"Siapa kau?" tuntut Anxia tanpa menurunkan waspadanya sambil mengawasi tiap gerak-gerik pria itu.
"Nyonya, ketua tim kami mengirimku untuk mengantar kalian keluar dari sini."
"Siapa tuan tim kalian?"
"Cerberus."
Anxia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menyimpan pisaunya kembali ke dalam sarung garter kakinya.
"Dimana dia sekarang? Kenapa tidak dia sendiri yang datang kemari?"
"Cerberus ingin turun tangan sendiri untuk mengeluarkan ayah mertuanya."
Anxia tampak terkejut mendengarnya, lalu detik berikutnya dia tersenyum lembut terhadap info yang barusan didengarnya.
"Mama? Apakah papa yang menyuruhnya datang kemari?"
"Darimana kau tahu kalau Cerberus adalah papa?"
"Kalian pernah bicara soal papa adalah Cerberus di kamarku. Apakah mama lupa?"
Ah, benar. Waktu itu Anxia marah-marah karena Richard tidak memberitahunya bahwa dia adalah Cerberus. Anxia tidak tahu apakah dia harus bangga atau menjadi khawatir mengetahui ingatan putranya yang super tajam.