersenyum miring dengan licik membuat Xia Xia menciut untuk pertama kalinya.
Seingatnya, Richard adalah orang pertama yang membuat nyalinya menciut.
"Aku adalah calon suamimu."
Tubuh Xia Xia mematung mendengarnya. Apa katanya? Calon suaminya?
What the hell!?