WARNING!! Ada adegan yang super panas yang tidak boleh dibaca. Silahkan di skip bab ini kalau tidak merasa nyaman membaca bab ini.
***
"Lori…"
"Aku mengerti." potong Lori sebelum Richard melanjutkan kalimatnya. "Lagipula, aku dengar dari Louis, seorang adik itu sangat merepotkan. Dia sering menangis sepanjang waktu dan membuat semua orang kerepotan. Aku tidak keberatan kalau tidak punya seorang adik."
"Lori,"
"Papa, aku sudah merasa kenyang. Apakah aku boleh kembali ke kamarku?"
Richard melirik ke arah Anxia dengan tatapan tanya. Setelah melihat anggukan Anxia yang menyetujui permintaan Lori, Richard memanggil butlernya untuk menemani Lori bermain hingga anak itu ingin tidur.
"Dia tampak kecewa sekali." ungkap Richard begitu Lori keluar dari ruangan kerjanya.
"Apa yang harus kita lakukan? Sepertinya dia benar-benar ingin memiliki seorang adik."