Richard serta Anxia masih merasa ngantuk dan lelah karena mental dan jiwa mereka telah terkuras habis akibat kabar buruk yang menimpa mereka.
Meskipun begitu, mereka memaksakan diri untuk tetap bangun agar bisa menemani anak perempuan mereka sarapan sebelum mengantarkannya ke sekolah.
Anxia merasa bingung mencari jawaban yang tepat bila Lori bertanya mengenai adiknya. Kini mereka tahu bahwa mereka tidak akan bisa memberikan seorang saudara pada Lori, Anxia tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya pada anak perempuannya tanpa membuat anak kecil tersebut kecewa.
"Tenang saja. Lori bukanlah anak yang mudah murung ataupun kecewa. Dia akan mengerti dan tidak akan merengek pada kita." Richard meyakinkannya dengan nada penuh kebanggaan terhadap anak perempuan mereka satu-satunya.
Memang benar. Siapapun yang menjadi orangtua Lori pasti akan merasa beruntung dan bangga. Anak itu tidak pernah mengeluh, dan sangat jarang rewel yang membuat kedua orangtuanya merasa jengkel.