Chereads / Lachryma : Resurrection / Chapter 3 - Pendeta Suci

Chapter 3 - Pendeta Suci

Bertahun-tahun kemudian, para Pendeta Suci disumpah seumur hidup untuk hidup sendiri dan penuh misteri. Mereka akan 'membaca' kurios setiap orang di tempat yang berbeda-beda namun dalam waktu yang sama setiap tahun. Selalu saat malam bulan berdiri tegak di atas kepala ukuran yang dua kali lebih besar dari biasanya. Pendeta Suci selalu terlahir lima dengan simbol yang berbeda di dahi mereka. Tidak selalu perempuan terkadang laki-laki pun terlahir sebagai Pendeta Suci walau ini jarang terjadi.

Pendeta Suci memiliki kuil utama di setiap negara namun mereka selalu pengembara setiap tahunnya. Pada bulan-bulan sebelum upacara mereka akan menghabiskan waktu di negara kelahiran mereka. Biasanya negara dengan kelahiran Pendeta Suci akan mendapatkan kemakmuran dan terang sepanjang tahun, sementara yang tidak akan berkoalisi dengan negara yang mempunyai Pendeta Suci pada masanya.

Tahun itu, seorang Pendeta Suci dengan simbol bulan di dahinya berhenti di kota Gracia. Salah satu kota besar di Yunan. Kota itu selalu ramai karena terletak di jalur perdagangan penting negara Yunan.

Amaris, Pendeta Suci Bulan turun dari kereta kudanya. Gadis itu memakai jubah putih dengan garis ungu keperakan. Matanya berwarna biru gelap.

Seorang penjaga bernama Ela memberi membungkuk di depan Amaris dan mempersilahkan Amarise untuk masuk ke penginapan itu. Penginapan itu adalah penginapan terbaik di kota Gracia itu. Karena ini adalah kota perdagangan tentunya banyak pedagang di dalam sana. Ketika Amaris masuk, sang pemilik penginapan dengan ramah mengantarkan rombongan ini ke kamar mereka yang di dalamnya juga sudah tersedia makan malam sesuai dengan instruksi dari kuil.

Ketika pemilik penginapan pergi, Amarise membuka tudung jubahnya dan memperlihatkan rambut silver keperakan. Amarise duduk di meja makan dengan Ela. Mereka membuka jubah mereka dan duduk untuk memulai makan malam.

"Pendeta, apakah anda suka dengan penginapan ini?"

Amarise mengangguk dan tersenyum mengiyakan Ela. "Ela, tidak penting dimana kita menginap. Karena upacara adalah yang terpenting."

Ela pun mengangguk mengerti dengan hal itu. "Ah, pendeta kapankah anda akan melakukan upacara itu? Pemimpin kota ini, tuan Grand Duke sudah mengirim surat bahwa ia telah memberikan pengumuman bahwa upacara akan diadakan di kota ini dan setiap anak yang memiliki 'keunikan' akan di kumpulkan di amphiteater (1) kota. Tuan Grand Duke juga menanyakan kapankah upacara akan di laksanakan?"

Amarise terdiam sebentar untuk menikmati makan malamnya. "Ela, kita semua tahu bahwa haruslah Penyihir Agung yang menentukan."

Penyihir Agung adalah seorang penyihir dengan kekuatan tertinggi yang dapat meramal dan memprediksi kedepannya. Jika Pendeta Suci bisa laki-laki atau perempuan namun Penyihir Agung selalu perempuan dengan fisik yang hampir sama seperti pendahulu-pendahulunya. Rambut hitam dengan ekspresi datar.

"Apakah belum ada kabar dari Penyihir Agung, nona ?"

"Mengapa kau tergesa-gesa Ela."

Ela pun menghela nafasnya dengan bahu terkulai. "Musim dingin sudah dimulai. Ini sedikit terlambat dari waktunya, nona."

"Ah. Aku yakin sebentar lagi, Abisinia akan memberi kabar."

"Nona, em.. Apakah anda boleh memanggil Penyihir Agung dengan namanya seperti itu? Ku dengar Penyihir Agung tidak terlalu suka dipanggil dengan nam--"

Sebuah aura berwarna biru gelap mulai memenuhi ruangan. Aura biru gelap itu berpusar di depan Pendeta Suci Amarise dan memproyeksikan seorang gadis berambut gelap dengan wajah mirip dengan Pendeta Suci Amarise.

"Sudah kukatakan. Kucing memang selalu menjawab walau pemarah" Amaris menopang wajahnya dengan tangan dan tersenyum ke arah Abisinia (2) yang menatapnya balik dengan ekspresi marah.

"Kau sangat kurang ajar seperti biasa Amarise." kata Abisinia dengan ekspresi datar.

"Dan kau selalu menggemaskan."

"Bukan berarti kau kembaran ku, kau bisa berbuat kurang ajar!"

Amaris pun hanya menjawabnya dengan tertawa, menertawakan kembarannya yang menatapnya dengan kesal.

Abisinia menghela nafas panjang dan tidak bisa menyembunyikan ekspresi kesalnya. "Upacara itu harus besok malam tepat di malam hari-"

Ela pun bangkit dari kursiny dan terburu-buru mengambil jubahnya. "Nona, sepertinya-"

Amarise pun mengangguk dan tersenyum pada Ela, "Ela kau sepertinya harus berlari."

Ela pun berlari keluar kamar, meninggalkan Amarise sendiri dengan proyeksi Abisinia. Walau tidak bisa di katakan sendiri, karena pasti ada pengawal lain yang berdiri di depan pintu.

Amarise pun kembali menatap Abisinia dengan serius.

"Jika kau belum menutup sihir ini, pastinya ada hal lain kan? Abisinia."

Abisinia pun mulai mengatakan keseluruhan ramalannya.

_________

(1) Amphiteater, Amfiteater atau ampiteater adalah sebuah gelanggang terbuka yang digunakan untuk pertunjukan hiburan dan pertunjukan seni.

(2) Abisinia, salah satu ras kucing berbulu pendek tertua yang pernah diketahui.