Arunika dan Zayn langsung membuka laptop mereka. Saat Arunika mulai meretas, Zayn mengaawasi agar mereka tetap aman karena yang mereka hadapi saat ini adalah pemimpin penjahat, tentu saja dia akan lebih sulit ditangkap meski sudah didepan mata.
"Arunika, bagaimana dengan kakek?" Zayn menatap wajah istrinya yang memucat.
"Sebentar kak, sepertinya ada sedikit masalah aku lihat sebentar." Arunika kembali mengutak atik laptopnya, dia mulai meretas sistem keamanan hotel dan meretas kamera CCTV hotel tempat orang itu menginap tetapi dia tidak menemukan apapun.
Lalu dia kembali memeriksa disekitar hotel tempat orang yang mereka mata-matai menginap. Saat sampai dihalaman belakang hotel, Arunika melihat sesosok yang dikenalnya. Ya, orang yang dia suruh mengawasinya sedang berusaha bangun dari tanah dengan tubuh bersimbah darah.
Arunika langsung menelepon orang itu, dia pun langsung mendapat jawaban. Ternyata dia ketahuan dan orang yang sedang mereka awasi itu berhasil melarikan diri. Orang suruhan Arunika berkata, penjahat itu menuju Surabaya. Hanya itu informasi yang Arunika terima, karena orang suruhannya kini ambruk dan terkapar ditanah entah hanya pingsan atau meninggal dia tidak tahu.
"Kak, sepertinya kita ada masalah. Orangku terbunuh di lokasi. Saat ini, orang yang kita cari menuju Surabaya. Sementara ini, aku belum bisa melacak karena dia mungkin menyembunyikan diri lagi. Dia benar-benar sangat lincah dan bisa mengecoh kita dengan mudah.
Sebaiknya kakak segera hubungi kakek dengan kode khusus, jangan melalui ponsel." Arunika kembali fokus melacak keberadaan orang itu. Sementara Zayn mencoba menghubungi kakeknya, lalu setelah tersambung dan kakeknya membuka pesannya. Zayn dan Arunika merasa agak bisa bernafas lega karena kakeknya dalam keadaan baik-baik saja, Arunika juga mengirim pesan kepada kepolisian setempat agar mengurus orang yang dia kirim.
"Bagaimana kakak? apakah kakek sudah menuju surabaya?" Arunika merasa sangat khawatir, perasaan cemasnya kembali datang. Padahal saat dia mulai tiba disini, perasaan itu telah pergi digantikan dengan perasaan bahagia.
"Sudah sayang, hanya saja kita tidak boleh menghubunginya dulu untuk sementara waktu karena itu akan membuat kita semua berada dalam bahaya." Zayn kemudian membantu Arunika kembali melacak keberadaan penjahat itu.
"Ketemu!!!" Arunika tersenyum, tetapi kemudian mengerutkan keningnya. Ternyata penjahat itu berada sangat dekat dengan lokasi mereka saat ini. Entah ini adalah suatu kebetulan atau tidak, Arunika tidak dapat memastikannya.
Yang pasti, saat ini mereka berdua harus segera meninggalkan pesantren demi keselamatan bersama. Arunika segera membereskan peralatan mereka dan menyelinap pergi tanpa diketahui siapapun, keduanya mengirim pesan kepada Ayya agar menyampaikan permintaan maaf mereka karena harus pergi tiba-tiba. Tentu saja Ayya tahu apa yang harus dikatakannya kepada semua orang agar semua orang tidak mencurigai kedua putra dan putrinya itu.
Zayn dan Arunika pergi dan mencari tempat bersembunyi untuk sementara waktu, mereka menuju Malang, tetapi tidak pergi ke pesantren kakek buyutnya melainkan ke daerah Batu. Disana banyak hotel dan resort, jadi mereka bisa bergerak dengan leluasa. Tanpa Arunika dan Zayn ketahui, ternyata Kirana, yang saat keduanya pergi menyelinap baru saja kembali dari membeli buah untuk Hanan diam-diam mengikuti kedua cucunya karena menurutnya keduanya bersikap mencurigakan.
Saat Arunika dan Zayn memesan taxi, Kirana juga memesan taxi. Meski jarak mereka agak jauh, tetapi taxi yang ditumpangi Kirana berhasil mengikut taxi yang ditumpangi Zayn dan Arunika.
Kirana tahu arah yang dia lalui menuju luar kota, sehingga Kirana juga mengirim pesan kepada Ayya bahwa dia bertemu dengan Aisha dan menginap dirumahnya. Kirana menitipkan Hanan kepada putrinya, dia beralasan Aisha memiliki kenalan seorang dokter ahli saraf dan mereka ingin berkonsultasi kepeda dokter itu tentang penyakit Hanan.
Ayya tentu saja agak merasa curiga, karena tidak biasanya uminya akan pergi seorang diri seperti saat ini, tetapi Ayya menepis pikiran itu dan mempercayai kata-kata uminya.
"Arunika, Zayn, sebenarnya kalian mau pergi kemana? apa yang sebenarnya kalian sembunyikan?" Kirana bergumam sendiri,sopir taxi yang ditumpanginya sampai merasa heran.
"Ada apa bu?" Sopir itupun bertanya,dia merasa Kirana sedang mencemaskan sesuatu.
"Tidak apa-apa pak, yang penting kita ikuti mobil didepan itu ya pak! jangan sampai ketinggalan apalagi sampai kehilangan jejak." Mendengar apa yang dikatakan Kirana, sang sopir mengangguk dan dia kemudian fokus pada mobil didepannya.
"Kak.. kakek mengirimi kita pesan. Dia hampir mendapatkan orang itu! kita langsung ke lokasi dimana kakek berada saja." Arunika mendapat kabar terbaru dari Ziyad. Mereka pun mengubah arah mereka.
Sementara mobil Kirana terus mengikuti, hingga mereka tiba disebuah vila yang cukup besar. Tetapi disini hanya ada satu vila itu saja, tidak ada yang lain. Kirana segera turun dari mobil dan menyuruh taxi itu segera pergi, dia semakin penasaran apa yang kedua cucucnya akan lakukan ditempat seperti ini.
"Kakek, bagaimana dengan orang itu? apakah dia berada didalam?" Arunika dan Zayn yang baru tiba segera bergabung bersama dengan Ziyad. Sementara Kirana yang tidak mengetahui kalau disini sangat berbahaya mencoba menyusul kedua cucunya.
Dia mendekat kearah vila dan kini sudah berada didepan pintu, Kirana membunyikan bell tetapi tidak ada yang membukakan pintu. Lalu dia mencoba membuka pintu itu dan ternyata tidak terkunci. Kirana perlahan memasuki vila itu, tetapi sebelum dia melangkah lebih jauh kedalam, tubuhnya sudah ditangkap oleh seseorang.
"Zayn, Arunika, kalian tunggu disini! kakek akan mencoba memasuki vila ini. Arunika, kau sudah mendapatkan lokasi orang itu ada di mana kan?" Ziyad melihat Arunika yang tersenyum dan mengangguk.
"Dia berada dikamar itu kek, kakek hati-hati! kami akan segera menghubungi polisi sambil menunggu tim kita yang sedang menuju kesini." Ziyad mengerti apa yang dikatakan cucunya. Dia mulai berjalan mendekati vila itu dan langsung menuju kamar yang tadi ditunjukkan oleh Arunika.
"Ziyad berhasil memasuki kamar yang tadi ditunjukkan oleh Arunika melalui jendela. Saat Ziyad berbalik, Ziyad merasa sangat terkejut karena ternyata yang berada didalam kamar itu bukanlah orang yang dicarinya tetapi Kirana, wanita yang pernah menjadi istrinya dan sangat dicintainya sampai saat ini.
Kirana terikat disebuah kursi dan mulutnya juga ditutup dengan lakban. Tetapi sekali pandang, Ziyad langsung mengenali wajah itu. Dia segera berlari dan membuka ikatan di tubuh Kirana. Setelah ikatannya terlepas, Ziyad melepas lakban di mulut Kirana dan langsung memeluknya.
Dia bertanya kepada Kirana apakah dirinya terluka atau tidak, Kirana tidak dapat berkata-kata saat Ziyad memeluknya. Kirana juga tidak membalas pelukan Ziyad karena mereka bukanlah suami istri lagi. Kirana berusaha melepaskan pelukan Ziyad, tetapi tenaganya tidak sebanding dengan tenaga Ziyad yang memeluknya dengan erat. Lalu Kirana melihat seseorang tersenyum tanpa suara dihadapannya dan menodongkan pistol kearah Ziyad.
Pria asing itu perlahan menarik pelatuk pistolnya, Lalu mulai menembak. Kirana refleks membalikkan tubuhnya saat tembakan pria itu terlepas, segera darah mengalir dari dalam tubuh kurusnya. Tak hanya sekali, tetapi sepuluh kali tembakan. Kedua orang yang sedang berpelukan itu pun tumbang, keduanya bersimbah darah dan setelah itu pemimpin penjahat itu juga tumbang setelah Ziyad dan Kirana tergeletak dilantai.
Ternyata team Arunika telah datang tepat saat terdengar tembakan dari dalam kamar di vila itu dan langsung menghabisi penjahat itu tanpa ampun. Tetapi tetap saja ada dua orang yang telah menjadi korban karena sesaat setelah Kirana tertembak, Ziyad membalikkan tubuhnya agar Kirana tidak terkena tembakan lagi. Kini keduanya sama-sama tertembak dan tergeletak diam dilantai, dengan darah keduanya yang telah bercampur dan menggenang dilantai. Benar-benar pemandangan yang mengenaskan.