"Baik kakek.." Kedua cucu Ziyad itu tidak terlalu banyak bicara seperti Ahfaz dan Kaif, keduanya adalah seorang jenius. Jadi, dia cenderung lebih banyak diam. Mereka juga tidak memiliki banyak teman, keduanya lebih senang bergelut dengan komputer dari pada dengan orang lain. Mereka berdua hanya berinteraksi dengan keluarga saja, itu pun tidak semua anggota keluarga bisa mendekati mereka dengan mudah.
"Arunika, Zayn, bagaimana pekerjaan kalian di Mesir?" Ziyad menanyai kedua cucunya. Zayn adalah seorang profesor muda, begitu juga dengan Arunika. Keduanya bekerja di kampus yang sama. Dulu, keduanya adalah profesor dan mahasiswi. Setelah Arunika kembali dari Seattle, dia langsung mendapat gelar seorang profesor dari kampus karena prestasinya yang sangat luar biasa.
"Alhamdulillah kek, kami sudah menyelesaikan semuanya. Kami tidak harus kembali kesana lagi untuk mengajar, kami hanya akan sesekali mengunjungi Papa dan Papa Danial saat kami kesana kelak." Zayn menjawab setiap pertanyaan Ziyad.
Akhirnya, Ziyad, Zayn dan Arunika telah sampai di bukit. Saat Zayn dan Arunika sampai di bukit itu, mereka merasa berada di jaman yang berbeda karena suasananya masih sangat asri dan banyak pepohonan. Zayn dan Arunika langsung memiliki sebuah ide, keduanya tersenyum penuh makna.
Mereka kemudian berkelililng dan melihat sekeliling, keduanya sepertinya merasa sangat puas.
"Kakek, tempat ini sangat indah. Kalau kami berdua menetap disini apakah boleh?" Arunika meminta ijin kepada kakeknya, Ziyad tentu saja mengangguk dengan senang hati dia akan menerima kedua cucunya itu. Dengan begitu, Ziyad juga bisa memantau apa yang dilakukan kedua cucu jeniusnya.
"Tentu saja boleh, tetapi sekarang kalian harus menemui kakek buyut kalian dulu." Ziyad mengajak Zayn dan Arunika menuju ke atas bukit. Disana kini ada empat buah pusara, yang dua sudah terlihat sangat lama sedangkan yang dua lagi tanahnya masih merah. Tentu saja, karena itu adalah makam Habib Mustofa dan umi Farida, keduanya telah dimakamkan disini
Zayn dan Arunika langsung duduk disamping pusara kakek dan nenek buyutnya.
"Kakek, Nenek, maafkan Zayn juga Arunika. Kami tidak bisa hadir mengantarkan kalian ketempat peristirahatan yang terakhir." Zayn merasa sangat sedih telah berpisah dari Habib Mustofa juga umi Farida, mereka adalah orang yang telah merawatnya. Zayn pernah tinggal bersama mereka selama 3 tahun.
Zayn dan Arunika mengaji mendo'akan kakek dan nenek buyutnya, juga kakek dan nenek buyut orang tua dari Ziyad. Mereka berdo'a sangat khusyuk. Ziyad kemudian bertanya kepada Zayn dan Arunika apa yang akan mereka lakukan selanjutnya setelah mereka menetap disini.
"Arunika, Zayn, apa yang akan kalian lakukan setelah kalian tidak mengajar lagi?" Ziyad ingin mengetahui rencana kedua cucucnya ini.
"Kakek, kami belum memiliki rencana untuk saat ini. Kami masih fokus pada acara resepsi pernikahan kami, lalu setelah itu barulah kami akan memikirkan kami akan melakukan apa." Zayn dan Arunika saling memandang. Sebenarnya, keduanya tidak khawatir tentang materi.
Mereka berdua memiliki cukup banyak uang. Mereka berdua memiliki cita-cita yang cukup mulia sebenarnya, tetapi keduanya belum yakin. Mereka harus membicarakannya dengan uminya terlebih dahulu.
"Kakak, apa kita coba diskusikan dengan kakek terlebih dahulu tentang rencana kita?lalu saat umi dan abi kembali kita tinggal meminta persetujuan mereka." Arunika merasa pemikiran Ziyad cukup fantastis. Mereka bertiga adalah orang-orang jenius. Tentu mereka menjadi saling mengerti satu sama lain.
"Kalian tenang saja, kakek akan selalu mendukung kalian berdua. Jangan terburu-buru, pikirkan dulu matang-matang apa yang akan kalian akan lakukan." Ziyad mengerti mungkin mereka masih sungkan menyampaikan apa yang mereka pikirkan.
"Baik kek, kami akan kembali dan dan beristirahat. Besok, kami akan menyampaikan apa yang ingin kami lakukan. Kakek harus lebih dulu kami beritahu, karena apa yang akan kami kerjakan ini akan melibatkan kakek juga." Zain memandang kakeknya yang kemudian menyetujui apa yang Zayn katakan. Mereka bertiga akhirnya kembali ke rumah utama. Saat mereka tiba, mereka telah disambut hangat oleh Kirana, Kaif dan Ahfaz. Kirana meminta mereka segera ke ruang makan.
"Tapi Nenek, kami akan mandi dan beristirahat sebentar. Kami sangat lelah, kalian lebih baik makan terlebih dahulu karena kami benar-benar belum lapar." Zayn menolak dengan halus ajakan Kirana.
"Tapi nak, om kalian akan segera kembali ke Surabaya." Kirana memberitahu Zayn dan Arunika kalau Kaif dan Ahfaz akan segera berangkat ke Surabaya setelah makan.
"Umi, biarkan mereka beristirahat. Lagi pula, kami sudah bertemu kan? biarkan mereka berdua beristirahat dulu." Kaif tersenyum dan mulai membujuk umi nya. Tentu saja Kirana pasti luluh saat Kaif merayunya.
"Baiklah Zayn, kamu ajak istrimu beristirahat. Kamar kalian ada disebelah kanan ruang tamu lalu kalian berjalan maju sedikit, disitu kamar kalian berdua." Kirana menunjukkan kamar Zayn dan Arunika. Mereka kemudian langsung menuju ke kamar mereka sekarang baru merasakan lelah.
"Kaif, Ahfaz, kalian cepatlah makan! nanti kalian bisa terlambat ke bandara." Kirana kemudian menyiapkan piring untuk kedua putra dan juga untuk suaminya. Mereka kemudian makan bersama. Sesudah makan, Kirana segera menyiapkan barang-barang milik Kaif dan Ahfaz. Lalu, Kirana menelepon Dewi dia ingin maminjam mobil Dewi untuk mengantarkan kedua putranya sampai ke bandara.
Ziyad dan Kirana bersama dengan Kaif dan Ahfaz sudah akan berangkat. Sekarang ini, Zayn dan Arunika mengantar mereka sampai ke halaman rumah Ziyad yang sangat besar itu. Bahkan Ziyad dan Kirana sendiri balum memeriksa semua ruangan yang ada dirumah ini, mereka baru saja pindah ke rumah ini dua minggu yang lalu tetapi sudah sangat banyak peristiwa menyedihkan yang mereka alami.
"Zayn, Arunika, kami pergi dulu! kami sudah membawa kunci jadi kalau kalian mengantuk, kalian kunci saja semua pintu jangan menunggu kami kembali." Kirana berpesan kepada dua cucunya itu.
"Baik nek, kalau begitu kalian semua hati-hati.." Zayn dan Arunika melambaikan tangannya kepada kakek, Nenek dan kedua om nya. Lalu keduanya segera mengunci pintu dan masuk kedalam rumah kakeknya ini. Zayn dan Arunika mencurigai sesuatu saat di bukit tadi. Maka, sekarang mereka akan kembali memeriksa apa yang membuat mereka penasaran tadi.
Waktu sudah sore, tetapi karena cuaca cukup cerah langit masih terlihat terang. Kedua sejoli itu segera menuju ke bukit, mereka sangat penasaran apalagi mendengar cerita kakeknya tadi kalau kakek buyut mereka dan juga nenek buyut mereka adalah juga seorang jenius medis dan jenius IT. Mereka pesti memiliki sesuatu.
Kalau Zayn dan Arunika benar dengan tebakan mereka, mereka berdua akan lebih mudah untuk mewujudkan rencana Zayn dan Arunika. Tetapi, keduanya juga belum bisa memastikan karena mereka belum menemukan apapun. Keduanya menuju keatas bukit, dimana makam kakek dan nenek buyutnya berada.
"Kakak, dimana benda itu tadi?" Arunika mencari-cari letak benda yang mereka temukan tadi,tetapi belum bisa menemukannya.