Richard menunggu di kamar hotelnya sambil memandangi ponselnya dengan kening berkerut. Sudah hampir dua hari berjalan semenjak malam panas itu, tapi gadis itu masih belum menghubunginya.
Padahal dia yakin sekali dia sudah meninggalkan nomornya di pesan kertas kecil yang ditempelkannya di pintu kamar mandi. Dia memastikan gadis seksi bersemangat itu akan melihat pesannya dengan jelas.
Sebenarnya waktu itu dia tidak ingin pergi dan menunggu gadis itu bangun terlebih dulu. Tapi ibunya menelponnya dan mengancamnya tidak akan bertemu dengannya kalau dia tidak segera pulang ke Belanda.
Pada akhirnya Richard pergi duluan untuk meminta bantuan kedua adiknya agar membujuk ibunya tida terlalu marah terhadapnya.
Richard memang sering bepergian dan menghilang bagaikan ditelan bumi karena dia menghindari gadis-gadis yang gencar mendekatinya. Dan sudah hampir tiga bulan ini dia tinggal di Asia secara berpindah-pindah.
Raymond yang juga mewarisi kemampuan hacker ayah mereka berhasil melacaknya di Hongkong dan tiba di Hongkong dengan alasan menerima undangan pendiri perusahaan rekan bisnis mereka.
Sejujurnya, acara tersebut tidak ada dan diadakan secara mendadak. Raymond sengaja memberitahu rekan bisnis ayahnya bahwa dia akan datang kesana membuat pemilik perusahaan Hongkong mengadakan pesta tersebut.
Kemudian Raymond menghubungi Richard untuk menggantikannya untuk mengerjainya. Raymond sendiri agak merasa kesal karena Richard membuat ibunya memaksa Raymond untuk datang ke Hongkong ini hanya untuk menjemput Richard.
Yah, Raymond juga seorang opurtunitis sehingga dia juga memanfaatkan kesempatan ini untuk berlibur bersama istrinya serta adik bungsunya yang juga merengek ingin ikut.
Mereka berencana mengunjungi sepupu jauh mereka di Singapura setelah puas berlibur di Hongkong ini. Mereka sudah sangat merindukan Leyla dan Luke yang ada di Singapura.
Hanya saja, mereka tidak menyangka Richard memutuskan untuk tetap tinggal di Hongkong bahkan meminta mereka untuk merahasiakan ini dari ibunya. Kalau tidak, ancaman ibunya yang tidak akan membuka pintu rumah saat Richard pulang nanti bisa-bisa akan terjadi sungguhan.
Richard serta Raymond memang sudah memiliki rumah sendiri-sendiri semenjak mereka masuk ke bisnis robotik serta program digital ayah mereka. Tapi mereka masih sama-sama suka tinggal bersama kedua orangtua mereka sebelum akhirnya mereka akan pindah begitu menikah nanti.
Apalagi Raymond yang akan pindah ke Amerika tahun depan, memanfaatkan waktu sebaik-baiknya bersama keluarganya. Dia juga ingin memberikan kasih sayang orangtua pada istrinya yang sudah lama tidak merasakan kasih ibu.
Untungnya Michele tidak keberatan dan sangat menyukai kehidupannya di Belanda bersama mertuanya. Dia juga bisa belajar bahasa Belanda serta Inggris, karena dia hanya bisa bicara bahasa Cina saja. Bahkan hingga saat inipun, Michele lebih sering berbicara dalam bahasa Cina pada suaminya. Hanya pada saudara ipar serta mertuanya saja, dia mencampur bahasanya antara Inggris dan Belanda.
Setidaknya, gadis itu kini bisa berbahasa Inggris sedikit-sedikit berkat pengajaran serta kesabaran dari Raymond.
Intinya, Raymond serta Michele telah mendapatkan happy ending mereka di kehidupan ini dan tidak ada satupun yang akan sanggup memisahkan mereka selain maut.
Lalu bagaimana dengan Richard?
Richard mengetuk meja laptop dengan jarinya mulai merasa bosan menunggu. Dia memutuskan untuk memeriksa peningkatan sahamnya serta dokumen perusahaan cabang di Jepang yang ditanganinya.
Karena jam sudah melebihi jam makan siang, Richard mulai merasa lapar. Dengan sikap acuh dia menelpon bagian resepsionis untuk memesan beberapa masakan dan dibawah ke suite kamarnya.
Setelah menunggu serta membaca semua dokumen pada laptopnya, terdengar suara bel berbunyi menandakan pesanannya telah tiba. Richard bangkit berdiri sambil membawa ponselnya karena masih berharap gadis yang ditunggunya akan menghubunginya.
Dia tidak mau telat mengangkat panggilan gadis itu ataupun melewatkannya. Sehingga dia meletakkan ponselnya sedekat-dekat mungkin bahkan disaat dia tidur ataupun mandi.
Konyol bukan? Benar. Sangat konyol. Richard sendiri tidak percaya dirinya telah berubah menjadi idiot hanya karena seorang gadis pelakor.
Tapi apa daya yang dimilikinya? Dia telah mencicipi semua lekukan tubuh seksi gadis itu. Desahannya yang erotis, gundukan yang kenyal dan sangat pas di telapak tangannya, serta liang wanita itu yang membuatnya nikmat hingga membawanya terbang ke langit ketujuh… Richard tidak bisa melupakan semuanya.
Jangan sampai ayah dan ibunya mengetahui pikiran kotor miliknya. Bisa-bisa ibunya akan merajangnya dan ayahnya akan melemparnya untuk dijadikan makanan serigala.
Apalagi kalau sampai tahu dia telah merenggut perawan seorang gadis, sudah dipastikan ayahnya akan melemparnya ke laut Antartica atau diserahkan pada Axelard untuk membekukan jantungnya. Richard bergidik ngeri memikirkan ini.
Sebelum hal itu terjadi, dia harus membuat gadis itu menjadi miliknya seutuhnya. Tidak hanya tubuhnya, namun juga hatinya. Mau tidak mau dia harus mengakui bahwa gadis seksi yang berencana menjadi orang ketiga dalam kehidupan rumah tangga adiknya, telah berhasil menyelinap masuk ke hatinya yang selama ini dia tutup rapat-rapat.
Hanya saja, jika seandainya gadis itu tidak ingin bertemu dengannya ataupun berurusan dengannya, maka dia tidak bisa memaksanya.
Richard bisa saja melacak gadis itu, tapi dia lebih suka bila gadis itu yang mendatanginya. Karena itulah dia tidak repot-repot mencari tahu lokasi gadis itu ataupun menyelidiki latar belakangnya.
Dia akan menunggu di sini hingga batas kesabarannya habis, barulah setelah itu dia akan kembali ke adik-adiknya dan akan melupakan gadis itu.
Tapi kalau sampai gadis itu menghubunginya, atau muncul di hadapannya, maka Richard tidak akan ragu dan mengerahkan seluruh pesonanya untuk memiliki gadis bernama Qiao Anxia.
Richard membuka pintu kamar suitenya dan membiarkan seorang pelayan berpakaian putih mendorong tray makanan ke dalam kamarnya. Aroma sedap nan menggiurkan menyerang hidungnya begitu pelayan tersebut melewati bagian depan tubuhnya.
Hm? Kenapa dia merasa familiar dengan aroma ini?
Apakah dia begitu putus asanya sehingga bisa membayangkan aroma enak yang seksi dari perempuan yang sudah ia ambil keperawanannya terhadap pelayan antar makanan ini?
Richard menggelengkan kepalanya lalu menutup kembali pintu sebelum dia menyusul pelayan pengantar makanan dan duduk santai di sofanya yang nyaman. Dia bermain dengan memutar ponselnya di atas telapak tangannya dengan ekspresi bosan setengah mati.
Kalau tahu begini, lebih baik dia ikut ke Singapura dan bersenang-senang bersama saudara-saudaranya.
Richard masih bersikap cuek dan memainkan ponselnya ketika pelayan tersebut mengambil sebuah pisau dengan hati-hati tanpa menimbulkan suara. Lalu dia bergerak ke arah Richard yang sedang duduk memunggunginya dengan pisau tergenggam erat pada tangan kanannya.
Akhirnya! Hari ini akan menjadi hari terakhir dari Richard Calvin hidup di bumi ini!