"Tenang saja istri ku mana mungkin aku membiarkan mu di terkena masalah hanya karena seutas pita hitam." gumam seorang pria yang sembunyi di balik tembok sambil mengawasi Zya, dan tersenyum melihat Zya tersenyum.
Pria itu menggunakan almamater kebanggaan kampus yang membuktikan bahwa dia merupakan mahasiswa semester akhir, dia terlihat tampan dengan sawo matang, hidung mancung, tubuh tinggi dan tegap dan agak kekar mungkin karna rajin olahraga. sementara Zya dan sasya segera masuki gudang serbaguna kampus yang dijadikan sebagai tempat ospek berlangsung. Zya memakai kembali kaus kami dan sepatu nya dan menyimpan mukena dan sendalnya didalam pelastik yang terpisah dan dimasukkan kedalam tas, begitu juga dengan Sasya.
"Udah siap dan lengkap mbak." kata Sasya semangat.
"Iya dek, jadi gak hawatir lagi deh." kata Zya sambil tersenyum.
Kemudian mereka duduk mendengarkan pemateri menjelaskan tentang kampus, rektor warek, dekan dan juga dosen-dosen yang bersangkutan dalam fakultas masing-masing.
"Kamu dah lengkap?" tanya seorang pria menegur Zya di saat pita zya hilanag tadi.
"Sudah kak." jawab Zya dengan sedikit menunduk karna tidak suka jika harus berpandangan dengan orang yang tidak dikenal dekat.
"Bagus." kata pria itu sambil tersenyum tipis, kemudian pergi memeriksa mahasiswa lainnya.
"Kurang ajar dia beraninya memandang istri ku dengan begitu intens, lain kali akan aku kasih teguran kecil... hemmmzzz.." kata seorang pria yang dari tadi mengawasi Zya.
Gak kerasa Zya akhir akan menyelesaikan masa ospeknya ini dan menjadi mahasiswa di IAIN, setelah pengalamannya setahun yang lalu gagal dalam tes untuk mengambil jurusan agribisnis di bangka, dan sekarang dia berhasil dalam tes untuk masuk jurusan BKI walaupun itu pilihan keduanya, sebelum PAI tapi Zya merasa sangat bersyukur.
"Subhanallah nikmat Allah mana yang aku dusta kan sehingga sepagi ini aku dapat mendengar kan suara merdu seseorang yang tengah membaca ayat suci Alquran yang bisa menangkan pikiran." kata Zya bergumam dengan dirinya sendiri.
"Ngomong apa sih mbak, pagi-pagi aja dah asik ngomong sendiri gimana siang nanti?" tanya Sasya sewot .
"Gak dek saya cuma denger suara lantunan surah ar-rahman yang terdengar menenangkan" jawab Zya.
"Owalah iya mbak itu kakak tingkat kita yang baca, mungkin dia salah satu qori terbaik di kampus ini." kata Sasya dengan raut muka agak serius .
"Ternyata dia suka pria yang bisa membaca Alquran, baiklah aku akan belajar untuk menjadi imamu yang layak istri ku, kata seorang pria yang berguna sendiri dari balik pohon yang berdekatan dengan Zya.
"Sekarang udah jam 7:25 wib ayo mbak masuk kelas bentar lagi dosennya masuk ni." kata sasya .
"Ayo." kata Zya berjalan mengikuti Sasya ke ruang kelas.
Dalam kelas terdapat teman lain yang juga menunggu dosen, mereka pun bersalaman seperti biasanya kepada semua mahasiswi didalam kelas sebagai seorang muslim yang baik, dan kemudian kembali duduk di bangku pilihan masing-masing.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." kata dosen pria yang baru saja masuk.
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, pak." jawab para mahasiswa serentak.
"Okay perkenalkan nama saya Muzzamil Latif, sebagai dosen Manajemen konflik, umur saya 27 saya baru mengajar menjadi Dosen selama 2 tahun, seratus tunangan.
"Yah...kok tunangan sih"
"Yah kirain jomblo"
Itu lah beberapa kelurahan mahasiswi yang mengagumi Pak Latif.
"Mengenai proses pembelajaran pada mata kuliah saya kaliah hanya perli serius dan tepat waktu dalam mengerjakan tugas yang saya buat dan boleh bersantai asal tugas selesai." kata pak Latif dengan tegas.
Zya hanya sibuk diam mendengarkan sememua keluhan teman-teman nya sementara pikiran nya melayang entah kemana, dari tadi menatap kedepan tapi tatapan nya kosong, karna Zya merasa merindukan bundanya.
"Kamu siapa namamu? mengapa melamaun pada saat saya menjelaskan?" tanya Pak dosen yang zya blm tau namanya siapa karna asik melamun dari tadi.
"Eh... saya Kezya pak. Bapak siapa?" kata Zya yang tidak sadar membuat dosen itu marah karna dari tadi menjelaskan perkenalan tidak di dengar oleh Zya.
"Okay ketua kelas silahkan hubungi no wa saya sudah saya tulis di papan tulis, dan kamu mulai besok jangan mengikuti mata kuliah manajemen konflik jika hanya akan melamun di dalam kelas!" ucap Pak dosen itu.
"Baik pak, maaf...." kata Zya menunduk dengan suara sendu karena menyesal.
"Sangat polos dan meloe." gumam dosen Tampa bisa didengar siapa pun kecuali seorang penguntit dibalik jendela. Kemudian pergi meninggalkan kelas.
"Dek gimana ini, kan bapaknya marah." kata Zya pada Sasya.
"Mbak si ngelamun? saya pikir tadi fokus kedepan tau nya ngelamun. Mbak gak apa-apa mbak? tapi besok pas mata kuliah bapak nya jangan ngelamun lagi, biar gak dimarahin, anggap aja ini peringatan." ucap Sasya.
"Iya dek hemmm.. yuk pulang, kita kan ada jam lagi nanti sore." kata Zya lesu kemudian berjalan pulang kekosan bersama Sasya.
"Apakah dia gila sampai tega membuat istriku takut begitu, dia tidak tahu bahwa kemaren saja di waktu ada seseorang yang membuatnya tidak nyaman diwaktu ospek aku telah mambuat kakinya cedera, sekarang apa yang aku lakukan agar untuk dosen baru yang telah membuat Zya merasa bersalah, he....mm." kata seorang pria memikirkan apa yang pantas di perbuatnya untuk menegur dosen baru itu.
Sekarang Zya dan sasya mampir ke warung makanan untuk membeli lauk, sedangkan nasinya mereka masak sendiri. Zya membeli sayur kangkung dan 1 paha ayam sedangkan sasya hanya membeli ikan pindang saja setelah itu mereka pulang kekosan, jarak dari kosan ke kampu atau kewarung makan tidak terlalu jauh makannya mereka lebih suka berjalan kaki sambil olahraga katanya padahal sasya membawa motor tapi jangan dipakai jika tidak dalam keadaan kepepet atau malaes banget.
"Makan yang banyak sayang, jangan lupa buka kadoku setelah kau sampai kosan nanti." gumam seorang pria yang mengekan pakaian panjang berwarna hitam itu sambil menatap Zya dari jauh dan tentunya tidak di sadari Zya.
"Mbak ada paketan tu buat mbak kardus gede banget."kata sasya memanggi Zya.
"Paketan dari siapa perasaan, Bunda gak bilang ngirim paketan." kata Zya merasa aneh.
"Coba mbak liat aja dulu, tapi gak ada nama pengirimnya dan hanya ada tulisan buat Kezya kata mamang kurirnya." kata sasya .
"Okay aku cek." kemudian keluar kamar selelah menggunakan jilbab panjang sedengkul dengan celana panjang.
"Silahkan mbak Kezya tanda tangan mbak." kata mamang kurirnya.
"Makasih mas," ucapnya kemudian setelah Kezya menandatanganinya saja dan membawa kerdus berukuran sedang itu kedalam kamar, ukurannya sama dengan kado yang dia terima di saat ulang tahunnya 1 tahun lalu. Zya merasa heran.
"Siapa si yang ngirim paketan, aku udah chat Bunda, Ayah, bahkan sepupuku tapi mereka bilang gak ada yang ngirim paketan kesini, apa dia si pengirim kado yang berisi pesan teka-teki itu ya, atau mungkin dia pengemar rahasiaku." gumam Zya merasa pusing memikirkan hal itu dan menyimpulkannya sendiri.