Mataku perlahan terbuka. Butuh waktu untuk melihat langit-langit kamar dengan jelas. Aku meraba sisi lain ranjang di mana Satria semalam tidur. Kosong. Apa lelaki itu sudah bangun? Aku berusaha bangkit. Mataku menelusuri semua sudut. Tidak ada tanda-tanda keberadaannya. Kamar mandi pun nggak ada suara gemericik air. Jangan-jangan dia sudah berangkat kerja. Aku mencoba menggerakkan kakiku bermaksud untuk turun dari tempat tidur. Tapi rasa sakit di bawah sana mencegatku untuk menggerakkan kaki. Haduh, kok rasanya begini amat.
Di saat aku sedang meringis kesakitan, pintu terbuka dan Satria muncul. Dia datang membawa sebuah table food berisi makanan dan minuman.
"Pagi, honey. Udah bangun ya?" Dia mendekat dan mengecup kepalaku. Astaga! Diginiin aja, aku udah meleleh. Satria so sweet banget sih. Aku menaikan selimut merapat ke dada. Karena memang tubuh masih polos di dalam sini.