Irsya menonton acara televisi di rumah Elven. Ivi yang baru turun dari tangga pun menatap lurus ke arah Irsya yang bukannya makan malah menonton tv. Ivi pun mendekat ke arah Irsya dan meminta Elven untuk duduk di kursi makan duluan.
"Mommy panggil Irsya dulu ya" ucap Ivi dan diangguki oleh Calvin.
"Sayang.." ucap Ivi saat berada di samping Irsya.
"Aunty?"
"Kamu udah makan?"
Irsya menggeleng.
"Kenapa gak makan duluan sayang?" tanya Ivi khawatir.
"Aku mau nungguin Aunty sama bang Elven."
"Hm.. Yaudah ayo kita makan bareng... Tuh, Abang Elven udah duduk di sana" Tunjuk Ivi pada Elven yang tengah menatap mereka dengan senyuman.
"Eh?? Yaudah ayo ty"
Mereka pun mulai makan siang.
...
Calvin tengah menatap berkas-berkas perusahaannya. Ia menyimak dengan saksama.
"Kok laporan keuangan bulan ini gak balance sih?! Ini lagi banyak banget selisihnya! Bego!" gerutu Calvin. Ia menekan tombol di telepon ruangannya.
"Ke ruangan saya sekarang!" tegas Calvin. Tak lama, seseorang datang.
"Maaf Mr. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Sisil sopan.
Calvin melempar berkas itu masih tetap di atas meja.
"Kamu periksa laporan kamu! Apa yang kamu kerjakan sampai-sampai semua laporan yang kamu buat berselisih?!! " marah Calvin. Sisil mengambil laporan itu dan membacanya. Ia menaikkan alisnya.
"Mr. Ini bukan laporan yang saya buat kemarin.. Saya tidak membuat laporan semacam ini.. Saya bersumpah" ucap Sisil panik.
"Lalu, siapa yang melakukan itu?! Arwahmu gitu?!" kesal Calvin
"Saya berani bersumpah Mr. Ini bukan laporan yang saya buat.. " ucap Sisil dengan yakin.
Seseorang tiba-tiba masuk.
"Vin! Itu memang bukan hasil laporan yang dibuat Sisil" ucap Joe .
"Maksudmu?" tanya Calvin heran
"Ada sabotase data laporan di sana. Cek kembali dan pahami isinya." Joe
"Apa lagi sih ini?! Argh! Sisil! kembali ke meja kamu dan perbaiki laporan itu"
"Saya da copy-annya pak.. Segera saya bawakan untuk bapak"
"Ok cepat" Sisil mengangguk dan keluar ruangan Calvin.
Joe duduk di hadapan Calvin.
"Lo harus ekstra hati-hati Vin! Dia udah mulai mengobrak-abrik data perusahaan lo" Joe
"Terus gue harus gimana?" frustasi Calvin.
"Lo masih punya gue. Gue akan slalu bantuin lo"
"Terus, gimana dengan perusahaan kak Felix?"
"Gue udah suruh orang buat bantu awasi perusahaan Felix. Karena kemungkinan Alfi ini bermain dengan lebih dari dua orang."
"Lo belum dapet infonya juga?"
"Susah vin. Tapi lo tenang , gue akan terus awasi dia. Gue juga udah suruh teman gue buat mengawasi Alfi. Tapi, as you know that dia licik"
"Gue tahu itu "
"Kita telat sedetik aja, dia udah bergerak jauh di depan kita"
"Ambisi banget sih dia! Gue pengen bunuh orang joe!" emosi Calvin
"Jangan Vin!! Gila lo! Udah cukup kejadian silam .. Gue gak mau hak buruk menimpa lo lagi"
"Gue tahu tapi gue rasa dia udah gak layak buat hidup"
"Sans Vin.. Kita usaha aja.. sisanya kita berdoa.. Biar Allah yang nentuin gimana-gimana nantinya"
"Gak tahan gue.. Semakin hari dia tuh semakin jadi"
"Calm down bro.."
....
.....
Elven memasuki kamarnya.
"Aku harus hubungi Akel Calvin" gumam Elven dan menekan kontak Calvin.
...
Drrrrtttt.....
"Vin, handphone lo bunyi" ucap Joe menyadarkan Calvin dari lamunannya.
"Elven nih Joe"
"Angkat vin.. Gue rasa dia tahu sesuatu"
Calvin mengangguk dan mengangkat telepon dari Elven.
"Halo El.. kenapa?"
"Akel... Bisa gak kita ketemu? Ada hal yang harus Elven sampaikan ke Akel"
"Tentu.. Akel ke rumah kamu ya"
"Ok kel.. Hm tapi di sini ada Irsya"
"Kita bahas ini di ruang kerja Daddy kamu.. Di sana kedap suara"
"Siap kel"
Tut...
Sambungan terputus.
"Kenapa Vin?" tanya Joe
"Elven mau ketemu sama gue"
"Ayo gue temenin.. gue juga pengen tahu informasi apa yang dia punya supaya penyelidikan jadi lebih mudah"
"Ayo"
Mereka pun berangkat dengan mobil Calvin.
.....
"Semoga Akel bisa cari jalan keluarnya..." gumam Elven saat selesai menghubungi Calvin.
Ia pun menuju kamar Ivi. Ia mengetuk pintunya.
Elven membuka pintunya sedikit.
"Mom?" panggil Elven saat kepalanya berhasil mengintip kamar Ivi.
"Masuk sayang" ucap Ivi sambil mengerjakan sesuatu di laptopnya.
Elven masuk dan duduk di samping Ivi. Ivi memindahkan laptopnya yang awalnya di pangkuannya menjadi di sebelahnya.
"Ada apa sayang?" tanya Ivi
"Akel Elven aku suruh ke sini"
"Memangnya ada apa sayang?"
"Mommy nanti ikut ke ruang kerja Daddy ya.. kita bahas ini sama-sama"
"Apa perlu Mommy menghubungi Daddy?"
"Jangan Mom... Elven gak mau pikiran Daddy jadi bertambah lagi mengenai masalah ini"
"Yaudah kalau begitu... Sekarang, dimana Akel?"
"Lagi on the way.."
Tin Tin...
Suara klakson mobil.
"Itu akel mom.. ayo" ajak Elven pada Ivi untuk menemui Elven di depan.
Elven memasuki rumah Ivi.
"Assalamualaikum kak" ucap Calvin.
"Assalamualaikum" Joe
"Waalaikumsalam.. ayo masuk Vin, Joe" Ajak Ivi . Mereka pun melangkah menuju ruang kerja Felix.
....
#Ruang Kerja Felix
Mereka semua telah duduk berbentuk letter O pada susunan meja bundar di ruang kerja Felix.
"Jadi, Apa yang akan kamu bicarakan El?" tanya Joe
"Hm begini kel... Tadi, sewaktu di sekolah, Elven gak sengaja dengar seseorang lagi ngobrol sama seseorang di sebrang telepon. Orang itu bilang bahwa dia akan menghancurkan seseorang bersama orang itu dan yang lain. Dia bilang kalau seseorang yang dia sebut 'Kakak' di sebrang telepon udah berhasil menyentuh perusahaan seseorang. Mereka bakalan menghancurkan perusahaan itu. Elven teringat bahwa perusahaan keluarga kita kan sedang dalam masalah, jadi Elven khawatir bahwa orang itu adalah orang yang sama yang menjadi trouble maker di perusahaan keluarga ini." jelas Elven.
"Elven tahu gak siapa orangnya?" tanya Joe sambil menulis sesuatu di notenya.
"Maaf akel.. Elven gak tahu. Elven cuma dengerin dari pintu ruangan yang tertutup. Tapi, orang itu perempuan" lirih Elven.
Ivi mengusap lembut kepala Elven.
"Gak apa-apa sayang" bisik Ivi lembut.
"Perempuan ya?? Tersangka 1 sudah terdeteksi" ucap Joe Tiba-tiba.
Semuanya mengernyit bingung.
"Siapa yang kau maksud Joe?" tanya Calvin
"Orang itu menyebut 'Kak' pada seseorang di sebrang telepon kan El?" Tanya Joe pada Elven.
"Iya kel"
"Ada kesimpulan dari pemikiran gue bahwa orang yang berbicara di ruangan yang ada di sekolah Elven adalah adik dari seorang Alfi Bravino" ucap Joe dengan keyakinan.
"Apa?! Kau yakin Joe?" tanya Ivi tak percaya.
"Tentu vi.. aku yakin.."
"Aku rasa dia juga terlibat mengingat kejadian beberapa waktu silam." Calvin. Beberapa pertanyaan kembali.muncul di otak Ivi.
"Maksudmu vin?" Ivi
"Kakak mengingat kejadian kepulangan kak Felix setelah berlayar panjang? Dan kalian bertengkar?" Calvin. Ivi mencoba mengingat itu. Ia kemudian mengangguk.
"Ada campur tangan Shena di sana"
"Bisa kau ceritakan bagaimana detail nya Vin?" Joe
"Ah baiklah akan ku ceritakan... Waktu itu, Felix bercerita bahwa ia dijebak oleh Shena saat ia akan pulang ke sini. Felix sudah di perjalanan namun ia mendapat pesan minta tolong dari 'sahabat' kakak" Calvin sedikit menekan kata sahabat.
"Lalu, aku mencoba membantu Felix dengan menyelidiki kebenarannya. Dan, aku melakukan sesuatu"
"Apa yang kau lakukan?"
#FLASHBACK ON
Calvin mengendarai mobilnya menuju sebuah tempat. Ia memarkirkan mobilnya saat telah sampai di tempat. Ia melangkah memasuki gedung itu. Sebuah sekolah elite tempatnya anak-anak para pejabat dan kalangan kelas atas menempuh pendidikan. Calvin tersenyum miring sambil memakai kacamata hitamnya. Ia melangkah bak seorang putra mahkota. Ya, ia melangkah angkuh. Beberapa pasang mata menatapnya takjub. *Orang ganteng lewat... wkwkk*
Lalu, ia memasuki sebuah ruangan.
Tok Tok Tok....
"Permisi" ucap Calvin dengan suara khasnya.
"Masuk!" sahur orang dari dalam ruangan.
Calvin melangkah angkuh memasuki ruangan itu. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.
Perempuan yang berada di dalam ruangan itu tengah memeriksa lembaran kertas hasil tugas siswa/i belajar.
Ia mendongak saat mendapati seseorang dengan penampilan bak putra mahkota itu memasuki ruangannya.
'Siapa dia?? Tampan sekali' batin Perempuan itu.
"Hm.. ada yang bisa saya bantu Tuan?" tanya perempuan itu sopan namun sedikit embel-embel.
"Bisa aku duduk.?" tanya lelaki itu tanpa menjawab pertanyaan perempuan itu.
"Ah iya silahkan duduk..." Calvin duduk masih dengan wajah datarnya.
"Aku ingin mengajak anda makan siang bersama" ucap Calvin santai sambil membuka kacamata nya. Perempuan itu meneguk salivanya dengan susah payah. Tanpa sepengetahuannya, Calvin tersenyum miring.
"Ba-bagaimana pak? Saya tidak mengerti" gugup perempuan itu.
"Nona Shena Adinda.. maukah anda Lunch dengan saya? Calvin Anderson?"
"Astaga.. Dokter Calvin.??" kaget Shena.
"Ya, saya ingin makan siang dengan anda. Apakah anda bersedia?"
Shena kembali meneguk salivanya.
"I-iya tentu Dokter"
"Jangan panggil seperti itu.. Just call my name"
"A-e... i-iya baik dok.. eh Calvin"
"Bisa kita berangkat sekarang?" Calvin kembali memasang kacamata nya.
"Tentu, mari ..."
"Apakah tidak masalah?"
"Ah tidak... jadwal saya sudah selesai hari ini"
"Ah baiklah"
.....
Sepanjang koridor, keduanya tak lepas menjadi sorotan orang-orang di sana. Calvin sungguh risih. Namun, Shena malah tersenyum bangga.
Beberapa guru juga menegurnya dan ia dengan bangga mengatakan bahwa ia akan makan siang dengan seorang Calvin. Sungguh, Calvin ingin muntah pada saat itu juga.
...
Di perjalanan, Shena terus tersenyum sambil sesekali melirik Calvin, mencoba menarik perhatian Calvin. Namun, diabaikan oleh Calvin.
.....
Mereka telah tiba di cafe tersebut. Calvin dengan terpaksa membukakan pintu untuk Shena. Mereka melangkah bersama memasuki cafe..
..
...
Shena duduk mengikuti Calvin. Ia melihat sekeliling karena tak ada seorang pengunjung pun yang ada di sana.
"Hm kenapa tak ada pengunjung di cafe ini?" tanya Shena.
"Aku sudah membookingnya..."
Shena tersenyum bangga. Merasa bahwa ia spesial. Calvin menepuk tangan. lalu beberapa pelayan datang dan menghidangkan beberapa menu di meja mereka.
"Anda sangat romantis.." puji Shena dan hanya dibalas dengan senyuman oleh Calvin. Mereka pun mulai makan.
....
Setelah selesai, Calvin mencoba meminjam ponsel Shena.
"Boleh saya pinjam ponsel kamu?" ucap Calvin
"Untuk apa ya?"
"Saya harus mengirimkan pesan kepada staf saya bahwa saya tidak bisa mengikuti rapat kali ini namun handphone saya tertinggal di kantor."
"Ah tentu boleh" Shena langsung menyerahkan ponselnya. Calvin menerimanya dan melakukan sesuatu terhadap ponsel itu. Ia berhasil menghack seluruh akun sosial media Shena. Ia juga mengirimkan kepada Alfi untuk menghapus semua bukti dirinya yang tidur dengan Felix. Lalu, ia menghapus pesan itu. Ia berhasil menghilangkan seluruh barang bukti dan bonusnya ia berhasil menyadap handphone Shena.
Setelah berhasil, Calvin mengembalikan nya.
"Ada satu hal yang aku mau"
"Apa itu?"
"Jangan Berhubungan dengan pria lain selain diriku.. Aku mau kau menghapus seluruh kenangan mu bersama masa lalu mu"
"Ah eh.. iya tentu... "
"Aku tak ingin kau masih menatap ke belakang saat hubungan kita telah di depan.. Jika aku mendengar sesuatu bahwa dirimu memiliki lelaki lain atau bahkan berhubungan lebih dari itu, maka jangan salahkan aku jika kita selesai"
"Tentu.. aku akan melakukan semuanya untukmu."
Calvin tersenyum miring.
#FALSHBACK OFF
"Hahaha... bagus sekali... kau benar-benar licik vin" tawa Joe
"Tentu"
"Itu berarti Shena telah mengkhianatiku?? Dan dia bukan sahabatku??"
...
....