Chereads / apakah cinta sejati / Chapter 51 - Buntut

Chapter 51 - Buntut

"Kenapa kau selalu mengikuti ku? Aku hanya mau membeli beberapa cemilan. Pergilah sana jangan mengikuti ku terus. Lagi pula aku tidak akan bisa kabur dengan penjagaan mu yang kelewat tidak normal ini." Kata Kania merasa jengah karna Muzza selalu mengikutinya dari tadi bahkan laki-laki itu selalu tepat satu langkah dibelakangnya.

"Aku hanya tidak ingin kau kabur dan meninggalkan ku lagi. Lagi pula aku kan tidak menggu mu... kau bebas memilih apa yang ingin kau beli bahkan jika kau mau seisi mol ini akan ku borong untuk mu." kata Muzza tanpa beban.

"Kau ini sangat boros, Bagaimana bisa kau membeli barang yang tidak kau butuhkan. Terimakasih aku hanya akan meminjam uang mu untuk membeli beberapa barang yang sangat ku butuhkan saja, akan ku ganti nanti setelah aku punya uang cukup." kata Kania dengan serius. Ternyata dibalik sifat Kania yang bar-bar dan sedikit absurd ini Kania bukan tipe cewek matre.

"Sudah kukatakan kau bisa memilih semua barang yang kau mau tidak perlu menggantinya. Lagi pula kau akan selamanya hidup dengan ku, Aku ini kan calon suami mu." kata Muzza yang kelewat percaya diri.

"Apa yang telah kau katakan tadi? Kau bahkan tidak pernah melamar ku dan Aku tidak pernah menerima lamaran mu, tolong jangan bermimpi terlalu tinggi kau terlalu kaya untuk wanita bisa seperti ku." Kata Kania dengan tatapan malasnya menatap Muzza.

Bayangkan saja ada seorang wanita yang menolak laki-laki yang ingin menikahinya karena terlalu kaya, bukankan rata-rata wanita normal banyak yang menginginkan suamiya kaya dan Kania malah menolak hal itu.

"Kita bisa melakukan proses lamaran ulang dan kau harus menerimanya nanti. Tapi yang benar saja kau menolak ku karna terlalu kaya... , Apakah kau bercita-cita menikah dengan pria miskin saja?" kata Muzza yang takjub dengan tingkat absurd dan sulit ditebak Kania.

"Kenapa harus aku? apakah tidak punya kenalan wanita lain yang menyukai mu..., Aku hanya ingin hidup dengan laki-laki yang benar-benar mencintai ku karna Allah, mau miskin atau kaya tidak masalah yang terpenting dia seorang pekerja keras dan bertanggung jawab dan tidak mengandalkan harta warisan orang tuanya seperti dirimu." kata Kania dengan tegas.

"Iya ku akui aku memang mendapat kekayaan karna orang tuaku juga kaya, tapi Aku juga seorang pekerja keras dan bertanggung jawab. Kau berbeda dari wanita lain Aku menyukai semua tingkah absurd mu dan matamu yang indah itu atas Izin Allah aku sangat ingin menikah dengan mu." kata Muzza yang Ingin membuat dirinya pantas Dimata Kania.

"Minggir lah aku ingin mengambil snek yang terdapat di belakangmu itu, mengapa letaknya sangat tinggi." kata Kania berusaha menjangkau snek yang diinginkannya.

"Kenapa kau harus bersusah payah dan tidak meminta bantuan ku saja, ini?" kata Muzza setelah mengambil snek kentang untuk Kania.

"Aku lupa kalau juga memiliki badan yang cukup tinggi bahkan sangat tinggi. Ku sudah seperti buntut saja yang selulu ada dibelakang ku." kata Kania sambil tersenyum manis sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Sekarang pergilah aku akan membeli pembalut, jangan mengikuti ku." kata Kania menunjuk Muzza seakan mengancam.

Muzza diam sebentar dan terus mengikuti Kania yang berjarak sekitar 3 langkah darinya. "Ternyata wanita memiliki kebutuhan yang sangat banyak." gumam Muzza yang melihat Kania sedang memilih beberapa pembalut.

"Kenapa gak ada yang bersayap dan isi banyak ya?, nah itu dia." kata Kania yang melihat letak posisi pembalut yang besar itu di posisi atas. Sayangnya lantainya agak licin sehingga pada saat Kania ingin berjinjit mengambil pembalut itu dia harus terleset dan terjatuh.

"Selain bar-bar dan absurd ternyata kamu sangat ceroboh. Sudah kukatakan kau bisa memilih bantuan ku, Sekarang lihat kan kau malah duduk dilantai karena terpeleset. Makannya banyak-banyak minum susu biar cepet tinggi." kata Muzza mengejek kania dan mengusap rambut Kania dengan gemas sehingga terlihat sedikit berantakan.

"Tolong ambilin yang itu, dan tolong bantu aku berdiri." kata Kania kemudian memegang kedua tangan Muzza untuk berdiri. Muzza dengan senang hati membantu Kania.

"Kaki aku... sakit, pasti keseleo gara-gara pakek sendal ini." kata Kania menyalahkan sendalnya, dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kamu urus semua belanjaan ini, kami akan pulang duluan." kata Muzza yang menyuruh salah satu bodyguard laki-laki kepercayaan nya.

"Baik tuan." kata laki-laki itu dengan patuh.

Sementara 2 bodyguard lain mengikuti Muzza dan Kania .

"Ko..., kok digendong sih malu tau... jadi pusat perhatian kita....," kata Kania dengan berbisik, wajahnya sudah di tenggelam ke depen dada Muzza karna merasa malu. Muzza menggendong seperti pengantin baru.

"Biarin aja lagi pula kan 2 hari lagi kita nikah, nanti malem kita tunangan ulang." kata Muzza yang telah menetapkan keputusannya sendiri.

"Emang kapan aku setuju untuk menjadi tunangan mu?" kata Kania sambil berfikir keras.

"Kau harus menyetujuinya, jika kau menolaknya akan ku pasti kita akan menikah hari dihari itu juga." kata Muzza yang sangat egois.

"Apakah aku punya pilihan lain?" kata Kania dan tanpa terasa mereka sudah dimobil saat ini.

"Baiklah aku akan memberimu sebuah 2 pilihan." kata Muzza yang terlihat menyeringai licik.

"Apa?" kata Zya dengan memicingkan mata besarnya curiga.

"Kau bisa memilih antara tidak ingin hidup jauh dari ku atau hidup selamanya denganku." Kata Muzza dengan tegas.

"Apakah itu yang namanya pilihan, maknanya tetap saja Aku harus menikah dengan mu." kata Kania dengan malas, kemudian menggelar tubuhnya untuk menjauh dari Muzza.

"Iya aku telah memberimu pilihan. Kenapa kau harus marah padaku, sini duduklah di sampingku jangan jauh-jauh kau ini sangat ajaib. Rasanya aku bisa gila jika sehari saja tidak melihat tingkah ajaib mu ini." Kata Muzza yang kemudian memeluk Zya karna merasa gemas.

"Menjauhlah sebentar kaki ku sangat sakit." kata Kania yang beralasan padahal kakinya sudah tidak terlalu sakit, Kania hanya sedikit kurang nyaman dipeluk oleh Muzza dengan erat.

"Benarkah? sini coba kulihat kakimu?" kata Muzza yang tiba-tiba menggeser duduk Kania dan meletakkan kaki Kania di pangkuannya.

"Apa yang kau lakukan, pakaian mu akan kotor nanti?" kata Kania yang beralasan padahal sebenarnya dia sangat gugup.

"Aku hanya ingin memerisaka kaki mu, kau tidak perlu menghawatirkan pakaianku kau bisa mencucinya nanti setelah kakimu sembuh. Kakimu sedikit memerah dan bengkak, Akan kucoba untuk memijatnya untung aku selalu sedia minyak kayu putih di mobil ini." Kata Muzza, kemudia memijat kaki Kania dengan pelan.

"Aw..aaw.. aaw, apakah kau ingin mematahkan kaki ku." kata Kania dengan nada marah yang merasakan kakinya sangat sakit.

"Diam lah jika tidak ingin mereka salah paham dengan hal ini." Kata Muzza yang hanya terpokus memijat pada telapak kaki kanan Kania yang keseleo. Memeng memberikan pembatas atara supir dan mereka, walaupun batas itu menghalangi pandangan mata tapi suara-suara akan terdengar sangat jelas.