Anxia memeluk Elliot dengan erat sambil menggoyangkan tubuhnya seakan dia menimang bayi yang sedang menangis.
"Hush, jangan menangis lagi. Aku tidak menyalahkanmu apa yang sudah terjadi. Kenapa kau menyalahkan dirimu sendiri?"
Kedua tangan Elliot mencengkeram kain baju ibunya dengan gemetar dan tangisannya semakin menjadi saat merasakan ibunya mengecup puncak kepalanya berulang kali.
"Mama… kau tidak akan menyalahkanku?" Elliot bertanya dengan suara serak dipenuhi dengan takut sanggup membuat hati Anxia serasa hancur berkeping-keping.
Sepanjang ingatannya, Elliot selalu tersenyum kepadanya dan mata hitam milik anak itu bersinar-sinar bagaikan galaxy yang indah. Namun semakin dia mengenal anak ini luar dan dalam, semakin gelap pula kenyataan kelam yang ditemuinya.
Jika Elliot dibiarkan tinggal di tempat ini lebih lama lagi, bisa-bisa kondisi mental anak ini akan hancur hingga tak tertolong lagi. Secepatnya, Anxia harus mengeluarkan anak ini dari Hallstat.