"Kadang suka heran sama orang yang suka seliweran kesana kesini, keluyuran, jalan-jalan gak jelas. Mereka pada gak tau apa yah kalo rebahan, tiduran dirumah, leha-leha itu nikmat banget?" heran Gea begitu melihat orang-orang berlalu-lalang di hadapannya
"Mereka bukan lo. Penganut kaum rebahan" balas lelaki yang duduk disampingnya
"Sekarang aja gue kalo gak kepalang janji sama lo, pengennya males-malesan dirumah"
"Yaudah sana pulang" usir Geri
"Tapi males"
"Ga jelas." desah Geri
"Noh bisnya dateng." Geri bangkit dan menarik tangan Gea yang masih duduk dikursi halte
Keduanya melangkah bersama dan menaiki bis dengan Geri yang naik lebih dulu. Ternyata didalam, kursi penuh, tidak ada satupun kursi kosong yang tersisa. bahkan tempat yang biasa mereka tempati, dibelakang supir, kini terisi oleh seorang ibu-ibu hamil juga anak kecil disampingnya. Jadi mau tak mau baik Gea maupun Geri, harus berdiri sampai tempat tujuan mereka
Kegiatan rutin mereka jika hari weekend seperti sekarang ini adalah hangout berdua, berkeliling kota, atau berenang, yang terakhir minus Gea. hanya Geri yang berenang karena gadis itu tak pandai berenang. intinya kemanapun mereka pergi, asalkan itu berdua, dan harus menggunakan bus tingkat.
"Eh Ge" Geri meraih pinggang Gea, lalu merengkuhnya. Menarik gadis itu untuk lebih mendekat padanya. Gea yang terkejut karena gerakan tiba-tiba lelaki dibelakangnya tersebut reflek menggenggam tangan Geri erat
"Lo liat ibu-ibu yang pake baju merah itu gak?" tunjuk Geri pada perempuan yang dimaksudnya "Mukanya kaya wc. Banyak tai lalatnya"
"Ini apaan sih! Lepas gak?" sentak Gea dan melepaskan tangan Geri dipinggangnya saat rasa geli mengeliling pinggulnya
"Takutnya lo jatoh kedepan. Mangkanya gue pegangin" Gea tak tahu saja bahwa Geri tadi baru saja membantu Gea dari tangan jahil seorang pria disamping gadis itu
penampilan gadis itu yang hanya mengenakan celana hotpans yang tertutup cardingan berwarna abu-abu, tentu mengundang beberapa pasang mata juga tangan-tangan jahil.
"Kali ini, kita mau kemana?" Gea menoleh
"Kemaren Cila bilang kata nya di deket sekolahnya ada festival makanan gitu. Mau nyoba kesana?" jawab Geri setelah membayar ongkos pada sang kondektur
"Boleh, kebetulan belom makan"
"Lo mah saban hari juga tiada hari tanpa makan" ledek Geri dan mengacak rambut Gea yang baru saja dicat sedikit pirang
Lalu bis berhenti ditempat tujuan, kali ini Gea turun lebih dulu baru disusul Geri. Mereka berjalan masuk kedalam festival setelah membayar uang pendaftaran.
Mata Gea berbinar terang menatap berbagai jenis makanan disekelilingnya. Mulai dari makanan tradisional sampai makanan modern lengkap semua.
"Klepon kan?" tebak Geri. Mata Gea yang sejak tadi memang mencari makanan itu pun berhenti mencari dan menatap Geri, lalu mengangguk
"Kita cari distand tradisional"
Setelah berkeliling sebentar, akhirnya mereka menemukan stand yang menjual makanan hijau itu.
"Lo tau gak, persamaan lo sama makanan tradisional ini?" tanya Geri setelah menelan klepon ditangannya
"Ga"
"Sama-sama langka, dan harus gue pertahanin" Geri nyengir
"Kalo lo, tau gak persamaan lo sama Barbie kumalasari?" tanya Gea balik
"Nggak, emang apa?"
"Sama-sama tukang halu"
"Kue itu gak ada ya Ge?" tanya Geri ambigu
"Kue apaan?"
"Kue yang rasa kopi itu. Yang diatasnya ada bubuk kakaonya, namanya tira apa?" Geri mengingat-ingat
"Misu?" tanya Gea
"Misu too"
"Kering kerongkongan gue denger gombalan lo Ger" malas Gea dan berjalan menuju stand yang menjual minuman
"Mas" Barista yang sejak tadi sibuk membersihkan pinggiran meja, mendongak. Lalu berjalan mendekat saat tau Gea hendak membeli
"Mau pesen kopi latte machiato, Susu sama coklatnya banyakin yah" pesan Gea
"Tunggu sebentar"
Lalu barista itu berbalik dan mulai membuatkan pesanan Gea dibalik mesih kopi. Tak butuh waktu lama untuk Gea segera menerima pesanan, dan menyesapnya
"Manis, kayak abangnya" puji Gea tak menghiraukan Geri disampingnya, yang notabenernya kekasihnya sendiri
"Saya juga mau satu deh mas. Yang sipit yah kopinya" pesan Geri pada akhirnya.
"Gimana?" Tanya barista itu
"Mana ada kopi yang sipit goblok, yang normal aja minumannya." desah Gea
"Ada Gea. Itu lho, mukacino" Geri nyengir
"Gak ngerti lagi gue sama pemikiran manusia dijaman sekarang" Gumam barista tersebut yang masih bisa Gea dengar dengan jelas
Setelah Geri menerima pesanannya, ia mengajak Gea kembali berkeliling "Disini gak ada yang menyediakan makanan pake nasi gitu?"
Gea menoleh "Lo laper?"
"Laper sih nggak, cuma kan orang indonesia kalo gak makan nasi namanya belom makan"
"Mau nyari?" tawar Gea
"Boleh"
"Beli itu dulu tapi" Gea menunjuk penjual sempolan
"Tunggu sini. Kalo ada yang bilang jelek, lo bilang makasih. Tapi kalo ada yang muji lo cantik, kasih tau gue siapa orangnya." pesan Geri sebelum pergi membelikan Gea apa yang gadis itu minta tadi
Gea membuang gelas kopinya yang sudah habis kedalam tempat sampah.
sekitar 10 menit setelahnya, Geri sudah kembali dengan plastik bening, yang isiannya sudah dapat ditebak. sempolan
"Nih, jangan diabisin yah, gue mau."
begitu plastik tersebut berpindah tangan, dan secara otomatis berpindah kepemilikan, keduanya berjalan beriringan mencari stand yang menyediakan makanan pake nasi, sesuai keinginan Geri tadi
Lalu langkah kedua berhenti didepan sebuah gerobak yang menjual berbagai jenis nasi goreng. lelaki dengan topi berinisialkan namanya tersebut memesan satu porsi nasi goreng, karena Gea sedang tidak ingin makan nasi dulu. sedang program diet katanya
"Kan gue bilang sisain. Gue mau" kesal Geri saat melihat gadis disampingnya hampir menghabiskan semua sempolan yang Geri beli tadi
"Ini masih gue sisain. Tusukannya sama saos" Gea nyengir, dan merengut saat Geri merebut sempolan yang hendak digigitnya
"Lo harus diajarin yang namanya berbagi kayaknya" Geri menggigit sempolan hasil curiannya, mengunyahnya sebentar lalu menelannya.
"Nih kalo misalnya kita lagi jalan, dan kita ketemu tai, lo mau bagi dua gak sama gue?" tanya Geri
"Pertanyaan bodoh macam apa itu Geri?"
"Udah jawab aja. Gue serius, layak atau nggaknya lo sebagai manusia ditentukan dari gimana cara lo jawab pertanyaan ini"
Gea memutar bola matanya malas "Yah nggak lah, buat apa juga nemu tai dibagi dua."
"Nah bener kan" Geri meminum minumannya "Lo emang gak bisa berbagi. Sampe masalah tai aja lo serakah Gea?"
"Yah buat apa juga tai dibagi dua Geri, kalo lo mau, ambil aja udah" Gea membuka kaleng stenlis berisi kerupuk dan memakannya
"Nah gitu dong, itu tandanya lo lebih mengutamakan gue. Makasih ya" Geri menepuk kepala Gea pelan
"Gila." umpat Gea. Lalu pesanan nasi goreng Geri datang
seharusnya, Gea berterima kasih karena setidaknya untuk 5 menit kedepan telinganya terhindar dari ucapan tak perfaedah Geri, namun nyatanya-
"Keren lho tukang nasi goreng. bikinnya cuma butuh waktu lima menit doang. sreng-sreng, masukin nasi, sreng-sreng masukin bumbu, sreng-sreng tambahin kecap, terus jadi. coba deh kalo bikin dirumah, pasti masih nyalain kompor" ucap Geri, yang tak begitu Gea pahami
"Lo itu sama kaya nasi goreng ini tau Ge" ujar Geri ditengah kunyahannya
"Item?" tanya Gea
"Bukan"
"Gampang diremehin?"
"Nggak. Kebutuhan pokok dan utama dalam kehidupan gue." Geri nyengir
"Gak lupa kan kalo nasi juga kebutuhan semua orang penduduk indonesia?"
"Lah, iya juga anjir. Yang tadi gak jadi deh. Gue ralat." ujar Geri panik
"Gue rela jadi abang nasi goreng supaya bisa lewat rumah lo setiap malem" Geri benar-benar meralat ucapannya
"Gue bakalan pindah-pindah rumah biar lo gak ketemu rumah gue"
"Ah anjing. eh, astagfirullah gue ngomong anjing, yah astagfirullah gue ngomong anjing lagi, astagfirullah gue gak bisa berenti- alhamdulillah gue bisa berenti ngomong anjing, astagfirullah gue ngomong anjing lagi, astaga gue gak bisa ber-"
Geri mengatupkan bibirnya saat melihat Gea berancang-ancang ingin meraup wajahnya dengan garpu
"Kalo makan diem kenapa bibirnya!" kesal Gea
"kalo bibirnya diem ngunyahnya gimana?"
"blender."
Geri terkekeh, dan kembali menikmati makanannya. untuk beberapa menit kedepan, Gea tenang karena Geri mengistirahatkan bibirnya untuk berbicara
"Itu yang datang kesini sendirian, atau bergerombol sama temen-temennya pasti jomblo yah?" tanya Geri dan menyerahkan setengah sisa nasi gorengnya pada Gea
"Kenapa emangnya?"
"Yah gapapa. Kentara banget gitu, disaat yang lain dateng sama pasangannya kayak kita gini, mereka malah sama temen-temennya."
"Emang kita pasangan Ger?" Gea menoleh
Geri menatapnya balik "Emang selama ini lo anggap gue apa?"
"Bujang sih sebenernya"
"Kumsidasigo" komentar Geri
"Apa itu?"
"Kumaha sia we da siamah goblog" Geri tertawa
Gea tak lagi menyahut dan sibuk mengunyah nasi goreng sisa Geri
"Kenapa orang indonesia hobi banget ngejomblo yah?" tanya Gea
"Gatau. Mereka lebih enak sendirian mungkin."
"Salah. Karena dari sabang sampai merauke itu kita bersaudara."
"Terus kenapa kita pacaran?" tanya Geri
"Yaudah ayo putus" Gea nyengir
"Lo mau minum gak? Gue mau beli nih, takutnya sekalian." ujar Geri
"Boleh, es teh manis yah."
"Tak ada es, es hanya mitos." Seru Geri membuat Gea memutar bola matanya malas.
"Kebanyakan nonton spongebob gini nih." Geri nyengir
"Bang, mau air mineralnya dua yah" pesan Geri, penjual tersebut mengangguk dan memberikan Geri dua botol Aqua
"Kan saya pesennya air mineral, kenapa dibawain aqua?" protes Geri
"Sama-sama air kan?" tanya penjual tersebut balik
"Iya sih, yaudah nih." Geri memberikan koran, yang menjadi bungkus gorengan saat Geri membelinya tadi, pada pedagang tersebut
"Kenapa bayarnya pake koran?"
"Kan sama-sama kertas." jawab Geri santai. Gea yang mendengar itu tersedak dan langsung meraih dompetnya untuk membayar minuman tersebut
"Maafin tingkah temen saya ya pak"
penjual tersebut mengangguk dan berlalu
"Lo anggap gue cuma temen Ge?" Geri tak terima
"Iyah, cuma temen. itu lebih baik dari kacung"
"Temen yang mana? Temen tapi menikah, temen hidup, teman bahagia, atau teman cintaku?"
"Temen biasa, gak ada embel-embel apapun"
"Bestfriend gitu?" Gea mengangguk "Kalo gue mintanya lebih dari temen?"
"Naik jadi bestfriend level 2" Geri tertawa dan mengacak gemas surai sang kekasih.
"Udah kan makannya, yuk pulang" ajak Geri "Gue bayar dulu"
"Pake duit yah Ger, jangan pake koran lagi" titah Gea
Geri tertawa "Tenang aja, gue ga sebodoh itu kok"
Gea mencuci tangannya menggunakan sisa air didalam botol, meskipun tidak makan memakai tangan, tapi Gea harus kudu bin wajib mencuci tangannya
"Yuk Sayang" Gea merinding mendengar Geri memanggilnya begitu
"Udah?"
"Udah"
"Cebok kalo udah" Gea tertawa, namun Geri menatapnya datar membuat Gea menghentikan tawanya
"Eh ada tukang martabak" Seru Geri lalu berjalan menghampiri penjual martabak
"Perut lo belom kenyang juga Ger?" heran Gea yang tak dihiraukan laki-laki itu
"Bang, martabaknya masih ada?" tanya Geri
"Masih mas" jawab penjual martabak
"Udah lama disini bang?"
"Lumayan. Udah mau seminggu"
"Pulang sana, kasian anak istrinya nyariin. Udah mau seminggu kok gak pulang-pulang"