Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Im Yours

🇮🇩Ninkzichthea
--
chs / week
--
NOT RATINGS
9.1k
Views
Synopsis
Alena hamil dengan Andre. Namun, Andre merasa sangat berat hati untuk bertanggung jawab karena ia sudah memiliki Silvy. Apa jadinya ketika seorang pria bernama Angga yang notabene adalah adik ipar Andre, datang tiba-tiba kemudian bersedia menikahi Alena demi bertanggung jawab atas perbuatan kakak iparnya? Sanggupkah Alena bersedia menerima ajakan menikah dari Angga? Kisah seorang gadis bernama Alena yang diperebutkan oleh dua pria yang sama-sama menggilainya.
VIEW MORE

Chapter 1 - Part 1 (Aku Ingin Diakui)

"Kamu selalu mengagumkan, Len," puji Andre setelah mendapatkan pelepasannya.

Sepanjang malam, Andre dan Alena menghabiskan waktu hanya dengan bercinta, saling memuaskan, tentunya tanpa adanya sebuah ikatan.

Sudah sekitar satu tahun mereka menjalani hubungan terlarang ini. Andre begitu menikmati memiliki perempuan lain selain istrinya. Sedangkan Alena, ia tak memiliki pilihan lain kecuali menuruti keinginan pria itu karena beberapa alasan dan kesepakatan.

Berawal dari jebakan, Alena akhirnya menyerahkan segenap dirinya untuk dijadikan gadis simpanan oleh Andre. Semua sudah terlanjur. Pelan-pelan gadis itu menikmati hidupnya yang sekarang. Pun selama setahun ini Andre memberikan apa pun yang ia mau. Mensejahterakan kehidupan kedua orang tuanya, membiayai pendidikan adiknya, semua itu hasil dari kerja keras Alena yang senantiasa melayani nafsu bejat Andre kapan pun pria itu mau.

"Mas hari ini balik ke rumah?" Alena beranjak bangun kemudian duduk dengan posisi membelakangi Andre, lalu merapikan rambutnya yang tampak acak-acakan.

"Aku udah janji sama Silvy kalau pulang hari ini. Takutnya dia curiga kalau aku menunda-nunda."

Andre memiliki seorang istri cantik bernama Silvy. Tadinya, ia berpamitan akan keluar kota untuk urusan pekerjaan. Memang benar ia pergi keluar kota, tapi sebelum pulang ke rumah, Andre sempatkan diri untuk mampir terlebih dahulu ke apartemen Alena.

"Terus, Mas ke sini lagi, kapan?" Gadis yang sejak tadi tak memakai sehelai benang pun itu lantas memasang wajah cemberut. Alena sudah telanjur terlena dengan pesona pria tampan dan kokoh seperti Andre. Ada rasa tak rela kalau lelaki itu kembali ke rumah.

Andre tersenyum simpul. Ia senang bisa membuat Alena luluh dan takluk seperti sekarang ini. Tangan lelaki itu mengusap sensual punggung mulus sang gadis. Ia kembali menggoda Alena lagi.

"Mas, udah, ah. Aku mau mandi dulu. Lagian Mas juga mau siap-siap pulang, kan?" Alena menjepit rambut panjangnya. Ia berniat beranjak dari tempat tidur, tetapi Andre tiba-tiba mendekap lalu mengangkat tubuh polosnya kemudian mendudukkannya di atas pangkuan.

"Mas, nanti Mba Silvy kelamaan nunggu, loh." Alena memperingatkan.

Andre tak menghiraukan perkataan Alena. Lelaki itu masih sangat rindu ingin berlama-lama dengan gadisnya. Secepat kilat ia berhasil menguasai Alena. Memindah posisi gadis itu berada dalam kungkungannya.

Alena mengedipkan sebelah mata ketika Andre menatapnya dalam. Pelan tapi pasti, bibir pria itu mulai mendekat. Memagut bibir ranum Alena dengan lembut.

"Aku masih kangen," ucap Andre setelah ciuman itu lepas.

Alena membalas dengan membelai pipi pria itu. Ia sangat senang mendengar kalimat yang baru saja Andre lontarkan. Namun, ada rasa nyeri yang seketika menjalar pada hatinya.

Alena mulai memakai perasaan. Ia menginginkan sebuah hubungan, pengakuan, dan tentunya ikatan.

***

"Hari ini kamu ada acara?" tanya Andre saat dirinya tengah dipakaikan baju oleh gadisnya.

Alena detik ini tengah mengancingkan kancing demi kancing kemeja milik Andre. Ia lalu menganggukkan kepala.

"Habis cek toko, aku mau ketemuan sama cowok," jawab Alena yang langsung mendapat tatapan tajam dari Andre.

"Kamu berani ketemu cowok lain, Len?!" Andre memasang wajah cemburu.

Alena hanya terkekeh.

"Yang dimaksud cowok di sini itu adek aku, Mas, si Daffa. Mas pikir, aku punya cowok lain selain Mas? Nggak ada kali, Mas. Aku tetap setia sama Mas," jelas Alena.

Andre membuang napas lega. Ia sempat lupa kalau Alena punya seorang adik laki-laki yang tengah menempuh pendidikan perguruan tinggi di ISI Yogyakarta.

Sebelum pulang, Andre memilih sarapan terlebih dahulu, tentunya ditemani si gadis simpanan kesayangannya.

Alena baru saja menyajikan setangkap roti selai kacang untuk Andre. Tak lupa, secangkir kopi hitam sudah lebih dulu ia buatkan untuk lelakinya.

"Aku sepertinya akan sering keluar kota. Kebetulan, ada proyek baru yang harus aku tangani langsung di sana." Andre mulai membuka percakapan di sela-sela kegiatan sarapannya.

"Jaga kesehatan, Mas. Jangan sampai telat makan." Alena perlahan menatap pria itu. Ada hal yang sejak kemarin ingin ia sampaikan.

"Kamu juga jangan lupa sering-sering ingetin aku buat makan, ya? Aku kadang suka lupa makan kalau udah sibuk sama kerjaan." Andre selalu bersikap manja pada Alena.

Ucapan Andre barusan lantas membuat Alena menyudahi acara makannya. Telapak tangannya terasa dingin. Ia ingin sekali berkata jujur akan perasaannya.

"Apa Mba Silvy nggak pernah ingetin Mas soal jadwal makan?" Alena bertanya hal yang mendadak membuat Andre kehilangan nafsu makan.

"Apa Mas selama ini bahagia sama Mba Silvy?" Pertanyaan kedua Alena lontarkan kembali.

Andre masih diam. Ia tak perlu menjawab. Jika ia merasa bahagia dengan sang istri, untuk apa ia meminta Alena menjadi simpanannya?

"Apa tujuanmu bertanya seperti itu?" Andre mulai menyeruput kopi hitamnya.

"Aku ingin diperlakukan adil." Alena memberanikan diri mengungkapkan isi hatinya.

Andre sama sekali tidak paham akan maksud dari ucapan gadisnya. Sejauh ini, Andre merasa benar-benar adil pada Alena. Apa pun kebutuhan Alena, Andre selalu penuhi. Pun jika sedang berdua dengan Alena, ia tak pernah membanding-bandingkan gadis itu dengan sang istri. Di hati Andre, Alena tetap nomor satu.

"Jelaskan secara gamblang, apa keinginanmu saat ini?" desak Andre.

Alena menarik napas dalam-dalam. Ia telah mantap mengambil keputusan ini.

"Aku punya dua pilihan buat Mas. Nikahin aku, atau aku yang akan pergi dari kehidupan Mas?"

Andre justru tertawa hambar. Baru kali ini Alena mengajukan permintaan aneh seperti itu. Dan Andre tidak yakin untuk permintaan Alena yang satu ini, ia bisa mengabulkan atau tidak.

"Kamu dari awal harusnya sadar, Alena, kamu itu ... cuma simpanan. Apa kamu punya hak buat meminta aku menikahi kamu?" Andre mulai menunjukkan sisi kejamnya.

"Aku merasa aku punya hak. Mas sering bilang kalau Mas sayang sama aku. Dan, aku pun perlahan mulai suka sama Mas. Jadi, saat dua orang sama-sama saling menyayangi, nggak ada larangan untuk saling memiliki, kan?"

"Cukup, Alena!" Andre kelepasan memukul meja makan karena saking kesalnya terhadap Alena.

Alena sempat kaget, tapi ia mencoba bersikap tenang. Ia sebenarnya ingin sekali menangis, namun sikap dingin dan keras kepala Andre membuat Alena mati-matian menahan jatuhnya air mata itu. Ia hanya tak mau terlihat lemah di mata seorang pria yang sejauh ini tak pernah paham dengan perasaannya.

"Aku nggak mau bahas masalah ini lagi. Jangan sekali pun kamu menuntut hal itu lagi, Alena. Jangan buat aku marah." Andre menyudahi acara sarapannya dengan kesal. Ia bergegas meninggalkan Alena dan bersiap-siap untuk pulang.

Setelah Andre berlalu, pertahanan Alena akhirnya runtuh. Ia lantas menangis sambil menutupi wajah dengan kedua tangan.

Alena merasa tertekan dengan keadaan ini. Jika Andre mencintainya, kenapa pria itu tak mau menikahinya? Pun Alena tak meminta Andre menceraikan Silvy, jika saja Andre tak bisa meninggalkan wanita itu. Ia rela dijadikan yang kedua asal dirinya punya status.

Alena menatap sisa sarapannya dengan wajah yang sudah basah. Rasa mual tiba-tiba menyerang. Ia segera berlari kecil menuju wastafel dapur dan memuntahkan cairan bening dari mulutnya.

Andre yang melihat keanehan pagi ini pada diri Alena pun merasa ada yang tidak beres. Ia segera menghampiri gadisnya. Menangkup wajah yang tampak pucat itu.

"Jujur sama aku, a-apa kamu hamil?"

********