______________🍎Diam
Sinar mentari menembus ke celah-celah rumah. Rasa segar air yang mengalir membasahi tubuh itu telah usai. Suho segera bersiap dengan setelan pakaiannya hari ini. Ia selalu tampak berwibawa dan juga tampan setiap harinya.
Setelah selesai dengan penampilannya, Suho melangkah menuju dapur. Berharap ia bisa mengganjal perutnya dengan roti atau susu yang ada di sana. Tetapi saat ia sudah berada di dapur, ia melihat Irene ada disana. Apakah perempuan itu sedang menyiapkan sarapan? Apa menyiapkan sarapan untuk Suho juga? Entahlah, Suho hanya berjalan mendekat.
"Pagi," sapa Suho meskipun masih canggung.
Irene hanya mengangguk sekali sambil terseyum tipis. Rasa canggung ini memang susah untuk hilang. Perempuan itu hanya mengoleskan selai coklat pada roti, lalu memberikannya ke Suho.
"Terima kasih," ujar Suho.
"Iya," balas Irene kemudian perempuan itu duduk dan memakan rotinya.
Mereka makan dengan keadaan yang canggung juga tak ada percakapan diantara keduanya. Hanya saling diam, sambil fokus kepada apa yang sedang mereka makan. Tetapi, sesekali Suho mencuri pandangan kepada perempuan yang duduk di hadapannya itu.
Ini pertama kalinya mereka saling berinteraksi, meskipun Irene masih belum bisa berbicara banyak, setidaknya perempuan itu sudah mulai menerima jika kini ia tak tinggal sendiri.
Setelah selesai sarapan, Irene membereskan gelas dan piring yang tadi mereka gunakan. Perempuan itu mencucinya, kemudian mengembalikan ke tempat semula.
"Tunggu!" Ujar Subo kala Irene melangkah pergi dari sana.
Irene pun menghentikan langkahnya, kemudian berbalik menatap Suho. Dengan diam, perempuan itu seolah bertanya ada apa Suho mencegahnya.
"Eum... terima kasih atas sarapannya," ujar Suho dengan tersenyum canggung.
Mendengar ucapan terima kasih dari Suho, Irene hanya mengangguk canggung dan tersemyum. Perempuan itu masih belum berani berbicara banyak dengan Suho. Rasanya masih aneh, dan Irene juga belum melupakan kekasihnya.
Tak mau berlama-lama, Irene berjalan menjauh dari Suho. Perempuan itu menuju ke kamarnya, kemudian mengambil apa yang ia perlukan dan keluar.
Suho juga melakukan hal yang sama, hingga saat akan menuruni tangga mereka berdua bertemu. Kembali bertatapan canggung, Suho menggaruk tangkuknya yang tak gatal. Ia mengisyaratkan agar Irene dulu yang menuruni anak tangga tersebut.
Irens mulai mengangguk, lalu menuruni anak tangga diikuti Suho dibelakangnya. Mereka berjalan seperti itu hingga sampai di garasi.
Saling bertatap lalu mengangguk, mereka malah seperti rekan kerja yang bertemu. Keduanya memasuki mobil masing-masing, kemudian berangkat kerja.
Suho hari ini dalam mood yang baik. Ia juga sesekali tersenyum sendiri, jika mengingat kejadian tadi. Ini pertama kali ia sarapan bersama Irene.
Sesampainya di kantor, ia tersenyum pada siapapun yang ia jumpai. Ia juga membalas sapaan beberapa karyawan yang menyapanya. Ia tetap tersenyum, hingga akhirnya sampai di ruangannya.
Chen sampai heran dengan Suho. Ada apa dengan teman sekaligus bosnya itu? Tetapi jika melihat Suho seperti ini, Chen juga ikut senang. Ia berharap, Suho bisa dalam mood yang baik dan terus seperti ini.
______________🍎Diam
Hari ini cukup banyak berkas yang harus Irene urus. Tetapi perempuan itu tidak mengeluh, dan terus mengerjakannya hingga selesai tepat waktu.
Perempuan itu bernafas lega dan tersenyum ketika melihat pekerjaannya selesai. Mejanya pun sudah rapi kembali.
"Lelahnya," keluh Joy.
Irene hanya tersenyum sambil menatap temannya itu.
Jam pulang sudah tiba. Saatnya Irene beranjak, lalu melangkah keluar bersama Joy, Wendy dan Seulgi. Keempat perempuan itu berjalan sambil berbicara. Tepatnya Wendy dan Joy yang selalu mengobrol. Sesekali Seulgi menanggapi, sedangkan Irene hanya diam. Perempuan itu hanya menjadi pendengar dari celotehan teman-temannya.
"Duluan ya, udah dijemput ternyata" ujar Wendy tersenyum karena melihat mobil Chanyeol mendekat kearah mereka.
Mereka saling melambaikan tangan ketika Wendy sudah masuk mobil, dan mobil itu mulai menjauh. Tak lama kemudian, mobil Sungjae yang merupakan suami Joy itu sampai dan Joy pun pulang bersama suaminya. Tersisah Irene dan Seulgi yang kini menuju ke parkiran.
"Hati-hati ya..." ujar Seulgi.
"Ksu juga," Irene tersenyum.
Keduanya pun memasuki mobil masing-masing, kemudian menjalankannya menuju ke rumah masing-masing.
Ditengah perjalanan, Irene tiba-tiba terfikirkan oleh Suho. Apakah ia harus memasak untuk lelaki itu? Tetapi bagaimana jika lelaki itu sudah makan di luar? Irene jadi bingung sendiri.
Disisi lain, ada Suho yang masih harus menyelesaikan pekerjaannya. Tinggal beberapa berkas lagi yang harus ia periksa dan tanda tangani. Pria Kim itu tetap fokus, hingga akhirnya pekerjaannya selesai.
Suho berdiri, menutup kembali laptopnya, kemudian memakai kembali jas yang sempat ia lepas karena gerah. Setelah itu, ia bergegas keluar dan menuju parkiran.
Mobil yang dikendarai Suho berjalan dengan kecepatan rendah. Pria itu juga membuka jendela mobilnya agar merasakan angin sore hari ini. Ia mengarahkan mobilnya untuk berbelok kearah restoran, kemudian berhenti diparkirannya.
Tetapi sebelum Suho keluar dari mobilnya, ia baru teringat sesuatu. Tadi pagi ia sarapan bersama Irene. Mungkinkah jika sekarang perempuan itu juga memasak untuknya? Suho jadi diam memikirkannya. Jika Irene memasak, bukankah Suho tidak perlu makan disini? Tetapi perempuan itu juga bekerja. Mungkin saja kan, Irene tidak memasak karena lelah. Atau... malah ia belum pulang.
"Apakah aku harus membelinya dan membawa pulang?" Gumam Suho.
"Ah... lebih baik begitu. Siapa tahu dia juga belum makan," Suho berdialog sendiri, kemudian ia keluar dari mobilnya.
"Hyung!" Sapa Seok Jin dari jauh. Suho tersenyum pada Seok Jin dan akhirnya mereka saling mendekat.
"Wahh... Hyung. Apa Hyung akan makan disini?" Tebak Seok Jin. Suho hanya mengangguk sebagai jawabannya.
"Kau bersama So Jung?" Kini giliran Suho yang menebak.
Seok Jin tersenyum. "Iya Hyung. Tiba-tiba saja So Jung minta makan disini. Menyidam mungkin," Seok Jin terkekeh diakhir kalimatnya.
"Ya sudah ya Hyung, aku kesini hanya mau mengambilkan ponsel So Jung yang tertinggal di mobil," ujar Seok Jin.
"Iya," Suho tersenyum.
Seok Jin pun menjauh dari Suho dan menuju mobilnya untuk mengambilkan ponsel milik istrinya.
Kembali melangkahkan kakinya, Suho akhirnya memasuki restoran. Saat ia akan mencari tempat duduk, seorang perempuan menarik perhatiannya. Lelaki Kim itu pun berjalan mendekat, ia berdehem dan membuat perempuan itu menatapnya.
"Boleh saya duduk?" Tanya Suho hati-hati.
Perempuan yang ternyata adalah Irene itu mengangguk. Suho pun menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Irene.
"Sedang apa disini?" Inilah pertanyaan bodoh yang Suho lontarkan untuk memulai percakapan diantara mereka.
Irene hanya diam sambil menunduk dan mengulum senyum. Ia yakin, Suho tak bodoh untuk mengartikan dimana mereka dan apa yang biasanya orang lakukan ketika berada di restoran.
Melihat respon Irene yang seperti itu, membuat Suho menggaruk tengkuknya. Ia bingung harus bagaimana lagi. Suho pun mengarahkan pandangannya kesekitar, kemudian menemukan topik pembicaraan.
"Eum... apa sudah pesan?" Tanya Suho.
Irene menggeleng. "Belum. Aku baru sampai," ujarnya pelan.
Suho mengangguk. "Kalau begitu, kita pesan sekarang?"
Irene mengangguk lagi. Suho tersenyum canggung, kemudian memanggil seorang pelayan dan mereka pun memesan makanannya. Mereka kembali terdiam hingga makanan mereka datang.
Suho tersenyum canggung menatap Irene, begitu pula sebaliknya. Mereka makan dengan tenang, meskipun rasa canggung masih mendominasi diantara keduanya.
"Apa kau akan pulang?" Tanya Suho.
Irene mengangguk. Suho pun meminta total harga makan mereka.
"Biar saya saja yang membayarnya," ujar Suho saat Irene sedang mencari dompet dalam tasnya.
"Tap-" belum selesai Irene bicara, pelayan itu sudah pergi, dan Suho tersenyum padanya.
"Ayo pulang," ujar lelaki Kim itu dan beranjak dari duduknya.
Irene mengembalikan dompet ke dalam tasnya, kemudian mengikuti Suho keluar dari restoran tersebut. Irene terus berjalan dibelakang Suho hingga mereka sampai di tempat parkir. Siapa sangka, jika ternyata mobil mereka terparkir secara bersebelahan. Kenapa Suho tak menyadarinya tadi?
"Oppa!" Ujar seorang perempuan berpostur tinggi yang menghampiri Suho.
"Oh, So Jung?" Suho tersenyum pada perempuan itu.
So Jung tersenyum. Sedangkan Irene yang berdiri di samping Suho, hanya menatap mereka. So Jung menatap Irene, kemudian melempar senyum. Irene pun mengangguk dan tersenyum pada So Jung.
"Istri oppa ya?" Tebak So Jung menatap Suho.
Suho mengangguk sebagai jawabannya.
"Kenalkan dia oppa," ujar So Jung pelan, tetapi Irene dapat mendengarnya.
"Irene," ujar Irene mengulurkan tangannya.
So Jung tersenyum. "So Jung," ujarnya membalas uluran tangan Irene. "Kau sangat cantik eonni," puji So Jung.
Irene tersenyum. "Terima kasih, kau juga cantik"
Melihat interaksi kedua perempuan ini, Suho tersenyum simpul. "Tadi aku bertemu Seok Jin. Dimana dia sekarang?"
Irene menatap Suho dengan tatapan bingungnya.
"Oh... Seok Jin oppa sedang ke toilet," ujar So Jung.
Kini Irene menatap So Jung dengan tatapan yang sama saat ia menatap Suho.
Tiba-tiba ponsel So Jung berbunyi. Perempuan itu pun mengeceknya. "Eum... oppa, eonni, sepertinya aku harus pergi. Seok Jin oppa sudah menungguku di mobil," ujar So Jung.
Suho mengangguk paham, sementara Irene hanya diam. So Jung pun tersenyum sebelum perempuan itu menyusul suaminya yang sudah menunggu di mobil.
Seperginya So Jung, Suho melihat Irene yang terdiam. Sepertinya perempuan itu sedang melamun. Suho hanya menatapnya, ia terlalu canggung untuk memanggil Irene.
Tin!
Suara mobil yang melintas akhirnya menyadarkan Irene. Perempuan itu tampak kaget dan mengatur nafasnya.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Suho.
Irene mengangguk, kemudian mereka memasuki mobil masing-masing dan bergegas pulang. Irene menjalankan mobilya dengan kecepatan rendah. Sedangkan Suho mengikutinya di belakang.
Perempuan bermarga asli Bae itu memikirkan percakapan Suho dengan So Jung tadi. Bukan tentang apa, tetapi tentang siapa. Percakapan ringan Suho dengan So Jung sebenarnya tidak berati. Tetapi nama yang mereka sebut rasanya tak asing bagi Irene.
"Tak mungkin dia," gumam Irene. Perempuan itu menggeleng-gelengkan kepalanya dan kembali fokus pada jalanan. Ia mencoba menghilangan pikiran tentang nama itu. "Yang mempunyai nama itu tak hanya ia. Banyak sekali nama orang yang sama di negara ini." Gumamnya meyakinkan.
Suho merasa heran dengan Irene. Tadi mobil perempuan itu berjalan sangat lambat, dan kini malah sudah melesat cukup jauh dari mobilnya. Suho mulai berfikir ada apa dengan Irene? Apakah perempuan itu sering berkendara seperti ini? Entahlah... Suho tak mau memusingkannya. Ia segera menancap gas dan menyusul mobil Irene yang sudah berada cukup jauh darinya.
______________🍎Diam