"Sudah... cukup jangan menangis lagi... bajuku sedah basah karna tidak sanggup menampung air mata mu." kata Muzza agar tangis Kania berhenti. Tapi Kania bukannya berhenti malah menjauhinya dan menangis diatas lutut nya sendiri.
"Kau sangat pemarah sekali aku hanya ingin kau berhenti menangis, ayo kita nonton film horor saja bukankah tadi kau ingin menonton film horor?" kata Muzza mencoba membujuk Kania.
Kania tidak menghiraukannya dan malah terus menangis sambil menutup telinga nya karna takut mendengar kan badai dan petir diluar. Dipikirkan Kania sekarang hanyalah bayangan gelap dan ada orang-orang yang ingin membunuh nya.
"Pergi... lah jangan mendekat, pergi.., pergi...". kata Kania desela-sela tangis nya.
"Hay apa yang terjadi pada mu, kenapa kau begitu ketakutan? maafkan aku lupa bahwa kau memiliki trauma." Kata Muzza yang baru saja menyadari kebodohannya. Mungkin gadis bar-bar ini trauma dengan suara petir dan hujan.
"Kania maaf kan aku, aku tidak akan menyakiti mu. tenanglah, tenang,tenang aku Muzza akan selulu menjagamu." kata Muzza berbicara pelan sambil membelai pelan rambut panjang Kanaia yang hitam setengah pirang dengan posisi berjongkok agar tinggi mereka sama.
Kania mendengar suara seorang laki-laki yang awalnya membuat nya takut tapi karna laki-laki itu dengan lembut menyentuh kepalanya dan pria bernama Muzza itu berkata akan menjaganya dari rasa takut. Kania langsung saja memeluk Muzza sambil terisak.
"Sudah jangan menengis kau aman bersama ku. Tenanglah jangan panik aku akan selalu menjagamu, tarik napas dari hidung dan keluarkan dengan perlahan dari mulut, lakukan hal itu selama tiga kali. Dan sekarang bukalah matamu Lihat disini ada aku Muzza yang akan selalu menjagamu." Kata Muzza mencoba menengkan Kania dengan menghapus air mata Muzza dan mensejajarkan muka mereka.
Kania yang masih menagis dengan matanya yang terpejam dan terus mengembangkan air mata. Kania mengikuti suara yang laki-laki berusahalah mendengarkannya dan membuka mata setelah mengatur napasnya dengan santai bahkan ada tangan besar yang dengan lembut menghapus air matanya. Setelah melihat wajah laki-laki itu Kania menjadi bingung ternya Mister gay itu bernama Muzza dan dia yang telah berhasil menengkan Kania.
"Apakah kau baik-baik saja. Jangan menangis lagi kau terlihat 3 kali lebih jelek saat sedang menangis." kata Muzza yang kemudian membawa Kania kedalam pelukannya. Hal itu tentu saja membuat Kania kuarangnya nyaman sebenarnya tapi kania berfikir mungkin Muzza hanya seorang gay yang butuh teman dekat.
"Terimakasih, maaf membuat pakaian mu basah." kata Kania karna melihat Baju Muzza yang dibagian baju dan dadanya telah basah yang pastinya disebabkan olehnya.
"Tidak masalah asal kau baik-baik saja aku tidak merasa keberatan sama sekali. Ini besihka muka mu." kata Muzza memberika selembar tisu, sebenarnya Muzza sedikit gemas melihat muka Kanaia yang terlihat seperti bayi bule yang baru saja menangis bahkan hidung mungil yang yang mancung dan pipi yang sedikit berisi nya memerah secara alami, Matanya berwarna biru muda tidak seperti Mata Zya dulu yang berwarna coklat madu. Sebenarnya saat Muzza bilang Kania lebih jelek 3 kali lipat lebih jelek saat menangis itu adalah kebalikan dari apa yang dilihatnya. Sebenarnya Kania Dimata Muzza sangat menggemaskan 3 kali lipat saat menangis tapi Muzza belum bisa jujur karna mungkin saja wanita barbar ini akan besar kepala nanti.
"Hay menyapa kau menatapku seperti itu, apakah aku terlihat sangat jelek?" kata Kania sambil membersihkan sisa-sisa air matanya dengan tisu yang diberika oleh Muzza tadi.
"Apakah kau menggunankan softlens?" kata Muzza yang penasaran dengan mata wanita barbar didepannya itu.
"Tentu saja tidak, Aku belum pernah memakai benda itu menurut Mama mataku sudah sangat cantik dan tidak perlu memakai softlens." kata Kania sambil membersihkan lendir di hidungnya itu.
"benarkah? selain bar-bar kau sangat jorok." kata Muzza yang malah tersenyum melihat Kania yang tanpa malu membuang lendir hidung nya itu didepan matanya.
"Iya oleh karyna itu kau kembalikan saja aku pada mama dan carilah tunangan mu yang baik dan sempurna itu." kata Kania dengan tenang tanpa beban.
"Tidak mungkin Kamu selama ini memakai softlens coklat dan sekarang kau membukanya." Kata Muzza yang masih yakin bahwa Kania dan Kezya adalah orang yang sama.
"Terserah kau saja." kata Kania yang merasa jengah ternyata Muzza tetap tidak mau lepaskannya.
Tiba-tiba terdengar suara petir yang begitu besar dan membuat Kania takut dan secara replek langsung memeluk Muzza yang berada paling dekat dengan dirinya.
"Ya Allah, ya Tuhan ku." kata Kania yang dengan reflek memeluk Muzza karna reflek.
Muzza yang tadinya berposisi bersila didepan kalia tentu saja kaget bukan karna petir tapi karna Kania yang duduk di pangkuannya sambil memeluknya.
"Apakah kau baik-baik saja?" kata Muzza yang merasa kurang nyamanbtapi tetap berusaha tenang. Muzza masih laki-laki normal dan seumur hidup nya dia tidak pernah memangku wanita manapun.
"Iya maaf mister gay, Aku kaget dan terpaksa harus memelukmu. Kenapa mukamu terlihat sangat merah bukankan tidak akan berefek apa-apa jika seorang gay yang memangku wanita normal." ucap Kania yang merasa kurang nyaman.
"Bisakah kau turun sekarang. Bagaimana jika aku bukan seorang gay? kata Muzza yang berusaha mengendalikan dirinya.
"Okay maaf kan aku. Tapi Suara petir itu terus terdengar. Aku ingin pulang aku ingin dipeluk Mama saja." kata Kania yang kemudian turun dan sedikit menjauh dari Muzza. sepertinya Kania merindukan mamanya menangis lagi karna suara petir yang terdengar olehnya.
"Kamu sangat menyiksaku saat ini, aku bersumpah siapapun dirimu kau harus menjadi istriku 3 hari lagi kata Muzza yang merasa kesal." kata Muzza menggerutu dalam hatinya. Dan kemudian membawa Kania kedalam pelukannya dengan posisi memangku Kania karna tidak ingin melihat wanita itu kembali bersedih walaupun wajah Kania sanagat menggemaskan tapi tiap tetes air mata perempuan dihadapan nya ini mampu membuatnya merasa menjadi mahluk yang paling besalah didunia ini.
"Maafkan aku berhentilah menangis. Kita akan segera menikah tiga hari lagi dari sekarang agar kau bisa bebes memelukku kapan saja." Kata Muzza berkata seakan-akan Kania lah yang memerlukan nya.
"Apa...? menikah dengan ku, pria gay sepertimu? Aku tidak membutuhkan pelukanmu. Kau bisa memulangkan aku dan aku bisa memeluk Mamaku saja." Kata Kania, tentu saja berfukir Wanita waras mana yang mau menikahi seorang gay.
"Aku bukan gay, apakah kau tidak bisa merasakan kau telah membangunkan nya, Atau kita harus membuat anak dengan mu sekarang juga. Agar kau mempercayai bahwa aku bukanlah seorang gay?" Kata Muzza dengan suara serak tapi masih bisa berusaha menahan diri dengan mengerahkan pelukan pada tubuh Kania.
Kania yang mulai menyadari akan kejanggalan itu langsung ingin menjauhi Muzza tapi Muzza malah memeluk nya dengan erat.
"Lepaskan aku, sekarang aku mempercayai mu bahwa kau seorang laki-laki normal. bisakah kau melepaskan ku sekarang?" kata Kania sambil berusaha berontak agar terlepas dari pelukan Muzza.
"Jangan banyak bergerak dan diam lah sebentar. Kau harus bertanggung jawab karena telah membangunkannya." Kata Muzza dengan suara serak menahan sesuatu.