"Sememalukan apapun kita, tetep bisa berguna buat orang lain. Paling nggak kita berguna sebagai orang yang yang ga pantes ditiru"
***
Apa yang terlintas dibenak kalian begitu mendengar kata 'hari senin?'
Hari terkutuk.
Begitulah gambaran orang-orang tentang itu. Hari yang paling menyebalkan bagi semua warga SMA Nusa Bakti.
Bukan hari senin yang mereka benci, namun kebiasaannya yang tak mereka sukai. Bukan upacara, melainkan amanat pembina upacara.
Dan biasanya, setelah pembacaan pancasila, saat-saat yang paling menyebalkan diantara yang menyebalkan, yaitu amanat.
"Untuk amanat, istirahat ditempat gerak!"
Voila!
Satu persatu siswa-siswi mulai bergerak mundur untuk mencari tempat paling belakang, atau tempat yang dekat dengan pohon rindang di belakang lapangan.
Atau seperti yang sedang Geri lakukan sekarang, berdiri dibelakang temannya yang sangat jangkung, agar dapat terhindar dari sinar ultraviolet. Bagas.
Mereka sangat tau tabiat kepala sekolah mereka yang sudah sepuh tersebut, selalu berbicara panjang dan lebar sampai membuat mereka jengah, karna pembahasan yang beliau ucapkan, tak jauh berbeda dari senin minggu lalu.
"Istirahat tuh dirumah, bukan dilapangan. Mana harus panas-panasan gini lagi, sedangkan guru berdiri ditempat adem."
Upacara yang seharusnya berjalan dengan khusyu dan khidmat, tiba-tiba saja di pecahkan oleh satu asumsi yang mampu membuat desas-desus nyata.
"Siapa yang bicara tadi?" Tanya Pak Jeremy, kepala sekolah SMA Nusa Bakti
Senyap. Tidak ada yang berani membuka suara
"Kalo gaada yang ngaku, saya hukum satu sekolah, berdiri disini sampe bel pulang sekolah"
Seluruh siswa penghuni XI Ips 3 tak juga memberikan jawaban meskipun mereka tau, Bams, salah satu teman sekelas mereka yang berujar.
Setelah menggemparkan upacara minggu lalu karna kentut, sekarang Bams kembali menggagalkannya. Lebih gila dari sebelumnya.
Gea dan Geri yang berbaris bersebrangan saling pandang sebentar lalu menatap seseorang yang berdiri disamping Geri dengan tajam.
Bams.
Bambang Aditama Budiman. Orangnya tidak sealim nama yang disandangnya. Alih-alih bersifat budiman, Bams justru bersifat barbar.
Lelaki dengan ciri khas bandana kain dikepalanya tersebut terkekeh geli karna lagi-lagi upacara menjadi gaduh karena ulahnya.
Jiwa jahil Geri meronta-ronta ingin dituntaskan.
Untuk memastikan, lelaki bernama lengkap Geri Putra Nugraha tersebut mengamati Bams yang masih cikikikan.
Geri mengangkat tangannya tinggi-tinggi "Pak! Saya tau yang ngomong tad!"
Bams menendang lutut bagian dalam Geri membuat lelaki itu terduduk diatas aspal, dan kembali berdiri. Geri mengerti, itu bentuk protesan Bams agar lelaki itu tak melaporkannya, namun biar saja, Geri akan pura-pura tidak mengerti
"Siapa Geri?"
"Bams pak! Bambang! Tadi dia bilang ke saya mau bantuin bapak kasih amanat didepan!" Balas Geri dengan teriakan
"Bohong! Geri bohong pak, jangan percaya, musyrik!" Elak Bams dan menatap tajam Geri
"Lo yang bohong, gue tuh jujur anaknya, gak pernah sekali bohong"
"Iya, bohong lo gak pernah sekali, tapi berkali-kali"
"Itu tau. Tapi kali ini gue ngomong jujur. Lo yang ngomong kan tadi?" Tunjuk Geri
"Yaa iya sih, tapi gak perlu lo beberin juga. Mereka aja diem kenapa lo ngomong?"
"Inget masalah kentut senin kemaren? Alisha laporin lo dan balesan lo apa? Lo buat satu kelas dihukum bareng-bareng!" Balas Geri sengit
Saat akan menyela, sebuah intrupsi yang berasal dari pengeras suara menghentikan ocehan keduanya
"Geri! Bams! Kayaknya amanat kali ini bakal lebih bagus kalo kalian yang sampein" titah pak Jeremy mutlak
"Kok saya kena sih pak? Bapak kan nanya, saya jawab, dan bapak gak bilang kalo yang laporin juga bakal dihukum. Bams aja, kan dia yang bilang tadi." Protes Geri. Telinga kirinya terasa panas, begitu menoleh, voilaa, Gea sedang mempelototinya.
"Kok gue? Lo juga dong! Kalo lo gak ember, gue gak bakal dihukum!" Balas Bams sengit
"Kalian berdua! Silahkan maju kedepan, jangan buat teman-teman kalian menunggu" itu kalimat terakhir sebelum pak Jeremy turun dari podiumnya dan ikut berbaris bersama guru juga staf
Perlahan Bams melangkah bersama Geri dan sesekali saling dorong-mendorong
"Kasih motivasi temen-temennya supaya giat belajarnya" suruh pak Jeremy begitu kedua sahabat karib tersebut berdiri dibelakang stand microfon
"Lo yang pidato"
Bams menoleh dramatis "Gue yang lo khianatin, dan gue juga yang lo suruh pidato?" Bams geleng-geleng
"Bener-bener gak ada otaknya lo. Kenapa gak lo aja?" Usul Bams
"Gue lo suruh pidato? Gue masih punya malu yah buat malu-maluin diri sendiri. Gak liat lo cewek gue dari tadi nunduk terus karna malu cowoknya berdiri disini?"
Bams melengos, Geri mendengus
"Yaudah gue yang pidato" putus Geri
"Selamat pagi kakak cantik, neng manis, dede emesh yang saya cintai dan mencintai saya. Selamat pagi juga untuk Gea Amanda Prasetya, kekasih hati saya yang sekarang lagi sibuk meyakinkan banyak orang kalo dia gak kenal saya, pagi Gea." Geri membuka sesi pidatonya dengan hiperbola dan ceria, penuh percaya diri.
"Seberhubung kemarin adalah hari ulang tahun kepala sekolah tercinta kita, maka dari itu, saya perwakilan dari siswa Nusa Bakti akan mengumumkan! SEKOLAH AKAN DILIBURKAN SELAMA SATU TAHUN, DAN NILAI KITA DIATAS KKM!"
Bams mengumpat keras-keras melihat tingkah manusia disampingnya. Ditempatnya berdiri Gea sudah pura-pura hendak pingsan saja karna malu
"Saya gak ulang tahun!" seru Jeremy ditempatnya berdiri
Geri menoleh "Lho, kan kemaren bapak bisik-bisik ke saya. bukannya itu kan tujuan bapak nyuruh saya pidato disini sekarang?"
Gea menutup wajahnya dengan kedua tangan putihnya, malu dan bergumam "Gue pengen pura-pura pingsan aja kalo kayak gini"
Sarah menoleh "Yaudah, nanti pasti dibawa ke UKS"
"Gue takut ketawa begitu diangkat" jawabnya
"Setuju nggak!" Teriak Geri lagi
"Setuju!"
Pak Jeremy naik keatas podium dan menjewer telinga Geri juga Bams kuat.
"Ini salah satu contoh yang tidak pantes ditiru!" Ultimatum pak Jeremy pada semua peserta didiknya.
"Aw pak!" Ringis Bams, padahal cowok itu hanya diam diatas podium, namun kena jeweran.
"Adegan ini cuma bisa dilakuin sama orang yang urat malunya udah putus" ujar Geri mengingatkan teman-temannya.
"Sememalukan apapun kita, tetep bisa berguna buat orang lain. Paling nggak kita berguna sebagai orang yang yang ga pantes ditiru" Bams menimpali
"Gitu banget temen lo" tunjuk Sarah pada Bagas
Bagas menggeleng "Bukan temen gue."
***
Bagas meletakkan cappucino double ekspreso miliknya diatas meja yang sudah diisi oleh Gea yang sedang makan kacang rebus, dan Sarah yang makan kuaci
"Belom selesai juga mereka?"
Gea melirik sekilas kearah Geri yang sedang menyapu lapangan dengan Bams. Ya, kedua lelaki itu mendapat hukuman menyapu semua lahan di sekolah.
"Belom" Gea menggeleng dan kembali membuka kacang, membuang kulitnya sembarang dan memakannya
"Gea! Jangan nyampah dong!" Sentak Geri jengah, pasalnya sejak tadi kekasihnya itu membuang kulit kacang sembarang arah.
"Terlalu monoton Geri kalo lo sapu lapangan yang bersih." Timpal Gea seadanya dan kembali membuka kacang
"Lo juga Sarah! Gak bosen lo makan kuaci?" Sangsi Bams
Sarah menoleh "Boring sebenernya, bingung juga. Kenapa pihak yang buat kuaci itu gak bikin bentukan yang besar dikit. Kenyang kaga gue makan ini, bosen iya"
"Kalo gitu jangan dimakan. Dan yang paling penting jangan nyampah! Gue cape daritadi!"
"Gue dibeliin Gea, sayang kalo gak dimakan" Sarah menunjuk Gea
"Bagas! Bantuin kek, liat temennya susah gak ada empatynya sama sekali lo"
Bagas menatap Geri, lalu mengangkat kedua bahunya acuh "Males. Gue alergi ultraviolet"
"Geaaaaaa!"
Gea terbahak mendengar teriakan melengking Geri karna gadis itu kembali membuang kulit kacang ke lapangan. Bukan hanya Gea, namun beberapa pasang mata yang sudah mengklaim bagian dari GEGER couple tersebut terkekeh geli.
Sarah meraih satu dari lima botol yakult yang berada diatas meja, saat akan mengocoknya, Bagas melarang
"Jangan dikocok norak"
"Kenapa?"
"Yakult itu mengandung bakteri baik, coba kalo lo kocok terus bakterinya pusing dan berubah jadi bakteri jahat? Kan gak etis"
"Bisa aja akang gendang" Sarah terkekeh
"Mbak!" Bagas mengangkat tangannya "Pesen back show yah!"
"Menu baru?" Beo Gea
Bagas menggeleng "Dari dulu juga udah ada menu itu"
"Gue baru denger"
"Sama" Sarah mengangguk
Bagas meminum cappucino double ekspreso miliknya, dan mulai menjelaskan "Kalian pernah denger bakso?"
"Pernah/pernah"
"Nah itu yang gue pesen tadi. Cuma versi bahasa inggrisnya"
"Sok sekali anda" Gea mencibir dan meraih ponselnya diatas meja
"Bukan sok, gue cuma mengamalkan apa yang gue pelajari selama 3 jam belajar dikelas" alibi Bagas
"Belajar apa tadi?" Tanya Sarah
"Bahasa inggris"
"Kalo bahasa inggrisnya bakwan apa?" Gea mengangkat bakwan dingin dari dalam wadah
"Back one"
"Kalo mie ayam?" Tambah Sarah
"Me I am"
"Soto?"
"Show to"
"Mie goreng?"
"Me go range"
"Pangsit ayam?"
"Fan sit I am"
Gea mengangkat tangannya "Aku sayang kamu?"
"Bullshit" jawab Bagas telak
"Woy! Minum!" Sentak Bams dan membuang sapu lidi ditangannya
"Gak ada minum sebelum kalian beresin hukuman kalian!"
Mendengar perintah tersebut Bams buru-buru meraih sapunya kembali dan mengedarkan pandangan. Tidak ada pak Jeremy disekitar mereka, dikoridor juga tidak ada, dikantin apalagi. Tapi darimana datangnya suara tersebut?
"Diatas lo" beritahu Geri yang sudah lelah, cowok itu butuh istirahat
Bams mendongak dan saat itulah pandangannya bertubrukan dengan netra coklat tua milik Pak Jeremy. Pria itu sedang berdiri menjulang dengan memandang tegas kearah mereka.
"Kerjain yang bener Bams! Atau hukuman kalian bapak tambah jadi dua hari!" Ancamnya
"Iya pak nggak"
Gea menjulurkan lidahnya meledek Geri yang berdiri ditengah panas. Kasihan? Geri bukan pengemis yang harus dikasiani
"Sg lo korean mulu" cibir Gea dan meletakkan ponselnya diatas meja
"Gue kan kpopers" jawab Sarah
"Masih Sar?" Tanya Bagas
"Suka sama cowok korea bukan penyakit!" Kesal Sarah "Wibu uploadnya anime. Gamers uploadnya pasti seputar game. Seniman juga updatenya tentang karya. Masa gue kpopers uploadnya katalog tupperware? Kan gak mungkin!"
Gea berkedip dan menatap Bagas disebrangnya "Tau lo Gas, kaya gitu aja ditanyain. Logika lo dimana sih? Gelud aja ayo kita"
Bagas mengangguk dan menyesap minumannya "Girls always right"
"Ya, cewek selalu dikanan" jawab Sarah
Bagas hampir saja menyemburkan kembali minuman yang sudah sampai di kerongkongannya begitu melihat tingkah kedua temannya didepan sana.
Baik Geri maupun Bams bergoyang heboh ditengah lapangan dengan Geri yang bernyanyi-
"Yo wes ben nduwe bojo sing galak
Yo wes ben sing omongane sengak
Seneng nggawe aku susah
Nanging aku wegah pisah"
"Bangsat Geri. Kalo kayak gini caranya gue gak bisa tinggal diem!" Gea meremas kemasan yakult dalam sekali remasan "Kasian diem kalo ditinggalin"
"Orang kaya mereka emang gak cukup kalo cuma disentil ginjalnya. Kita juga harus sentil usus besarnya, usul kecil, jantung, paru-paru, hati, bahkan sampe ke tulang rusuk 12 jari mereka" Sarah geleng-geleng kepala
Gea meraih kantong plastik hitam diatas meja dan berjalan kearah Geri yang masih setia berjoget ditengah teriknya matahari
"Yo wes ben nduwe bojo sing galak
Yo wes ben sing omongane sengak
Seneng nggawe aku susah
Nanging aku wegah pisah"
Karna jengah, Gea membalik plastik hitam ditangannya dan seluruh isian didalamnya berdesakan keluar. Kulit kacang dan kuaci yang sudah Gea kumpulkan kini berserakan diatas lapangan
"Macan betina himalayaaaa!" Pekik Bams shock.
Geri menatap hampa lapangan yang sudah bersih kini kembali berantakan oleh perempuan yang bahkan tingginya saja tidak mencapai pundak lelaki itu.
"Kenapa lo lakuin ini semua sama gue Ge?" Geri mendramatisir
"Biar sama kaya lagunya Ger, bojo galak kan?"