Pelajaran yang begitu membosankan bagi pemuda yang sedang menelungkupkan kepala di antara lilatan kedua lengannya. Sudah dua jam berlalu tetapi tidak membuat sang guru lelah berbicara,menjelaskan materi - materi di depan kelas. Selama itu juga ia tertidur pulas tanpa bergerak dari posisi awal. Semalaman ia tidak tidur karena harus lembur bekerja. Ia tidak akan menyia - nyiakan waktu tidur yang sangat berharga ini.
Mana peduli jika ada guru,toh guru saja tidak berani membangunkannya. Padahal ia tahu jika salah satu anak muridnya sedang terlelap.
Ia tahu apa yang akan terjadi membangunkan Ardian jika sudah terlelap seperti ini. Lebih baik ia biarkan saja,dari pada harus menanggung akibatnya.
Ardian sedikit menggoyangkan kepala di antara lipatan lengan,kebiasaannya ketika bangun tidur. Kemudian mengangkat kepala,mengerjapkan mata beberapa kali guna menyesuaikan cahaya masuk melalui retina. Mengusap wajahnya dengan telapak tangan lalu merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
Ardian melirik jam tangan yang bertengger di lengan sebelah kiri,jam sudah menunjukkan pukul 10.10. Sudah cukup baginya untuk waktu tidur siang ralat pengganti tidur malamnya.
Ia bangkit dari bangku yang di dudukinya kemudian berjalan keluar kelas tanpa menghiraukan sang guru yang terus memanggil namanya. Tidak sopan memang, yah begitulah Ardian.
Tujuan Ardian sekarang hanyalah ingin menghisap rokok di taman belakang. Tetapi tidak seru jika sendirian, pikirnya mungkin bersama teman - temannya lebih menyenangkan. Sekalian lewat di depan kelas Allex dan untuk teman - temannya yang lain cukup mengirimkan pesan saja.
Ardian sudah sampai di depan kelas Allex. Ia berdiri di depan pintu kelas lalu mengetuknya beberapa kali.
"Alleeex..."teriaknya memanggil nama Allex, tidak peduli jika ada guru yang sedang menjelaskan pelajaran di depan kelas. Allex menyadarinya tersenyum tipis.
"Taman belakang!!"pemuda itu mengangguk menanggapinya kemudian berjalan keluar meninggalkan kelas. Hanya gelengan kepala yang bisa di lakukan Pak Tono melihat kelakukan mereka berdua. Mengomeli mereka sampai mulut berbusa pun tidak ada gunanya,toh Mereka tetap saja akan mengulangi kesalahan yang sama. Lebih baik ia biarkan saja,yang rugi mereka sendiri.
"Untung aja lo jemput gue,kalau enggak bisa mati otak gue dengerin si 'pak tua' ngoceh."keluh pemuda itu.
"Kenapa lo gak jemput gue dari tadi Iyan?"tanya Allex yang berusaha menyamai langkah Ardian. Karena tinggi badan mereka yang berbeda jauh membuat Allex ketinggalan jauh.
"Biasa, tidur."jawab Ardian seadanya.
♡♡♡
"Mancis Vin!!"teriak pemuda bersurai coklat tua yang sedang duduk di bangku taman. Sebatang rokok sudah berada di genggamannya,siap untuk dinyalakan.
Vino melempar pematik api yang diinginkan pemuda itu. Dengan sebelah tangannya yang kosong Ardian menangkap benda itu dengan sigap.
Disinilah mereka berada sekarang, taman belakang sekolah. Empat orang pemuda tampan berandalan sekolah, yang kerjanya hanya membully siswa lain,merokok dan masih banyak kenakalan lagi yang mereka lakukan.
Keempatnya memiliki wajah yang bisa di katakan tampan, tetapi sangat disayangkan siswi malah menganggap wajah mereka itu menyeramkan. Bukan menyeramkan seperti hantu atau lainnya, tetapi menyeramkan karena mimik wajah dingin mereka.
"Minggu depan libur panjang akhir tahun."gumam Reyhan seraya memainkan botol minuman berada di genggamannya.
Seluruh pasang mata menoleh menatap Reyhan. Pemuda itu tampak tidak menyukai libur panjang ini. Terlihat sekali dari raut wajah yang di tunjukkan.
Ardian,Allex dan Vino menyadari kemana arah pembicaraan ini. Semua siswa atau siswi sangat menyukai libur panjang akhir tahun yang di lakukan setiap tahunnya. Tetapi tidak dengan empat pemuda berandalan sekolah yang malah membenci itu.
Keempatnya sama - sama mempunyai hubungan yang renggang atau buruk dengan keluarga masing - masing. Entah itu hanya kebetulan Tuhan mempertemukan mereka yang bernasib sama.
Ardian Alana putra, anak dari ketua yayasan sekolah yang ia tempati sekarang. Itu sebabnya tidak ada yang berani mengganggu atau mengusiknya, sebenarnya bukan karena ia anak ketua yayasan melainkan karena berandalan sekolah yang menakutkan.
Orang tua Ardian pemilik perusahaan terbesar di Bandung dan masih banyak lagi cabang - cabang perusahaan milik orang tuanya di kota - kota lain. Keduanya sangat di sibukkan dengan berbagai pekerjaan.
Lalu kenapa ia sekolah di Jakarta?
Kenapa ia bekerja kalau anak orang kaya?
Lalu ia di Jakarta tinggal bersama siapa?
Ardian sekolah di Jakarta itu adalah keinginannya sendiri. Penyebabnya karena ia ingin menghindari adik laki - lakinya yang baru berusia lima tahun.
Adiknya lahir saat ia duduk di bangku SMP. Mendengar berita dari banyak orang kalau mempunyai seorang adik itu sangatlah tidak enak dan membosankan.
Oh ayolah, anak berumur dua belas tahun masih sangat mudah untuk di pengaruhi oleh perkataan orang lain.
Apalagi saat itu ia masih sangat labil untuk mengambil sebuah keputusan besar.
Awalnya orang tua Ardian tidak mengijinkan Ardian pindah sekolah dan tinggal sendiri di kota sebesar itu. Masih terlalu kecil untuk anak seumurannya tinggal sendirian. Ardian terus berusaha meyakinkan kedua orang tuanya,sampai pada akhirnya ia mendapatkan izin itu.
Selama lima tahun itu pula Ardian tidak pernah bertemu dengan sang adik. Ia pun tidak tahu bagaimana wajah menggemaskan adiknya. Saat liburan akhir tahun tiba biasanya ia tidak pulang ke Bandung. Kedua orang tua Ardian yang datang menemuinya, hanya sekedar melepas kerinduan.
Tetapi liburan tahun ini orang tuanya sangat mengharapkan Ardian untuk pulang. Mendengar sang Ibu memohon padanya, Ardian menjadi tidak tega dan memutuskan untuk pulang.
Ardian bekerja hanya untuk mengisi waktu luang di malam hari. Dari pada harus berkutat dengan buku - buku yang membosankan, lebih baik ia bekerja kan?
Ardian tidak sendiri bekerja, tentunya bersama ketiga sahabatnya sekaligus teman - teman kenakalannya.
Pastinya setiap bulannya Ardian di beri uang bulanan oleh orang tuanya. Uang hasil kerjanya ia gunakan untuk berfoya -foya, seperti membeli rokok dan minuman - minuman.
Untuk tempat tinggal, tentunya Ardian tidak akan di biarkan tinggal di tempat biasa. Apartemen mewah yang sudah di huninya selama lima tahun itu di belikan sang Ayah tepat ketika hari kelahiran sang adik.
"Gue dipaksa pulang sama nyokap,"Ardian membuang putung rokok yang masih tersisa setengah. Mood baik nya tiba - tiba saja hilang ketika membahas liburan sialan ini.
"Gue pulang cuma buat ngeliat mereka berdua bertengkar,"Allex akhirnya bersuara setelah beberapa menit termenung. Menampilkan raut wajah akan amarah dan kesedihan bercampur aduk.
"Gue pulang pun gak akan dianggap, dua - dua nya sibuk kerja."giliran Reyhan yang kembali bersuara setelah beberapa menit terdiam.
"Apalagi gue, pulang pun bingung mau kemana? Kerumah Papa atau Mama,"Vino memejamkan mata guna mengurangi rasa sesak yang tiba - tiba saja menghampiri dadanya. Di antara mereka berempat hidup Vino lah yang paling menyedihkan. Kedua orang tuanya yang sudah berpisah saat ia masih duduk di bangku SD.
"Hanya 2 minggu saja, setelah itu kita bebas lagi!!"Allex berusaha menyemangati ketiga temannya. Mereka harus bersabar, hanya 2 minggu saja kan. Itu tidak lama kan?
Ardian membuang napas kuat setelah itu ia tersenyum tipis menanggapi ucapan Allex. Allex benar kan, hanya dua minggu saja. Setelah itu mereka bebas kembali.
Vino mengangguk setelah itu membuang asal botol minuman yang ia genggam sedari tadi.
"Aww..."terdengar erangan kecil akibat botol yang dilempar Reyhan.
Ardian tersenyum nakal lalu mengacak pelan surai coklat tuanya, astaga menambah ketampanannya. "Mari kita nikmati sisa hari - hari ini teman - teman,sebelum hari kesedihan itu tiba!!"semua mengangguk menanggapi ucapan Ardian. Tentu mereka mengerti apa maksud ucapan Ardian.