Keesokan paginya, Qiao Anxia bangun sambil merintih kesakitan. Dia sama sekali tidak menyangka Raymond yang terkenal sangat lembut bisa menjadi buas diatas ranjang dalam pengaruh aphrosidiac.
Xia Xia mengerling ke sebelahnya dan baru sadar bahwa pria yang dijebaknya telah pergi meninggalkannya. Xia Xia mengerutkan keningnya tidak suka akan kenyataan ini.
Awalnya dia berpikir dia yang akan bangun terlebih dulu dan meninggalkan pria itu seorang diri. Dia sama sekali tidak menyangka pria itu yang lebih dulu bangun dan akan meninggalkannya. Pria itu sama sekali tidak menahan diri dan terus memasukinya dengan kasar dan gerakan cepat. Tidak ada kelembutan dalam semua perlakuan pria itu terhadapnya.
Bahkan disaat dia memohon untuk memperlambat ritme permainan cinta mereka karena ini adalah pertama kali baginya, pria itu sama sekali tidak menggubrisnya. Malahan mereka melakukannya berulang kali seolah pria itu tidak kehabisan stamina membuatnya hilang hitungan begitu dia merasakan pria itu melepaskan benihnya dalam rahimnya sebanyak tiga kali.
Apakah obat perangsang yang diberikannya terlalu kuat? Seharusnya dia memberikan aphrosidiac yang rendah. Tapi dia khawatir, jika dia memberikan yang rendah, Raymond tidak akan menyentuhnya dan langsung segera keluar kamar.
Raymond sangat mencintai istrinya sehingga tidak akan mudah membuat pria itu untuk menyentuh wanita lain. Dia harus menggunakan obat perangsang yang memiliki kadar tinggi agar pria itu gagal dalam mempertahankan kewarasannya. Dan dia berhasil. Yah, meskipun dia harus merasakan sakit diseluruh tubuhnya, tapi dia puas akan hasilnya.
Setidaknya dia bisa membuat renggang hubungan pria itu dengan istrinya. Setelah ini dia akan mendatangi pria itu bersama dengan istrinya. Dia ingin melihat wanita itu menjadi depresi dan bersedih. Dia tidak akan membiarkan wanita itu hidup bahagia sementara dia menderita seorang diri di dunia ini.
Hanya saja, entah kenapa dia merasa gelisah terutama saat memikirkan kalimat pria itu semalam.
'Percayalah padaku, kau pasti tidak akan melupakan malam ini. Tapi aku yakin kau akan sangat menyesalinya.'
Kenapa pria itu merasa yakin sekali kalau dia akan menyesalinya? Dan lagi kenapa dia merasa berdebar-debar saat melihat tatapan gelap serta dipenuhi nafsu pria itu saat menyerangnya?
Selama ini dia telah dilatih oleh majikannya untuk menjadi pembunuh bayaran membuatnya tidak takut akan apapun ataupun ragu akan sandiwaranya.
Lalu kenapa dia merasa takut terhadap pria itu?
Dia memang pernah bertemu dengan Raymond beberapa kali, namun dia tidak pernah melihat sisi Raymond yang buas seperti semalam. Xia Xia bertanya-tanya apakah Raymond memiliki dual personality? Apakah pria itu juga akan bersikap buas terhadap istrinya?
Dan kenapa pula dia malah merasa tidak rela bila pria itu menyentuh gadis lain?
Bibir Xia Xia tertarik ke atas saat memikirkan sebuah ide cemerlang. Tadinya dia hanya ingin membalas dendam pada wanita yang kini telah menjadi istri pria itu saja. Setelah itu dia tidak ingin berurusan lagi dengan gadis itu ataupun dengan Raymond.
Tapi kini dia berubah pikiran. Dia memutuskan untuk merebut Raymond dari wanita itu.
Xia Xia bangkit dari ranjang lalu mengeluh kesakitan sambil berpegangan pada dinding untuk mencegahnya tidak tumbang.
Aneh sekali. Padahal dia sudah terbiasa terluka dan tidak lagi bisa merasa sakit kecuali luka tembak yang pernah nyaris menghancurkan organ dalamnya. Tapi kenapa dia tidak bisa menahan rasa sakit pada tubuh bagian bawahnya?
Xia Xia berjalan menuju ke kamar mandi dan melihat ada sebuah note tertempel pada pintu kamar mandi tersebut.
***
Aku sangat menikmati semalam dan aku tidak menyangka ternyata wanita yang tampaknya berpengalaman sepertimu masih perawan. Jika kau ingin meminta tanggung jawabku, kau bisa menghubungiku. Kau tahu dimana bisa mencariku, kan? Sebagai tambahan, aku bukan adikku. Aku adalah Richard Calvin *evil grin*
R
***
Xia Xia membelalak lebar membaca pesan ini.
Orang yang dijebaknya bukan Raymond, tapi pria flamboyant yang suka bersenang-senang bernama Richard?! Dia menyerahkan perawannya pada pria brengsek??
'Percayalah padaku, kau pasti tidak akan melupakan malam ini. Tapi aku yakin kau akan sangat menyesalinya.'
Xia Xia bergidik ngeri saat kembali mengingat kalimat peringatan pria itu. Ternyata ini yang dimaksudkan pria itu saat mengatakan dia pasti akan menyesalinya… dan dia memang sangat, sangat, dan sangat menyesalinya.
Xia Xia menggigit bibirnya dengan sangat keras hingga mengeluarkan darah sementara matanya berkilatan dengan penuh amarah dan bila ada yang melihat ekspresinya saat ini, bisa dipastikan orang tersebut akan mengompol saat itu juga.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!" teriaknya dengan histeris sambil melempar semua barang yang bisa dicapai tangannya.
"RICHARD CALVIN, AKU AKAN MEMBUNUHMU!!"
Sementara itu orang yang dikutuki Anxia saat ini duduk santai di dalam lounge bandara untuk berangkat ke Singapure, bersin tiba-tiba tepat disaat Xia Xia menyebut namanya.
"Richard, apakah kau sakit flu?" tanya seorang gadis cantik dengan pandangan polos nan murni bertanya dengan lembut.
Gadis ini adalah Michele Wong, keturunan Singapore-China yang kini merupakan istri Raymond, adik kembarnya.
"Ah, kak Richard mana bisa sakit flu? Yang ada pasti ada seseorang di luar sana yang mengutukinya." goda Harmonie dengan nada jahil mendapat cekikikan dari kakaknya yang lain.
"Moni benar. Pasti ada yang sedang mengutukinya." sambung Raymond seraya merangkul pundak Michele dengan penuh cinta.
"Cih! Apa kalian sudah puas? Sepertinya aku harus segera kembali ke Belanda dan meninggalkan kalian disini."
"Eh? Aku juga ingin kembali ke Belanda." rajuk Moni yang tidak mau ditinggalkan sendiri menjadi obat nyamuk dari kakak serta kakak iparnya.
"Richard, kau tidak membuat masalah kan kemarin malam?"
Richard hanya memutar matanya dengan malas mendengar nada tuduhan dari adiknya. "Kau yang memintaku untuk menggantikanmu datang ke acara kemarin karena kau ingin menghabiskan hari terakhirmu disini bersama istrimu. Tapi bukannya berterimakasih padaku, kau malah menuduhku?"
Raymond terkekeh sama sekali tidak tersinggung dengan kalimat sinis dari saudara kembarnya. "Terima kasih. Dan mungkin aku akan merepotkanmu lagi kedepannya."
Richard mendelik ke arah saudara kembarnya hendak membantah tapi mengurungkan niatnya saat teringat akan gadis seksi yang tidur bersamanya kemarin malam.
"Oh? Tumben sekali kau tidak membantah."
Belum sempat Richard merespon, sebuah pengumuman bahwa pintu boarding pesawat mereka telah dibuka.
"Tuh, kalian sudah dipanggil. Pergi sana." Richard melambaikan tangannya seolah mengusir mereka membuat tiga orang memandangnya dengan keheranan.
"Kak Richard tidak ikut?"
"Tidak. Ada urusan darurat yang ingin aku urus." jawab Richard dengan senyuman misterius membuat kedua adiknya semakin penasaran.
Urusan darurat apa?
Tentu saja, Richard ingin sekali lagi bertemu dengan gadis yang berhasil menggugah ketertarikannya. Bukankah begitu tuan muda Richard?