Chereads / Awas, Papa! Mama Mau Membunuhmu!! / Chapter 11 - Bag 11 Anak Yang Menyenangkan

Chapter 11 - Bag 11 Anak Yang Menyenangkan

"Aduh anak siapa ini yang begitu cantik? Kau seperti malaikat kecil yang datang berkunjung ke rumah-rumah."

Lori tertawa geli dengan suaranya yang merdu saat Harmonie menciumi wajah Lori dengan gemas. Tidak peduli Lori ini adalah anak orang asing, Harmonie tidak merasa segan saat memeluk anak ini ataupun menciuminya seperti anak atau keponakannya sendiri.

"Aku berharap anak yang dilahirkan kak Michele juga seperti Loreine. Kau juga setuju denganku kan, Meli?"

"Hm. Aku sangat setuju." jawab Melodie sambil bermain-main dengan rambut tebal Lori yang seperti boneka barbie.

Seperti yang diduga Kendrich, dengan adanya kedua adik bungsu mereka, Lori tidak akan merasa bosan ataupun kelaparan. Sungguh, dua pria dewasa yang belum menikah tiba-tiba harus merawat anak balita akan menimbulkan perang dunia di dalam vila ini.

Tadinya dia berpikir seperti itu mengingat anak Chleo yang seringkali menangis dan membuang mainan ke segala arah jika sedang moody. Malahan disaat anak itu berusia lima tahun, anak itu sanggup membekukan semua mainannya membuat kedua orangtuanya kewalahan menghadapinya.

[Di YAMC, suaminya Chleo adalah Ice Prince, jadi kekuatannya diwariskan ke anaknya]

Yah, putra dari Chleo dan Axelard memang bukan anak biasa mengingat ayahnya juga bukan manusia biasa. Tapi menurutnya semua anak seusia Lori sama-sama merepotkan dan menyebalkan. Itu sebabnya dia meminta bantuan dengan menyuruh kedua adiknya datang ke Jerman.

Tapi siapa yang menyangka, ternyata Lori sama sekali tidak menangis dan bersikap sangat manis. Anak ini sama sekali tidak merepotkan ataupun mengeluh capek.

Terbukti saat anak ini terbangun dari tidur siangnya. Anak ini tidak menangis ataupun berteriak dan hanya menunggu dalam kebosanan diatas ranjangnya.

Kendrich menjadi sangat penasaran akan orangtuanya. Mereka sungguh telah mendidik anak mereka dengan sangat baik. Ah, semoga Richard bisa segera menemukan orangtua anak ini.

Walaupun anak ini sangat menyenangkan, tapi dia tetap memilih untuk mengembalikan anak ini ke orangtuanya yang sebenarnya. Tinggal bersama keluarga kandung tetap jauh lebih baik daripada bersama orang asing.

Kendrich menghampiri sepupunya yang masih sibuk berhadapan dengan laptopnya untuk mencari tahu identitas ibu dari anak lucu tersebut.

"Bagaimana, kau sudah menemukannya?"

"Tidak. Lori sama sekali tidak memberitahu nama lengkapnya, aku tidak menemukan petunjuk apapun mengenai nama Xia Xia. Sebagian besar orang TiongHoa memiliki nama panggilan Xia Xia, bagaimana aku bisa menemukan orang yang tepat?"

"Xia Xia? Mengapa anak itu memiliki ibu seorang Asia? Anak itu tidak memiliki ciri-ciri seorang keturunan Asia, apalagi dari Cina."

Richard tidak merespon kalimatnya dan hanya memandang lurus ke arah Lori yang kini diajak bermain oleh adik perempuannya.

"Aku memiliki cara lain. Aku menyuruh dokter Chard datang kemari."

"Untuk apa?"

Belum sempat menjawab, seorang butler menghampiri mereka untuk mengumumkan kedatangan dokter yang dimaksudkan Richard.

Setelah menyuruh butler untuk mempersilahkan dokter Chard masuk kedalam, Richard bangkit berdiri lalu menghampiri Lori yang masih tertawa lepas bersama kedua adiknya.

"Hei, baby girl. Mau ikut aku sebentar?"

"Iya!" seru Lori dengan antusias yang sangat besar dan membuka tangannya lebar-lebar seolah dia yakin Richard akan menggendongnya.

Richard tertawa geli melihat antusias serta keceriaan tiada habis dari anak itu. Sungguh, anak ini penuh dengan semangat dan enerjik.

Richard menggendong Lori dengan mudah lalu melemparnya keatas untuk jatuh tepat kembali ke gendongannya membuat Lori memekik kaget lalu tertawa lepas.

"Wah, aku akan mengira kalau kau adalah kak Raymond. Kenapa aku merasa kak Richard juga sudah siap memiliki anak? Apa hanya aku yang berpikir seperti itu?" tanya Harmonie pada Melodie dengan nada menggoda.

"Aku juga berpikiran sama. Setelah dilihat seperti ini, bukankah wajah mereka mirip?"

Kendrich serta dua adik perempuan mereka menatap Richard yang menggendong Lori dengan tatapan menyelidik. Kendrich juga baru menyadarinya. Bentuk alis serta kelopak mata Lori sangat mirip dengan Richard. Belum lagi bulu mata lentik yang diwariskan dari Meisya, ibu mereka.

"Wah, memang benar. Mereka memang sangat mirip."

Kendrich berencana menggoda sepupunya tanpa mengetahui bahwa hati Richard berdebar-debar dengan kencang mengetahui Lori memiliki kemiripan wajah dengannya.

Richard memutuskan untuk tidak menggubris godaan mereka dan berdehem beberapa kali.

"Aku akan memeriksakan kesehatannya pada dokter Chard. Kami akan kembali."

"Kenapa kau memanggil dokter malam-malam begini? Lori tampak sehat." ujar Moni dengan penasaran.

"Benar. Kita bisa memeriksa kesehatannya besok pagi di rumah sakit." sambung Kendrich tapi Richard telah pergi dan menghilang menuju ke ruang kerjanya.

Begitu bertemu dengan dokter Chard, dia langsung menjelaskan maksudnya memanggil dokter itu tanpa basa-basi.

"Tolong tes DNA anak ini dengan darah ini."

Tentu saja Richard tidak bodoh dengan menyuruh dokter pribadi keluarganya menarik darahnya sendiri. Dia tidak ingin ayahnya mengetahui hasil tes DNA ini karena dia tahu begitu dokternya mengetahui Lori adalah putrinya, pria paruh baya ini pasti akan melapor pada ayahnya.

Karena itu, sebelumnya Richard sudah menarik darahnya sendiri dan meletakkannya dalam botol kecil. Dengan begitu, dokter Chard tidak akan curiga akan pemilik darah ini dan tidak perlu melaporkan hasil tes ini pada ayahnya.

"Halo putri kecil, apa kabar harimu ini?" sang dokter mulai berbasa-basi sebentar dengan Lori sementara dia mengambil blood lancet dari kotak perlengkapannya.

"Hari ini aku sangat senang sekali."

"O, ya? Apa saja yang membuatmu senang hari ini?"

Lori kemudian bercerita apapun saat bermain bersama ibunya di taman belakang rumah mereka pagi tadi, lalu pergi ke bandara bersama sambil bercanda ria. Hal yang paling membuatnya gembira adalah bertemu dengan Richard dan bermain bersama dengan dua gadis yang paling menyenangkan yang pernah ia temui.

Tidak peduli seberapa antusiasnya Lori menganggap Richard sebagai ayahnya, Lori sama sekali tidak menyinggung ataupun memanggil Richard dengan sebutan 'papa'. Richard sudah menjanjikan sesuatu yang menyenangkan jika dia bersikap baik dan tidak memanggilnya 'papa' dihadapan dokter ini.

Melihat Lori sama sekali tidak memanggilnya 'papa' membuat Richard semakin menyukai anak ini. Tidak peduli apakah anak ini adalah putri kandungnya, Richard memutuskan akan membuat dunia anak ini seperti fairytale yang diidamkan anak perempuan ini.

"Sudah selesai." diam-diam dokter Chard menusukkan blood lancet ke jari telunjuk Lori tanpa disadari anak itu.

Lori bahkan masih berceloteh ria dan sama sekali tidak menyadari rasa perih pada tangannya. Tahu-tahu saja dia mengangkat tangannya sambil berseru bahkan sebelum dokter Chard sempat mengelap darah yang keluar dari jarinya.

"Sst. Tunggu sebentar. Biarkan dokter mengelap darahmu dulu."

Dokter Chard membelalak kaget mendengar Richard yang terang-terangan memberitahu anak mungil itu bahwa jarinya sedang berdarah. Dokter tersebut lebih terkejut lagi saat melihat anak itu malah memasukkan jari telunjuknya ke dalam mulutnya.

Tidak ada ekspresi ngeri ataupun kesakitan saat melihat jarinya berdarah. Anak itu malah mengemut jarinya seolah sedang mengemut permen lollipop?

Anak perempuan siapa yang begitu manis dan menyenangkan ini?

Tidak diragukan lagi, satu orang dewasa lagi yang hatinya tertembak panah dari Loreine.