______________🍎Diam
Berdiam diri di kamar mandi, Irene mondar-mandir tak jelas. Ia lupa membawa handuk saat mandi.
"Duh... bagaimana ini?" Irene mondar-mandir tak jelas sekarang. Apa ia harus meminta bantuan pada Suho di luar? Tetapi bagaimana?
Tok. Tok. Tok.
"Apa kamu sudah selesai?" Tanya orang dari luar kamar mandi. Irene menebak itu Suho. Yah...siapa lagi yang berada di rumah ini selain dirinya dan Suho?
Irene semakin gugup sekarang. Bagaimana ini? Suho menunggunya di luar. Membuat dirinya jadi gelisah di dalam sana. Yang ia lakukan adalah mondar-mandir tak jelas di dalam.
"Hufffttt..." Irene menghela nafasnya. Bagaimanapun ia sedang butuh bantuan. Dan yang bia membantunya adalah Suho sekarang.
"Ya sudah, saya ke kantor dulu" ujar Suho dan membuat Irene melotot.
"Tunggu!" Ujarnya dari dalam kamar mandi.
"Iya?"
"Tolong saya," pinta Irene pada akhirnya.
"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Suho.
"Tolong ambilkan handuk. Saya lupa membawa handuk," ujar Irene dengan rasa malu yang ia kesampingkan.
Di luar, Suho tersenyum simpul. Baru kali ini ia membantu seorang perempuan. Merasa hal ini lucu, membuat ia tersenyum dan mengambil handuknya.
"Buka pintunya," ujar Suho.
Irene pum membuka sedikit pintu kamar mandinya. Suho memberikannya handuk, dan membuat Irene dengan cepat merampasnya lalu menutup pintunya. Untung saja, jari-jari Suho tidak terjepit diantara pintu kamar mandi itu.
"Pakai saja. Nanti kembalikan,"
"Terima kasih," gumam Irene. Mungkin Suho tak mendengarnya. Karena ucapannya sangat pelan.
Suho pun kembali merapikan penampilannya, kemudian keluar.
Tak lama, Irene keluar dari kamar mandi dan menuju ke kamarnya. Jika kalian bertanya kenapa Irene bisa mandi di kamarnya Suho, itu karena kamar mandi di kamar Irene airnya sedang bermasalah. Membuat Suho menyuruhnya untuk mandi di kamarnya saja.
Tanpa berfikir terlebih dahulu, Irene langsung menyetujuinya. Karena ia malas jika harus mandi di kamar mandi bawah. Itu mengharuskan ia untuk naik turun tangga, dan ia malas akan hal tersebut.
Tetapi karena ia langsung masuk ke kamar Suho setelah laki-laki itu menawarkannya, Irene jadi lupa jika ia tidak membawa handuk.
Irene melirik jam dan ia terkejut. Waktu yang tersisa tidak banyak. Membuat ia harus cepat-cepat bergegas ke kantor. Ia pun memakai bajunya dengan cepat dan menyisir rambutnya. Setelah itu, ia hanya mengambil beberapa alat make upnya. Ia akan memakainya nanti.
"Telat ini," gumamnya tanpa memikirkan handuk Suho yang masih berada di kamarnya.
___________________🍎Diam
"Tumben kau berangkat siang," ujar Chen pada Suho yang baru datang.
"Ah.. itu, ada kendala tadi," jawab Suho.
Chen hanya mengangguk paham. "Ini, silahkan dicek berkas-berkasnya," Chen memberikan beberapa kertas-kertas yang ditumpuk rapi.
"Huh.." Suho menghela nafas kala menerimanya.
"Jangan mengeluh," Chen menepuk pundak Suho dua kali. Membuat lelaki itu hanya mengangguk dan meneruskan jalannya ke ruangannya.
Suho duduk di kursi kebesarannya, dan mulai membuka satu-persatu map berisi berkas-berkas penting untuk perusahaannya tersebut. Dengan teliti, Suho membacanya. Jika berkasnya sudah sesuai, ia memberikan cap dan tanda tangan.
Tetapi tiba-tiba bayangan kejadian tadi membuatnya berhenti dan malah tersenyum ketika mengingatnya.
Irene yang kebingungan karena kamar mandi di kamar milik perempuan itu airnya tiba-tiba mati, hingga mandi di kamar Suho dan meminjam handuk milik Suho.
Flashback.
"Huftt..." Irene keluar kamar dengan malas.
Saat itu juga, Suho keluar dari kamarnya dan melihat muka Irene yang nampak lesu. Membuat dirinya memberanikan diri untuk bertanya. Tidak ada salahnya kan ia bertanya?
"Kenapa?" Tanya Suho.
Mungkin karena Irene tidak terlalu konsentrasi, dan pertanyaan Suho membuatnya terkejut karena tiba-tiba.
"Maaf," ujar Suho.
"Tidak apa-apa"Â canggung Irene.
Suho mengangguk. Kemudian ia mengulangi pertanyaannya. "Kenapa?"
"Airnya mati," jawab Irene.
"Apa kamu mau mandi?" Tanya Suho dan Irene mengangguk.
"Mandi saja di kamar saya," tawar Suho.
"Apakah boleh?"
Suho mengangguk.
"Terima kasih," Irene langsung masuk ke kamar Suho dan menuju ke kamar mandi milik lelaki Kim itu.
Suho hanya terdiam dengan perilaku perempuan bermarga asli Bae tersebut. Ia berjalan ke bawah untuk meminum susu, lalu kembali lagi ke atas untuk memakai jas dan dasinya. Tetapi kamar mandinya masih tertutup rapat. Membuatnya bertanya dan ternyata masih ada Irene di dalam sana.
Saat Suho ingin pamit, perempuan itu menhannya. Ternyata meminta bantuan untuk mengambilkan handuk.
Karena waktu yang sudah agak siang, Suho pun hanya memberikan handuk miliknya, lalu pergi.
Flashback off.
"Lucu," gumam Suho dan kembali melanjutkan aktivitasnya.
_________________🍎Diam
Irene tersenyum kala tukang yang ia minta untuk membenarkan air itu bilang jika tugasnya telah selesai. Irene pun bilang jika ia telah mentransfer uangnya.
Akhirnya ia tak akan merepotkan Suho lagi.
Satu jam lagi ia akan pulang. Perempuan itu pun melanjutkan untuk mengecek berkas-berkas lain yang belum ia kerjakan. Semakin cepat ia menyelesaikan, semakin baik pula kinerjanya.
Oh ya, masalah telat, untung tadi bosnya juga telat. Jadi, Irene tidak kena teguran dari atasannya.
Jam pulang pun tiba. Irene dan pegawai lainnya membereskan barang dan bergegas pulang.
"Irene!" Panggil Seulgi.
"Kenapa?"
"Nitip ini ya," ujar Seulgi.
"Apa ini?" Bingung Irene menatap map tersebut.
"Bahan meeting kita bersama pak bos besok,"
"Kok-"
"Kau kan tahu, biasanya mertua aku datang hari ini. Jika ia tahu aku masih bekerja, bisa-bisa habis riwayatku" ujar Seulgi.
"Huh... iya deh," Irene pun pasrah. Ia mengerti dengan apa yang Seulgi maksud. Karena Seulgi memang dilarang bekerja oleh mertuanya. Tetapi memang dasarnya perempuan itu ingin bekerja, makanya ngeyel dan tetap bekerja meskipun harus menyembunyikannya. Irene berjalan menuju mobilnya dan bergegas pulang.
...
Irene meletakkan barang-barangnya di tempat seperti biasa. Tanpa merapikan kamarnya, ia langsung bergegas mandi.
Di sisi lain, Suho juga baru pulang. Pria Kim itu memarkirkan mobil di garasi, lalu bergegas ke kamarnya. Melepas penat dengan berdiam diri di balkon, sambil memandang kearah bangunan-bangunan disekitar.
Ia menikmati semilir angin yang menerpa dirinya. Tak terlalu keras, hanya angin lembut yang membawa ketenangan.
Suho merasa nyaman dengan suasana seperti ini. Setelah seharian berkutat dengan berkas-berkas yang membuatnya penat, hanya suasana seperti ini yang membuatnya lebih tenang.
Setelah lama ia berdiam, akhirnya ia pun melepas jas dan dasinya. Karena cukup gerah, ia juga membuka kancing kemejanya, karena ia berniat mandi. Akan tetapi, handuknya tidak ada.
Laki-laki Kim itu mencari-cari handuknya. Tetapi ia tak menemukan benda tersebut.
"Ah!" Suho baru ingat jika Irene membawanya. Dan mungkin perempuan itu lupa mengembalikan.
Tanpa memerdulikan kancing bajunya yang sudah hampir terbuka seluruhnya, Suho berjalan menuju ke kamar Irene. Laki-laki itu mengetuk pintu, tetapi tak kunjung dibuka oleh sang pemilik kamar.
Terpaksa, Suho membuka pintu yang ternyata tak dikunci. Melangkah masuk, tak ada orang disana. Tetapi suara percikan air dari kamar mandi membuat Suho berfikir mungkin Irene sedang mandi.
Ia memandang kamar ini sebentar, baunya harum dan lumayan rapi. Mungkin karena sang pemilik belum merapikannya, jadi agak berantakan.
Tak ingin berlama-lama, Suho ingat tujuannya kesini. Ia pun berjalan menuju ke kursi rias. Ternyata handuk miliknya ada disana.
Tetapi langkahnya terhenti saat mendengar suara pintu kamar mandi terbuka. Menampakkan Irene yang refleks menutup matanya ketika melihat pakaian Suho.
Suho yang menyadarinya pun segera merapatkan celah bajunya.
"Maaf, cuma mau mengambil handuk," ujar Suho dan langsung mengambil handuknya.
Irene masih menutup matanya. Pemandangan apa yang baru ia lihat tadi? Sesuatu yang kekar dengan beberapa 'roti sobek' yang terbentuk itu sungguh membuat dirinya malu untuk melihatnya.
"Maaf," ujar lelaki Kim itu lagi.
Perlahan, Irene membuka matanya dan mendapati Suho yang telah menutupi tubuhnya. Perempuan itu dapat bernafas lega sekarang.
Mereka saling bertatapan canggung, dan Suho pun berjalan keluar untuk kembali ke kamarnya. Sedangkan Irene malah mengingat tubuh Suho. Ternyata pria yang terlihat ramah dan lembut itu mempunyai tubuh bagus. Hei Irene! Kenapa kau malah mengingatnya?
______________________