"Aduuh siapa sih yang buang sampah sembarangan, gak sopan!! Mana kenak kepala saya lagi,"gumamnya, berbicara pada dirinya sendiri. Botol minuman dengan santainya menyapa kepala berharganya. Ingatkan dia untuk memarahi orang yang melempar botol minuman ini.
"Heh lo?!!"suara panggilan yang tidak sopan menurutnya. Tetapi ia tetap membalikkan badan untuk melihat siapa orang itu. Oh ternyata bukan hanya seorang, mereka berempat.
"Saya?"tanyanya pelan seraya menunjuk dirinya.
Allex memutar bola mata malas mendengar pertanyaan bodoh itu, "Iya elo lah, mau siapa lagi nyet?"Vino terkekeh pelan mendengar jawaban Allex, terdengar lucu.
"Owh, saya pikir kamu manggil yang lain." Balasnya santai.
"Lo bodoh atau apa sih huh? Lo liat ada orang gak di sini selain lo?"
Melihat sekelilingnya yang kosong, tidak ada siapa pun disini kecuali mereka berlima. Kemudian ia tertawa bodoh sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Ardian tersenyum tipis melihat tingkah bodoh anak di hadapannya ini. Sepertinya, Ardian baru melihatnya. Apa anak bodoh ini anak baru?
"Coba kenalin diri lo!!"ucap Vino dengan nada tenang.
Ia terdiam cukup lama untuk mencerna ucapan Vino tadi, setelah paham ia mulai memperkenalkan diri, "Nama saya Tino Aditya, kalian bisa manggil saya Tino. Saya baru disini, hari ini hari pertama saya masuk."ocehnya panjang lebar tetapi tetap berusaha untuk sopan.
"Bukannya minggu depan itu udah libur ya? Kenapa udah ada murid baru aja?"Ardian dan Vino mengedikkan bahu mendengar pertanyaan Allex. Reyhan sendiri sudah menghilang entah kemana sejak Vino menyuruh anak itu memperkenalkan dirinya.
Kalau ia anak baru itu artinya harus ada penyambutan untuknya. Tapi mereka bingung mulai dari mana?
"Tadi gue gak sengaja nginjek lumpur, bersihin sepatu gue!!"Vino mengangkat sepatunya, sebenarnya tidak kotor sama sekali. Hanya sekedar mengetes saja.
"Saya tidak mau, kamu kan bisa membersihkannya sendiri. Lagian saya tidak melihat sepatu kamu kotor tuh ,"
"Lo gak mau ngelakuin apa yang gue suruh?"tanyanya dengan nada tenang namun syarat akan amarah.
Tangan Ardian terangkat kemudian menarik kasar rambut Tino, mengabaikan ringisan dari anak itu. Tino terkejut dengan perlakuan Ardian yang sangat kasar.
"Lo anak baru aja songong!!"bentaknya tepat di hadapan wajah Tino.
Tino hanya diam, sebelah tangannya menahan tarikan Ardian. Demi apapun tarikan itu membuat kepalanya pusing. Dan sudah ia pastikan kalau rambutnya akan rontok sebentar lagi.
"Hai anak baru, aku punya hadiah untukmu." Reyhan kembali setelah menghilang beberapa menit tadi. Sebuah ember berukuran sedang berada di genggamannya, entah dari mana ia mendapatkan itu.
Ardian melepas cengkraman pada rambut Tino mendorongnya kasar membuat anak itu terjatuh, kemudian ia menjauh. Tahu apa yang akan dilakukan Reyhan selanjutnya. Dan...
Byuuur
Reyhan menumpahkan seluruh isi di dalam ember itu tanpa menyisakannya. Lumpur coklat berbau busuk mengalir di seluruh tubuh anak itu. Setelah itu Ardian dan teman - temannya tertawa bahagia atas penderitaan Tino.
Mati - matian Tino menahan malu karena ia menjadi pusat perhatian seluruh siswa sekolah ini. Bel istirahat pertama baru saja berbunyi, membuat seluruh siswa sekolah itu berkumpul di taman belakang sekolah karena mendengar keributan.
"Sekarang lo boleh pergi, cepat sebelum gue hajar lagi lo karena buat perut gue melilit!!"usir Reyhan setelah berhenti tertawa. Padahal itu ulahnya sendiri.
Tino berdiri dengan menunduk dalam, seluruh siswa memandangnya dengan tatapan sendu. mereka ingin membantu tapi rasa takut juga mereka rasakan. Takut jika mereka akan bernasib sama dengannya.
♡♡♡
Bel pulang baru saja berbunyi, suasana sekolah riuh akibat teriakan siswa saat hari terakhir mereka sekolah sebelum mereka libur panjang. Ada yang melompat kegirangan karena terlalu senang, bahkan ada yang berteriak kencang di lantai dua. Oh ayolah, itu tidak lucu bagi berandalan - berandalan sekolah seperti mereka.
Byuuur
Semangkuk mie goreng menghiasi kepala anak yang berteriak tadi, itu ulah Ardian. Semangkuk mie yang ia dapatkan dari anak yang baru saja melewatinya tadi. Tentunya langsung diberikan oleh anak pemilik mie itu, kalau tidak ia akan bernasib sama dengan korban - korban yang lain.
"Wah! Rambut lo sama kek mie nya, hahahah!...."tawa Reyhan saat memperhatikan Ardian melakukan aksinya. Tanpa ada rasa kasihan sedikit pun, Ardian menumpahkan seluruh isi mangkuk itu. Deritanya karena mengganggu ketenangan Ardian, mengganggu mood baiknya juga.
"Pergi!!"ucap Ardian dingin dan penuh penekanan.
Belum beberapa langkah anak itu melangkah, kakinya harus tersangkut dengan kaki milik Vino. Sepertinya memang di sengaja untuk membuat anak itu lebih malu lagi. Vino tertawa remeh,lalu berjongkok menyamai tingginya.
"Jangan cari gara - gara lagi bajingan kecil!! kalau gak mau lebih parah lagi dari ini Hmm.....?"seringai mengerikan yang ditunjukkan membuat anak itu menunduk dalam, tidak berani menatap mata pemuda berandalan itu.
Anggukan kecil sebagai jawaban yang di dapatkan Vino, ia pun ikut mengagguk kecil lalu berdiri. Menggoyangkan kepala kecil, memberi kode untuk menyuruh anak malang itu pergi dan langsung saja ia bergegas menjauh dari tempat itu.
"Besok kan kita udah pisah, gimana kalau malam ini kita ngadain party?"usulan Allex membuat ketiganya mengangguk setuju.
"Boleh juga ide lo Lex,"Vino menjentikkan jarinya tanda ia setuju.
Sepertinya Ardian dan Reyhan juga sependapat dengan Allex dan Vino. Untuk mengadakan pesta nanti malam mereka harus membeli beberapa botol minuman dan juga rokok pastinya. Biasanya itu tugas Reyhan dan Allex untuk Ardian dan Vino mereka hanya menunggu dan duduk manis di markas.
Keempatnya mulai berjalan menuju tempat parkiran, dimana mereka memarkirkan mobil masing - masing. Orang tua mereka orang cukup berada, wajar saja mereka pergi sekolah menggunakan mobil yang bukan main harganya. Mereka memasukki mobil masing - masing lalu mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
♡♡♡
Party kecil yang sudah direncanakan mereka sebelumnya akan terlaksanakan sebentar lagi. Hanya tinggal menunggu Reyhan dan Allex yang belum juga datang.
Di sebuah rumah tua yang sudah lama tak terpakai menjadi markas mereka sejak mereka memutuskan untuk bergabung. Rumah tua terbengkalai yang sudah lama tidak dihuni si pemilik.
Banyak orang mengatakan jika di rumah ini sering terdengar suara percakapan atau suara orang tertawa saat di malam hari. Hello? Apa mereka tidak tahu kalau itu suara keempat berandalan tampan itu.
Kadang juga terdengar suara benturan benda keras atau pukulan keras. Saat mendapatkan musuh atau mangsa, keempatnya menyiksa musuh mereka disini tanpa ampun. Jika sudah puas dengan siksaan yang di berikan, mereka akan membersihkan jejak darah atau apalah yang tidak akan membuat polisi curiga.
Ardian dan vino mendengar suara derap langkah kaki diperlambat. Ardian menatap Vino dengan tatapan memberi kode untuk tetap siaga. Bisa saja itu polisi yang ingin menangkap mereka. Vino mengangguk kemudian mengambil sebatang balok bambu berukuran cukup besar tepat di belakang pintu.
Sedangkan Ardian sudah menggenggam erat tongkat kesayangannya kemudian berdiri tepat di samping kanan pintu dan Vino di samping kiri.
Saat knop pintu itu berbunyi Ardian dan Vino kompak mengangkat balok kayu dan tongkat mereka secara bersamaan.