Chereads / SiputRI / Chapter 2 - Sang mantan

Chapter 2 - Sang mantan

saat ini karya tulis benar-benar merasuk dalam jiwaku,seolah-olah apa yang telah aku tulis menjadi rencana masa depanku, tulisan itu terasa benar-benar terwujud dalam kehidupan nyataku,lalu aku ingin sekali suatu saat nanti cerita kusutku ini bisa menjadi sebuah buku yang sangat berarti dan bisa berguna untuk orang lain.

Hari ini aku masih di kamar yang sama,lalu seorang sutradara mengirim bunga bahkan makanan kesukaan ku dan memberiku surprise,

aku bertanya tegas kepada mereka; "sebenarnya apa yang kamu inginkan??" Kataku kepada sutradara itu

Ada banyak percakapan dengan sutradara itu,

Mungkin pembicaraan ini sangatlah menguntungkan untukku,tetapi tidak mudah melepaskan karya yang lahir dari tangan sendiri lalu di percayakan kepada orang lain dengan membawa nama penulis.

Aku kembali tegaskan kepada mereka bahwa aku tidak begitu butuh uang dari hasil karyaku,tetapi biarlah karyaku bisa berguna untuk orang lain,karena karyaku ini sebenarnya bukan hanya untuk memotivasi hidupku,melainkan untuk memotivasi orang lain,Jika karya ini bisa memotivasi diriku sendiri,aku yakin karya ini juga mampu memotivasi orang lain.

Di hari itu pukul 04:59 sore,aku melihat matahari sedikit pucat,awanpun seolah menangis meneteskan air hujan rintik,Aku terdiam di sudut rumah sebelah timur sambil melamun,lalu terdengar suara langkah kaki yang anggun,lalu suara manis menyapaku 

"kamu baik-baik saja?" kata siputri sambil melihatku

Aku lihat dari ujung kaki sampai ujung kepala semua terasa sempurna,menggunakan baju merah jambu..

"Aku tidak apa-apa,aku hanya memiliki sedikit rasa resah dengan cerita cinta kita"

"Kenapa dengan kita?

Kamu mulai meragukanku?" Siputri sedikit kaget dengan perkataanku

"Tidak,aku ingin mempercayakan cerita cinta kita kepada orang lain"

"Kepada siapa?"

"Mantanku"

"Oh,sutradara itu?"

"Iya,aku takut film siputri nanti akan jauh berbeda dengan tulisanku".

Kami terdiam dan hening tak sepatah katapun terucap.

Aku pulang,kembali ke kamarku dan melanjutkan aktivitas untuk berkarya dalam secarik kertas dan berharap setiap hobiku bisa di nikmati banyak orang sekaligus berguna tentunya.

Pekerjaanku setiap hari hanyalah mencari ide baru,karena menurutku ide adalah yang menentukan kaya atau tidaknya diriku.

Kebahagian terbesarku adalah menemukan ide baru,dan ketika aku memiliki ide baru otakku secara otomatis menggerakkan semua tubuhku untuk mengeksekusi sebuah karya,hingga aku memiliki titik di mana setiap hari hanya berfikir bagaimana cara mencari ide?? Ide dan ide,

Aku membaca bukupun bukan karena aku suka dengan drama yang tidak realistis,tetapi sebenarnya tujuan awalku adalah mencari ide,

aku juga senang menggambar,aku juga senang menggambar bukan karena aku memamerkan karyaku yang masih di bilang memiliki level tahap awal,jika di bandingkan dengan painting realistis di luar sana pasti kalah bersaing,jauh dari pada itu sebenarnya banyak sekali ide-ide baru yang bisa aku tuangkan melalui gambar,sekaligus melatih kreativitasku untuk masa depanku nanti.

Sambil melamun aku menatap jendela kamarku,sang mentari telah terbenam,aku harus membersihkan tubuhku dan kembali ke kamarku untuk menulis dan menikmati malam bersama kesunyiannya menunggu hingga tiada satu orang pun bersuara lalu menutup malam dengan doa dan terlelap.

Pagi buta aku masih di kamar sendiri di dalam sepi,melihat di setiap sudut berharap pergerakkanku mampu menciptakan inspirasi,lalu ada suara lemah memanggil namaku,aku heningkan suara musik bernada sedih agar memperjelas apakah memang suara itu di peruntuhkan untukku,suara itu memang untukku,aku keluar dari kamar dengan sangat berat dan dengan raga yang kurang berenergi.

Gadis kecil berdiri tepat di depanku dengan rasa malu lalu berkata :

"Ada titipan dari kakak sutradara"

"Maaf,aku tidak bisa menerimanya"

"Tetapi katanya ini bukan soal pekerjaan,tolong di terima"

"Okay,trimakasih"

Aku menerima sesuatu dari seseorang yang dulu pernah tinggal sejenak dalam hatiku lalu pergi dengan ke egoisan,walaupun sebelum rasa itu pudar aku pernah hampir hilang.

Aku menerima sebuah kontrak kerja sama dan terselipkan surat merah di dalamnya;

"Mungkin setelah sekian lama penantianku kau tak kembali,setidaknya berikan aku kesempatan untuk membahagiakan kalian dengan caraku,aku mohon berikanlah cerita cinta kalian agar aku tahu bagaimana kalian bisa saling mencintai dengan sebegitu dalam,aku mohon."

Pertanda: seseorang yang pernah tinggal.

Di sini aku mulai lengah dan aku merasa bahwa memang dia harus tau keterikatan kita tidaklah main-main,terbentuknya cinta ku untuk masa depan bukan soal omong kosong ataupun keegoisan,tetapi cinta yang benar-benar mengakar dalam-dalam hingga tak mampu untuk terlepas.

Aku berjalan dengan kaki yang hening tanpa suara,ku temui kekasihku yang kulihat sedang melamun rasa hingga terbawa oleh tawa,aku menghampirinya lalu aku peluk erat-erat ,diapun tersipu dan tersenyum.

"Tumben sekali main ke rumah?kamukan selalu sibuk dengan tulisanmu itu"

"Aku hanya ingin melihat senyummu dan mencari tau alasan kamu tersenyum"

"Hahaha,maaf aku sedang memikirkan kamu tadi,aku gak menyangka memikirkanmu bisa membawakan wajahnya ke sini"

"Itulah rasa,jangan biarkan rasa itu hilang atau terpendam, biarkan kita bahagia dengan rasa itu,tersenyumlah dan bahagialah,akupun akan sama".

"Oh,iya !! (cerita siputri) akan aku berikan kepada sutradara itu"

"Kenapa sekarang kamu menyetujuinya?"

"Ini surat dari dia "(aku memberikan surat merah itu)"

"Aku sangat mengerti perasaan sutradara itu,jika memang seperti itu tolonglah dia agar terlepas dari belenggu itu"

"Baiklah."

Aku berikan tanda tangan penyerahan karyaku sebagai jaminan persahabatan,

Aku kembalikan surat merah balasan pada sang sutradara,

Hingga aku masuk di titik jenuh menunggu penantian film perdana.