"Njih Abah, Haidar sudah kalah dari awal. Tidak ada kesempatan sedikit pun untuk mendekatinya." Gus Haidar merasa sedih, tetapi dia menerima dengan lapang dada dan mulai menganggap Ayya sebagai adiknya. Sementara itu Rafi dan Ayya sudah selesai dengan tugas mereka dan bergegas kembali.
"Ayya, apakah kamu lapar...?" Rafi lupa kalau Ayya belum makan karena sepulang sekolah langsung diajak olehnya tadi.
"Lapar kak, tapi Ayya ingin makan dipondok saja." Ayya tidak ingin terlalu lama di luar pondok.
"Tapi kakak lapar, ayo kita makan sebentar baru kita pulang." Rafi menggengam tangan Ayya dan menariknya kesebuah warung mie ayam yang berada tidak jauh dari tempat mobil mereka diparkirkan.
"Ayya, kakak tidak suka kalau kamu terlalu dekat dengan laki-laki lain, jadi kakak harap kamu mengerti." Rafi masih teringat saat Ayya dan Hanif mengobrol tadi.