Keesokannya..
Shena yang merasa badannya kurang fit langsung ke Rumah Sakit untuk memeriksa dirinya.
Sebelumnya ia telah membuat janji terlebih dulu. Kebetulan,temannya adalah pegawai di Rumah Sakit tersebut, jadi ia bisa meminta bantuan temannya itu. Setibanya disana, ia langsung menemui temannya di Bagian resepsionis.
"La, jam berapa dokternya datang?"-Tanya Shena pada Ola.
"Barusan aja dia datang na.. Maybe ntar lagi giliran lo. Tunggu disana aja yuk..." Mereka pun menunggu tepat di depan ruangan dimana Shena akan diperiksa.
"Dokternya ganteng banget na... Lo awas naksir ya... Gebetan gue itu wkwk" canda Ola.
"Yaelah gak lah... Ada-ada aja lo wkwk... Btw lo suka ya??"
"Ya suka gak suka sih heheh... Mukanya itu adem banget na.. Pokoknya ganteng deh tapi ya gitu.. Dingin.." ucap Ola.
"Yaelah ada-ada aja lo. Lo kira es batu.. Wkwk"
"Ihh dia malahan lebih dingin dari es batu asal lo tahu.."
"Ada-ada aja sih lo... Masa sih.?"
"I-"
"Shena Adinda..."Panggil seorang perawat di depan ruangan periksa.
"Eh na, nama lo udah dipanggil tuh.." lirik Ola pada perawat yang memanggilnya.
"Yaudah gue periksa dulu ya.." Pamit Shena.
"Sip... Gue juga mau balik kerja hehe. "
"Okay"
Shena pun langsung masuk ke ruangan itu bersama perawat tersebut. Sementara Ola, ia kembali bekerja. Di dalam, Shena duduk di depan dokter tersebut.
"Ada keluhan apa?" Tanya dokter tersebut dingin.
"Belakangan badan saya tuh kayak pegel-pegel gitu dok... Kepala saya juga sering pusing... " jelas Shena.
"Baring di sana.." perintah dokter pada Shena untuk berbaring di brankar. Shena mengangguk.
'Eh buset dingin banget nih orang' batin Shena.
"Mari mbak..." ucap perawat itu dengan ramah. Shena pun mengikuti langkah perawat itu. Setelah Shena berbaring, dokter menghampiri.
"Kepala kamu pusing migran atau gak?" Tanya dokter tersebut.
"Gak sih dok.. Pusing di bagian puncak kepala.."
"Hmm..."
'Gila.. Ini orang beneran ganteng banget sih. Tapi dinginnya juga luar biasa...'Batin Shena.
"Kamu flu?" masih datar
"Kalau malam saya suka bersin-bersin dok."
"Demam?"
"Gak ada dok..."
"Ok,saya akan buatkan resepnya. Kamu hanya kelelahan. Banyakin istirahat aja dan minum obat yg teratur. Ini resepnya langsung tebus di bawah..." jelasnya tetap datar.
'Eh? Barusan dia ngomong panjang awowkwk... ganteng nya masya Allah...'Shena kembali membatin.
"Kenapa diam? Tebus resepnya.." Calvin menyadarkan Shena. Yups, dokternya itu Calvin guys awowkwk....
"Ah.. Iya.. Makasih dok... saya permisi.." Pamit Shena yg hanya diangguki oleh Calvin.
Di lain sisi, Ivi dan Felix sedang bersantai di depan tv. Ivi duduk di samping Felix dan Felix merangkul Ivi. Ivi menyandarkan kepalanya di pundak Felix. Kemudian Felix,mengelus puncak kepalanya.
"Kamu sudah siap kan aku tinggal berlayar?"Felix membuka obrolan.
"Hmm..." Ivi sebenarnya tak rela jika harus dipisahkan dari Felix,namun apa boleh buat? Felix terlalu mencintai pekerjaan nya.
"Aku tahu kamu belum siap..." lirih Felix
"Kalau udah tahu gausah ditanya lagi." Ketus Ivi
"Iyaiya maaf.. Jangan ngegas donk.."
"Hmm.."
"Aku bakal lebih sering hubungi kamu kok nanti.. Tenang aja ya sayang.."
"Hmm.."
"Kamu jaga hati,iman dan diri kamu disini ya... Aku juga bakal gitu kok... Ok sayang.?"
"Hmm..."
"Jangan hmm terus dong sayang dari tadi.. Aku serius tahu..." kesel Felix
"Aku juga..."
"Ya Allah... Jangan ngambek ya.. Aku gak akan sanggup kalau dicuekin kamu kayak gini.. Yayaya?? Bentar lagi aku berlayar lho..." bujuk Felix.
"Dah ah gausah bahas itu. Males tahu..."
"Iyaiya... Kamu gak mau shopping? Atau jalan-jalan gitu? Yuk aku temenin.."
"Gak."
"Kok jutek sih sayang?" Felix mencubit pipi Ivi. Ivi menepisnya.
"Isss sudah deh gausah mulai! Aku pusing!"
Felix langsung merubah posisi duduknya.
"Kamu pusing? Yang mana? Ayo ke dokter.."
Ivi menatap jengah Felix.
"Iss aku gak apa-apa. Cuma pusing sama mual doank.. Lebay ih"
"Tuh kan.. Kayak gitu kamu bilang gapapa? Malah bilangin aku lebay lagi.. Isss"
"Ya gapapa... Sans.. lagian kamu sih .."
"Gak sayang... Kamu harus ke dokter. Kita periksa di Calvin aja. Ayo.. Aku takut kamu kenapa-kenapa.."
"Aku mager sayang... gausah ya.."
"Aku gendong deh.. ya? Ayo donk.."
"Ihh kamu ada-ada aja sih.. Yaudah deh aku siap-siap dulu..."
"Yaudah ayo bareng.. Aku juga mau siap-siap.." ucap Felix dengan senyum jahilnya.
"Gendong... Heheh" Ucap Ivi manja.
"Asyiappp bu dosen wkwk" canda Felix.
Kemudian, Felix langsung menggendong Ivi ala bridal style ke kamar mereka. Setelah selesai siap-siap, dan akan keluar kamar, Ivi mendadak mual.
Hueg!! Hueg!!
Ia langsung berlari ke toilet. Ya, Ivi muntah. Tapi, tak ada sesuatu yg keluar. Felix yang melihat itu pun langsung menghampiri Ivi.
"Kamu gapapa sayang?" tanya Felix lembut sambil memijit leher belakang Ivi.
"Aku mual deh sama aroma perfume aku.. Gatau deh kenapa.." ucap Ivi sambil menekan hidungnya.
Felix berpikir sejenak.
"Jangan-jangan kamu hamil sayang... " tebak Felix dengan gembira.
"Ha? Jangan bercanda deh.. ada-ada aja.." sanggah Ivi
"Iya beneran sayang... Yaudah ayo kita langsung periksa aja biar tahu hasilnya gimana.."
Mereka pun langsung ke Rumah Sakit untuk memeriksa kondisi Ivi yang sebenarnya.
...
Setelah memeriksa Shena dan beberapa pasien lain, akhirnya Calvin bisa istirahat.
"Pasien hari ini kenapa pada gak waras sih?? Menjengkelkan... Hoam... capekk..." gumam Calvin. Kemudian ia memainkan ponselnya.
Saat sedang memainkan handphone...
Ivi dan Felix datang untuk memeriksa kondisi Ivi.
Calvin terkejut melihat kehadiran keduanya.
"Ada apa gerangan nih kalian kesini? Gak bilang-bilang lagi..." ucap Calvin ramah
"Sebelumnya gue minta maaf sudah marah-marah sama lo kemarin vin..." ucap Felix merasa bersalah.
"Yaelah kak santai... Ada apa?"
"Ivi tuh mual-mual.. Kepalanya pusing katanya. Coba deh lo periksa. Lo kan dokter multitalent.."
"Hahah sa ae lo ... Yaudah yuk kak ipar baring,biar aku cek..."
Ivi pun berbaring di bed. Dan Calvin mulai memeriksa Ivi.
"Ok selesai..." Ivi pun turun dari bed dan duduk di sebelah Felix.
"Jadi istri gue kenapa vin?"
"Wahhh selamat ya buat kalian..." ucap Calvin sumringah.
"Selamat apa vin.?" tanya Ivi heran
"Kalian berdua akan jadi orang tua sebentar lagi... Duhhh..." ucap Calvin senang.
Felix dan Ivi saling menatap. Kebahagiaan terpancar di wajah keduanya.Felix pun langsung memeluk Ivi.
"Alhamdulillah akhirnya sayang... Akhirnya kita dianugerahi anak..." Felix terharu. Ivi bahagia namun di lain sisi, dia takut. Takut saat nanti Felix pergi, tak ada yang menjaga nya dan anak di kandungannya. Ivi hanya diam. Ia benar-benar bingung saat ini. Felix yang merasa Ivi hanya diam pun melerai pelukan itu.
"Kamu kenapa diam aja? Kamu gak bahagia?"
Calvin yang disitu hanya bungkam menatap keduanya.
Ivi menunduk. Ia bingung. Felix menangkup wajah Ivi.
"Sayang,kamu kenapa?" ucap Felix lembut. Diam,namun air mata Ivi lolos begitu saja. Ivi yang tersadar langsung menghapusnya.
"Hey,kamu nangis? Kenapa?" tanya Felix lembut.
"Hmm... Aku bahagia kok.. Iya bahagia.." Ivi tersenyum namun ada kesedihan dibalik senyumnya.
"Apa yang kamu takutkan?"
Ivi menatap dalam Felix. Lalu ia menggeleng.
"Kamu yakin?"
Ivi hanya mengangguk.
"Maaf ya... Di kehamilan kamu yang masih terbilang muda ini,aku gak bisa jagain kamu. Gak bisa ada di sisi kamu... Kamu gapapa kan?"
Kalimat itu,kalimat yang sangat menyakiti hati Ivi. Air matanya kembali lolos. Calvin yang melihat keduanya pun ikut larut dalam kesedihan.
'Gue gak kuat lihat dua insan ini kayak gini. Ya Allah lindungi pernikahan mereka..'Batin Calvin.
Ivi tersadar kalau di sini ada Calvin yang tidak seharusnya ikut dalam urusan pernikahannya.
"Gak aku gapapa... Lebih baik kita pulang ya.. Aku pengen istirahat..."
"Yaudah kita pulang ya... Vin, gue sama Ivi balik ya.."
"Ok.. Hati-hati kalian.."
"Vin,makasih ya.." ucap Ivi
"Ah iya kakak ipar... Jaga baik-baik ya kak.."
Ivi hanya mengangguk.