Kakek, Nenek..." Zayn berlari menghampiri kedua tubuh yang tergeletak dilantai dengan bersimbah darah. Ambulance yang dipanggil oleh Arunika sesaat setelah mendengar suara tembakan pertama telah tiba. Kedua tubuh kakek dan neneknya itu segera dibawa oleh ambulance ke rumah sakit terdekat.
Arunika menelepon Ayya dan menceritakan semuanya dan kini Rafi, Ayya, Kaif dan Ahfaz sedang menuju ke rumah sakit. Hanan untuk sementara ditunggui oleh Azka.
Sesampainya dirumah sakit, tubuh Kirana dan Ziyad segera dibawa keruang UGD untuk mendapatkan perawatan. Melihat kondisi keduanya, Zayn dan Arunika merasa sangat sedih. Luka mereka terlihat sangat parah.
"Maaf adik-adik, kalian hanya boleh mengantar sampai disini. Kami akan menangani pasien sekarang." Seorang perawat menutup pintu UGD, Zayn dan Arunika duduk dikursi panjang yang berada didepan ruang UGD sambil berpelukan. Arunika sangat sedih, dia tidak tega melihat kakek dan neneknya terluka seperti itu.
"Kak, apakah Kakek dan Nenek akan selamat? kenapa nenek Kirana bisa ada disini?" Arunika terisak, dia memang terbiasa menyaksikan adegan seperti ini karena memang pekerjaannya adalah menjalankan misi yang berbahaya seperti ini, tetapi baru kali ini dia melihat anggota keluarganya sendiri yang menjadi korban dan mengingat saat dia pertama kali menemukan tubuh kakek dan neneknya tadi, dia benar-benar tidak kuat menahan kesedihan ini.
"Sayang, kita berdo'a untuk keselamatan mereka berdua ya..." Zayn mengelus punggung istrinya. Arunika perlahan mulai tenang, tetapi airmata nya tetap tidak bisa berhenti.
Sementara itu di pesantren, Hanan yang sedang tertidur terbangun saat mendengar suara tangisan Ayya. Rafi berusaha menenang istrinya, tetapi tetap saja Ayya terus menangis.
"Sayang, sssttt... sayang, diam dulu ya! yakinlah Umi dan Abi akan baik-baik saja. Kita segera menyusul ke rumah sakit sekarang agar kau merasa tenang. Rafi memapah tubuh Ayya yang lemas karena mendengar kabar buruk yang disampaikan Arunika sampai tidak menyadari kalau Hanan telah mendengar semuanya.
Saat Azka datang menjaganya, Azka melihat Hanan sedang kesulitan bernafas. Tubuhnya mengejang, tentu saja Azka merasa panik. Sementara dirumah tidak ada siapapun karena semua orang sedang menuju rumah sakit tempat Kirana dan Ziyad dirawat.
"Kang Hifni, tolong kang antar Abi ke rumah sakit! beliau seperti kesulitan bernafas dan kejang-kejang, aku takut akan terjadi sesuatu dengan abi.." Azka segera meminta kang Hifni dan kang yang lain untuk membawa Kyai Hanan ke rumah sakit. Lalu Azka juga ikut pergi kerumah sakit setelah menitipkan Fawwaz kepada mbak santri yang membantu ndalem.
"Ning Azka, bagaimana kyai Hanan sampai seperti ini? bukankah tadi beliau baik-baik saja?" kang Hifni bertanya kepada Azka apa yang sebenarnya terjadi.
"Saya sendiri juga tidak tahu kang, sesaat setelah gus Ahfaz, Kaif kak Ayya dan kak Rafi pergi dan aku memasuki kamar beliau untuk menjaganya tiba-tiba abi sudah seperti ini, lalu aku memanggil kang Hifni tadi." Azka juga tidak kuasa menahan tangisnya.
Saat mereka sampai di rumah sakit dan Abinya sudah ditangani dokter, Azka segera menelepon suaminya Ahfaz dan memberitahu keadaan abinya. Semua orang menjadi bingung. Disisi lain, Ziyad dan Kirana belum diketahui dengan pasti keadaannya, disisi lain Hanan juga kondisinya memburuk. Untuk itu, Ayya membagi tugas. Kaif dan Ahfaz dia minta kembali ke Blitar menggunakan taksi, sementara Ayya dan Rafi meneruskan perjalanan ke Malang.
"Ya Alloh, apa yang sebenarnya sedang Engkau berikan kepada kami,," Ayya terus terisak sepanjang jalan hingga matanya sembab.
"SSttt sayang, tenanglah! kita hanya harus memohon kepada Alloh agar memberikan yang terbaik untuk ketiga orang tua kita, jangan terus bersedih seperti ini! kakak yakin akan ada pelangi setelah hujan. Jadi tenanglah sayang, jangan buat kakak khawatir seperti ini." Rafi tetap fokus menyetir sambil menenagkan istrinya.
Sesampainya dirumah sakit, Ayya langsung menginterogasi Arunika dan Zayn kenapa uminya bisa sampai terlibat dengan masalah ini.
"Zayn, bagaimana keadaan abi dan umi? bagaimana semua ini bisa terjadi, bagaimana bisa umi terlibat dalam masalah ini?" Ayya semakin tak kuasa menahan tangisnya, matanya benar-benar sembab saat ini.
"Umi, Zayn juga tidak tahu bagaimana nenek bisa terlibat dengan masalah ini dan bisa berada didalam villa itu, kami bahkan tidak pernah membicarakan apapun dengan nenek." Zayn memang mengatakan yang sebenarnya. Saat mereka sedang berbicara di luar, dokter sudah keluar dari dalam ruang UGD dengan membawa berkas untuk ditanda tangani keluarga pasien.
"Permisi, dengan keluarga pasien? kami ingin menyampaikan bahwa pasien harus segera di operasi. Ibu Kirana menderita tiga luka tembak dan satu diantaranya sangat fatal karena peluru itu telah menembus jantungnya. Sementara pak Ziyad menderita lima luka tembak dan beliau juga mengalami luka di tempat yang fatal, salah satunya peluru itu mengenai ginjalnya, satu di hatinya dan dua bersarang didalam perutnya.
Tetapi yang dua ini tidak terlalu fatal, jadi kami harus segera melakukan tindakan operasi. Kami juga butuh donor jantung untuk ibu Kirana, donor hati dan ginjal untuk pak Ziyad sesegera mungkin. Kami hanya memiliki waktu sepuluh jam ,kalau dalam jangka waktu itu kalian tidak mendapatkannya, kami tidak tahu apa yang akan teradi pada pasien.
Kalian juga harus segera menandatangani surat pernyataan ini, agar kami bisa segera melakukan tindakan." Ayya, Zayn Arunika dan Rafi langusng lemas mendengar semua ini.
"Baik dokter, kami akan berusaha mencari untuk itu. Kami semua mau diperiksa untuk donor hati dan ginjal. Siapapun diantara kami yang cocok, kami bersedia mendodorkannya kepada Abi kami. Tetapi untuk jantung, kami akan berusaha semaksimal mungkin.
"Semua orang kemudian mulai melakukan medical chek up dan saat ini mereka sedang menunggu hasilnya. Untuk keselamatan Ziyad, sepertinya sudah ada titik terang. Yang sulit adalah mencarikan donor jantung untuk Kirana, tetapi mereka semua tidak pernah putus asa, Rafi dan Ayya bahkan menghubungi semua teman dan sahabat mereka termasuk yang berada di Mesir.
Begitu juga dengan Arunika, dia juga melakukan hal yang sama. Sementara Zayn sedang melapor ke markas pusat tempat Ziyad bergabung dengan teamnya dalam misi ini. Zayn memberitahukan bahwa pemimpin penjahat yang mereka cari selama ini tewas saat penyergapan, jasad penjahat itu saat ini telah dikirim ke markas pusat di Mesir untuk bukti kongkrit bahwa dia benar-benar sudah tewas.
Zayn juga melaporkan untuk agen Zalfan juga gugur dalam misi ini dengan begitu, Zayn berhasil menukar kembali identitas Zalfan dan Ziyad dan sekarang Ziyad kembali menjadi Ziyad yang sebenarnya.
"Umi, Zayn meminta ijin akan mengganti batu nisan yang bertuliskan nama kakek untuk diganti dengan nama kakek Zalfan. Sudah saatnya kita mengembalikan dentitas mereka. Zayn dan Arunika juga sudah resmi mengundurkan diri dari team kami dan kami akan hidup normal seperti sedia kala." Mendengar apa yang dikatakan Zayn, Ayya merasa lega. Sekarang satu masalah telah selesai. Kini, mereka fokus mencarikan donor jantung untuk Kirana.