Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

DIAM-SuRene

Zizi_Uni
--
chs / week
--
NOT RATINGS
13k
Views
Synopsis
Berumah tangga itu impian banyak orang dewasa. Sama seperti Suho. Laki-laki Kim itu juga sangat menginginkan pernikahan. Tetapi kesibukan yang ia jalani menghambat semuanya. Hingga akhirnya, sang ayah menjodohkannya dengan seorang perempuan yang merupakan anak dari teman dekatnya. Mereka diminta lansung menyelenggarakan acara tersebut secepatnya karena masalah perusahaan juga. Lalu, bagaimana Suho dan istrinya menjalani kehidupan mereka? Akankah mereka bisa mengerti satu sama lain, atau tetap diam dan canggung?
VIEW MORE

Chapter 1 - Pengantin Baru?

______________🍎Diam

Ketika acara pernikahan dari pasangan Kim Jun Myeon dan Bae Ju Hyun selesai, keduanya kini menenpati sebuah rumah di kawasan elit yang lumayan jauh dari rumah kedua orang tua mereka.

Ah... panggil saja mereka dengan Suho dan Irene. Karena nama itu yang lebih sering digunakan teman-teman mereka ketika berbicara dengan mereka.

Bernasib sama, baik Suho maupun Irene tak ada yang bahagia dengan pernikahan ini.

Saling bertatapan sebentar, tak ada siratan cinta dari tatapan itu. Yang ada rasa canggung yang membuat Suho merasa harus ia yang memulai percakapan.

"Mau satu kamar, atau berbeda?" Tanya Suho.

"Bagaimana jika berbeda saja," ujar Irene.

Suho mengangguk paham. Ia mengerti, mungkin Irene belum siap jika mereka harus satu tempat tidur. Ini memang terlalu cepat untuk keduanya, terutama untuk Irene.

Mereka pun menaiki tangga dan memilih kamar yang bersebelahan. Rumah ini besar, memiliki empat kamar. Tiga di atas, dan satu kamar tamu di bawah.

Tetapi baik Suho maupun Irene tak ada yang memilih kamar utama. Kamar yang mereka pilih justru kamar berukuran sedang.

Suho duduk di tepi ranjang. Menatap ke sekeliling ruang kamar yang ia tempati ini. Orang tua mereka memang sudah mempersiapkan ini semua. Bahkan rumah yang baru ini pun sudah terisi lengkap dengan barang-barang.

Tak ingin berlama-lama duduk, Suho mulai membuka kopernya dan menata baju-bajunya ke almari. Perlu diketahui, Suho tak bisa merapikan barang-barang. Jika rapi pun, pasti akan berantakan lagi nantinya.

Menatap salah satu baju yang pernah diberikan seseorang untuk kado ulang tahunnya. Suho tersenyum, bayangan senyum orang itu juga memenuhi pemikirannya. Tetapi sayang, orang itu telah pergi meninggalkan dirinya.

Tapi tak apa lah, toh sekarang ia sudah melupakan semuanya. Termasuk kenangan bersama gadis itu dulu. Suho sudah tak ingin berharap. Baginya, berharap sesuatu yang tak pasti itu adalah hal terbodoh yang ia lakukan.

"Biarlah kau pergi, aku telah melupakanmu," gumamnya.

_____________🍎Diam

Disisi lain, Irene juga sedang merapikan barang-barangnya. Menatanya dengan rapi, sambil pikirannya terus berputar.

Ia tak ingin menikah dengan Suho. Ya, tentu alasannya tak ada rasa cinta diantara keduanya. Sebenarnya Irene sudah memiliki kekasih, tetapi kekasihnya itu telah menghilang selama tiga tahun. Terakhir memberi kabar satu tahun yang lalu, itu pun sangat cuek.

"Aku sibuk"

Hanya dua kata itu yang terucap dari mulut lelaki disebrang telepon sana. Meskipun tiga tahun tak bertemu, tetapi... apakah pantas jika Irene masih ingin menunggunya?

Hingga kegiatannya selesai pun ia masih melamun tentang sosok lelaki itu. Bagaimanapun, lelaki itu adalah cinta pertamanya. Cinta pertama yang ia rasakan, dan indah kenangannya dulu.

Sampai tiba-tiba orang itu pergi, dan meninggalkan dirinya sendiri. Tak ada kabar dua tahun, hingga membuat Irene menghubunginya. Tetapi nomornya tidak aktif. Irene tak putus asa, ia mencari akun sosial media milik kekasihnya itu, dan menanyakan beberapa pertanyaan.

Tetapi balasan dari laki-laki itu hanya dua kata yang membuat Irene langsung berfikir keras tentang apa yang terjadi, hingga membuat kekasihnya sekejam itu.

Sekarang ia telah menikah dengan seseorang yang tak ia cintai. Jangankan cinta, kenal saja baru satu minggu sebelum pernikahan.

"Huftt..." Irene bernafas lelah.

Selama ini ia hidup diatur-atur oleh orang tuanya. Membuat dirinya tidak bisa bebas. Tetapi orang tuanya berjanji, jika ia mau menikah dengan Kim Jun Myeon, maka kedua orang tuanya tak akan menuntut apapun darinya lagi.

Dalam hatinya, ia masih ingin menunggu sang kekasih, tetapi bujukan ini membuatnya akhirnya setuju. Apa lagi untuk ibunya yang mulai sakit-sakitan.

Entah bagaimana kehidupan rumah tangganya dengan Suho nanti, Irene tak tahu. Tetapi Suho sepertinya orang baik. Karena Suho bilang, Irene boleh bekerja dan pergi bersama teman-temannya. Dengan syarat, tetap pulang ke rumah.

Perempuan yang kini resmi bermarga Kim itu bersyukur, karena Suho bisa mengerti dirinya. Tetapi ia tetap sulit untuk menerima semua yang tiba-tiba ini. Kenapa orang tuanya tega menjodohkan ia dengan laki-laki yang bahkan tidak pernah ia lihat, hanya demi menyelamatkan perusahaan ayahnya?

Sudahlah... semua telah terjadi.

________________🍎Diam

Menyiapkan sarapan untuk Suho, Irene hanya membuat roti selai dan susu untuk santapan pagi tuan Kim itu.

Setelah selesai, Irene keluar rumah dan pergi bekerja. Karena taksi sudah menunggunya. Ia belum mengambil mobilnya yang masih ada di rumah, mungkin nanti ia akan mengambilnya bersama Seulgi.

"Atas nama Irene?" Tanya supir taksi tersebut.

Irene mengangguk sebagai jawabannya. Membuat supir taksi itu membukakan pintu, dan setelah mereka masuk, taksi melaju menuju tempat tujuan.

Di rumah, Suho baru saja bangun dari tidurnya. Laki-laki Kim tersebut langsung menuju ke kamar mandi, dan bersiap untuk pergi ke kantor.

Ponsel yang berada di atas nakas itu tiba-tiba berdering _ menandakan ada panggilang yang masuk.

Tangan kekarnya terulur mengambil benda pipih tersebut. Mengetuk tombol hijau dan menempelkannya pada telinga.

"Pagi pa," sapanya. Dari bicaranya saja sudah jelas jika sang ayah yang menelfonnya.

"Berangkat?"

"Iya, aku sudah akan berangkat"

"Cepatlah, ada pertemuan penting"

"Iya pa,"

"Jangan iya-iya aja kamu. Ini orang penting Jun Myeon! Cepat!"

"Oke. Aku berangkat"

Setelah itu, Suho mematikan sambungannya. Langsung mengambil tas kerja miliknya, dan berlari menunuju mobilnya. Suho tak tahu jika Irene sudah menyiapkan sarapan untuknya. Membuat ia tak menengok ke arah meja makan, dan memilih untuk berangkat.

___________________ 🍎Diam

"Pengantin baru kok sudah berangkat kerja?" Bingung Wendy, teman kantor Irene.

"Bagaimana tadi malam?" Seulgi tersenyum penuh arti.

Irene tak bodoh untuk tahu apa maksudnya. Ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kenapa diam saja eonni?" Wendy mencibir. Ia kesal dengan teman yang umurnya lebih tua darinya itu. Bukan apa-apa, pasalnya Irene itu sangat pendiam dan terlalu serius.

"Kalau seperti ini sih, aku mengerti." Seulgi mendekat ke tempat Irene. "Kamu semalam tidak melakukannya?" Bisiknya.

"Memangnya apa yang harus dilakukan?" Irene tak perduli.

"Eonni....biasanya seltelah menikah, suami istri melakukan ritual malam pertama. Apa Eonni ini tidak melakukannya?" ujar Seulgi dan diangguki Wendy.

"Tidur?" Irene menaikkan satu alisnya.

Wendy dan Seulgi kompak menepuk jidat mereka. Temannya itu bodoh atau sok polos? Baik Selgi maupun Wendy, mereka berdua benar-benar tak habis pikir dengan temannya yang irit bicara ini.

"Ah...sudahlah!" Ujar Wendy dan kembali ke tempat kerjanya.

"Eonni sok tidak tahu," Seulgi juga melakukan hal yang serupa dengan Wendy.

Irene bernafas lega. Teman-temannya tak mengganggunya lagi. Ia pun fokus kerja. Tetapi ada yang kurang. Salah satu dari mereka tak berangkat? Ya, Park Soo Young atau yang akrab disapa Joy itu tak ada.

"Joy mana?" Tanya Irene.

"Ikut suaminya ke luar kota tiga hari," jawab Seulgi yang fokus pada berkas-berkas.

Irene mengangguk. "Kenapa dia tak mengabariku?"

"Oh ya?" Wendy menatap Irene. Sedangkan yang ditatap hanya mengangguk.

"Mungkin Joy mengerti dan tidak mau mengganggumu" celetuk Seulgi.

"Iya, secara eonni kan pengantin baru," ledek Wendy.

Irene mendengus. Kedua temannya itu memang kadang menyebalkan. Tetapi ia nyaman, karena hanya bersama teman-temannya ia bisa merasakan kehangatan. Berbeda dengan kedua orang tuanya yang egois dan tak memikirkan dirinya.

_____________🍎Diam

Irene ternyata pulang lebih dulu dari pada Suho. Padahal, ia kira akan telat pulang karena ia tadi mengambil mobilnya dari rumahnya dulu.

Tak pikir panjang, Irene menuju ke kamarnya. Meletakkan tasnya, lalu menyambar handuk dan pergi mandi. Dinginnya air yang membasahi tubuhnya itu membuat dirinya rileks.

Benar, setelah berkutat dengan berkas-berkas penting seharian itu membuat pikirannya penat. Dan kini, hanya air segar yang dapat mendinginkan pikirannya. Sekaligus menyegarkan tubuhnya.

Setelah selesai mandi, Irene berganti baju, lalu turun ke bawah. Masih tak ada tanda-tanda Kim Jun Myeon akan pulang.

"Kamu jangan lupa masak buat suami kamu ya,"

Ucapan sang ibu saat ia pulang untuk mengambil mobilnya tadi terus terngiang. Membuat langkah Irene kini menuju dapur.

Tetapi langkahnya terhenti saat melewati meja makan.

Tunggu! Bukankah itu roti dan susu yang Irene siapkan untuk Suho tadi pagi? Kenapa masih utuh?

Irene menyentuh piring dan gelas itu. Baru pertama kalinya ia merasa tak dihargai sebagai seorang perempuan. Jika ia menyiapkan makanan untuk 'dia', pasti akan habis.

"Huffttt," Irene membuang rotinya ke tempat sampah. Kemudian menuang susu yang sudah dingin itu ke tempat cuci peralatan.

"Apa dia tidak melihatnya?" Gumamnya sambil mencuci piring dan gelas tersebut.

Irene paham kok, ini memang sulit untuk mereka berdua. Perjodohan yang tak meng-enakkan kedua pihak. Ah... lebih tepatnya hanya Irene dan Suho. Perjodohan yang tiba-tiba dan hanya karena masalah bisnis. Sangat membebani bagi kedua orang lawan jenis yang menjadi korbannya.

"Kamu jangan lupa masak buat suami kamu ya,"

"Oh ya. Masaknya harus yang enak,"

Lagi. Ucapan sang ibu itu terlintas di kepalanya. Membuat Irene berbalik dan sebagian tubuhnya bersandar di meja dekat rak.

"Sarapan saja tudak dihargai, bagaimana aku mau memasakkannya lagi," gumam Irene dan menghela nafas setelahnya.

"Andai saja dia, pasti tidak akan mengabaikan apapun dariku. Sayang, aku bahkan tak tahu ia dimana sekarang," Irene membayangkan kekasihnya.

Entahlah, tetapi ia masih menganggap laki-laki itu sebagai kekasihnya. Bukan tanpa alasan, tetapi belum ada kata putus diantara keduanya. Membuat Irene jadi masih merasa mempunyai kekasih.

Tak mau berlama-lama di dapur itu, Irene memutuskan untuk menuju ke kamarnya saja. Tak perduli jika Suho akan kelaparan atau sejenisnya. Ia lebih memilih untuk istirahat.

__________________🍎Diam

Diwaktu yang sama, Suho sedang berbincang dengan salah satu rekannya, Kim Seok Jin.

"Pengantin baru masa sudah bekerja," ledek Seok Jin

"Setiap orang yang setiap orang yang bertemu denganku sudah bilang begitu." Suho memutar bola matanya malas. Benar, setiap orang yang dekat dengannya tadi bilang seperti itu.

"Oh iya, bagaimana tentang proyek yang sudah kita rencnakan dengan Min Seok hyung?" Tanya Jin.

"Tentang itu kita harus menunggu Min Seok hyung pulang. Biasalah... dia kan yang paling sibuk diantara kita" jelas Suho.

Jin hanya mengangguk paham.

Setelah itu mereka terdiam. Menyeruput kopi sebagai penghangat tubuh dan melepas penat malam ini. Baik Suho maupuk Seok Jin, keduanya sama-sama menikmati suasana sunyi diantara mereka itu. Sampai tiba-tiba ponsel milik Seok Jin berbunyi.

"Hallo,"

"....."

"Iya sayang,"

"....."

"Ini, lagi nemenin Suho Hyung. Kasian, pengantin baru tapi dah berangkat kerja,"

"....."

"Iya, kamu tidur saja ya... kasihan calon anak aku,"

"....."

"Okey..., aku pulang bentar lagi,"

Setelah itu Seok Jin mematikan sambungan teleponnya. Laki-laki yang bermarga sama dengan Suho itu tersenyum sambil menatap benda pipihnya.

"So Jung?" Tanya Suho.

Seok Jin mengangguk. "Iya, dia khawatir sekali denganku. Tapi ketika aku bilang sedang menemani hyung, dia langsung lega."

Suho mengulum senyum. "Beruntung sekali kau mempunyainya,"

Seok Jin mengangguk cepat dan tersenyum lebar. "Iya, So Jung itu tipe istri idaman banget,"

"Udah cantik, perhatian, mandiri, setia, bisa ngurus rumah dengan baik, bahkan rela ngorbanin kerjaannya," imbuh Seok Jin sambil membayangkan wajah cantik istrinya.

"Sepertinya kau sangat bahagia Jin," Suho meletakkan gelas kopinya ke meja.

"Tentu saja hyung... berumah tangga itu indah. Hyung juga merasakannya kan?" Seok Jin menatap Suho. "Oh ya. Aku minta maaf hyung, tidak bisa datang diacara pernikahan hyung.

Suho mengangguk. "Tak apa Jin,"

"Bagaimana istri hyung? Apa dia cantik?"

Suho hanya tersenyum. "Semua perempuan itu cantik, Seok Jin"

Seok Jin hanya tersenyum hambar.

"Aku pulang ya hyung, aku takut So Jung menungguku" Seok Jin berpamitan, lalu pulang.

"Apakah se-bahagia itu punya istri?" Gumam Suho memandang kepergian Seok Jin.

"Hm... aku juga harus pulang," ujar Suho dan bergegas pulang.

__________🍎Diam