Tertinggal beberapa hari lagi ujian itu terjadi. Apakah ada yg tahu ujiannya Itu sangatlah mengerikan. Di ujian itu kami hanya ada kesempatan kecil untuk tetap hidup. Berbagai bahaya terdapat didalam ujian ini. Aku tidak tau mengapa ada semacam ujian ini tapi ya sudahlah.. oh ya ujian ini dilakukan oleh beberapa kelompok yang akan saling menyerang.
Tugas kami adalah saling bertarung merebutkan sebuah gulungan yang berisi kata Lulus jika tidak kami akan mati.
Tentu saja aku tidak tau pasti gulungan itu letaknya dimana. Aku sangat takut sekali.
Segera aku persiapkan pakaian perangku walaupun kalau aku berubah baju perang magicku hanya bisa Beberapa waktu saja karena aku belum terlalu bisa mengunakan Magicku ini.
Kemudian aku mengambil sedikit makanan,Mantel,aku tidak membawa Hp karena terlalu berbahaya membawanya, Aku membawa Pedangku dan perisaiku.
Pedang dan perisaiku ini bisa menjadi kecil yaitu menjadi sebuah Kalung.
Hotaru Juga aku pakaikan Baju Perang tetapi bajunya bisa membesar karena Hotaru dapat membesar. Nah saat Itu Rani bilang bahwa Hotaru masih bayi tetapi itu salah Hotaru sebenarnya berumur dewasa tetapi dia bisa mengubah wujudnya menjadi kecil. Aku siap tetapi aku sedikit takut . Aku pun berdoa
"Ya Allah tolong biarkan kami tetap hidup. "Ucapku sambil memejamkan mata. Setelah berdoa tiba tiba aku merasa harus membawa beberapa ramuan seperti penyembuh,racun,dan lain lain.
Setelah selesai aku menuliskan sebuah tulisan dikaca ramuanku agar tidak tertukar. Aku membawa juga botol kosong sebagai persediaan.
Setelah mempersiapkan semuanya aku menaruh tasku didekat kasurku. Terdengar suara ketukan dari luar. Segera aku membukakan pintu ini dan menatap seseorang yang mengetuk pintu ini.
"Apakah sudah siap? "Ucap Arvan yang menatapku lekat. "Ah tentu saja. "Ucapku membalasnya. Kami berdua tersenyum manis. Aku dengan cepat menutup pintu ini dan memakai sepatuku. Arvan yang telah menungguku menghampiriku kemudian mengenggam tanganku. "Ayok kita kekelas. "Ucap Arvan. "Ah tentu.. "ucapku dan membalas genggamannya.
Ia terlihat memperhatikan sebuah kotak ditanganku. "Apa itu? "Tanyanya kepadaku. Kami kini tengah berjalan menuju kelas. "Ah ini? Sebuah makanan! Nanti kita makan bareng ama mereka. "Ucapku sambil tersenyum. Arvan mengangguk patuh. Ia terlihat memperlakukanku dengan manis.
Sesampai dikelas telah ada Lusi dan Farell yang menunggu kami. "Hai guys! "Ucap Lusi yang telah melihat kehadiran kami. Aku tersenyum membalasnya. Lusi yang seakan tau dia segera berseru "apa itu? Makanan? "Ucapnya yang melihat kotak yang aku pegang. "Tentu apa kau mau? "Ucapku sambil membuka isi kotak ini.
Mata Lusi berbinar dan segera mengucap "mauu!!! "Serunya senang. Ia tampak girang memakan cokelat itu. "Akmu bnyamelum pnyamernah ma...kan ini. "Ucapnya yang mulutnya penuh cokelat.
"Ah itu adikku yang membuatnya. "Ucapku sambil memakan perlahan cokelat ini. Arvan dan Farell ikut memakan perlahan cokelat ini. Senyuman manis terpampang diwajahnya.
"Btw gimana ya ujian nanti.. "ucap Lusi dengan nada Lesu. Ia terlihat sedih. "Semoga saja kita setim "ucapku sambil tersenyum. "Kemungkinannya kecil sih tapi semoga saja. "Ucap Farell yang memakan cokelatnya ia menampilkan senyumannya. Ketika melihat senyumannya gelak tawa kami terdengar.
"Apaan itu haha... "Ucap Lusi yang tertawa kencang. Diantara kami bertiga hanya Lusi yang tertawa sangat terbahak. Bagaimana tidak jika kalian ada disini kalian pasti akan tertawa melihat Farell tersenyum dengan giginya yang penuh cokelat itu.
"Mirip gak punya gigi gak sih? "Ucap Arvan yang damagenya sungguh menyayat. "Ehh enak aja! "Ucap Farell yang memerah malu. Aku dan Lusi hanya dapat tertawa saja. Farell dengan cepat membersihkan giginya yang tidak kunjung bersih. "Aduhh
.... Ya ampun.. "ucap Lusi sambil tertawa. Perutku terasa kram sepertinya deh.
Tak lama Zira,Velix dan Erik menghampiri kami.
"Ehh pesta cokelat gak bilang bilang! "Ucap Zira kesal. Ia dengan cepat menyerobot cokelat yang ada dikotak ini.
"Ya ampun dimana sopan santunmu. "Ucap Lusi yang masih terkekeh. "Suka suka saya mah. "Ucap Zira sambil memakan Cokelatnya itu. Aku mengalihkan pandanganku kearah Erik. Masih terasa mencurigakan. Aku merasa aneh ketika melihat ia memperhatikan hani seperti itu.
"Oh ya bagaimana apa kalian diizinkan? "Ucap Velix dengan hati hati. Kami segera saling pandangan terlihat Lusi yang pura pura sedih. Lusi yang tertawa kembali sedih. "A-aku tidak diizinkan.. "ucap lusi yang berpura pura menangis. Zira yang disampingnya terdiam dan mencoba menenangkan Lusi. "Sabarr... Mungkin mereka tidak mau kamu kenapa napa jadi seperti itu. "Ucap Zira yang berusaha menenangkannya.
"Maafkan aku. "Ucap Velix yang sedih ia salah mengucap kan hal. Kami yang terdiam segera tertawa. "Ya ampun hanya bercanda jangan dibawa serius. "Ucap Lusi yang tertawa. Zira yang menatapnya iba segera menjitak Lusi kuat. "Kamu ya! Dasar! "Ucap Zira kesal. Lusi hanya mengampilkan senyuman kelincinya dan meminta ampun. Velix hanya berdengus kesal sedangkan Erik tanpa ekspresi.
Keheningan terjadi seketika kami semua tertawa terbahak kecuali Erik. "Ya ampun ada ada saja. "Ucap Zira yang tertawa. Erik yang berada didekatku tidak sengaja menyentuh pundakku membuat Arvan segera menarikku kesampingnya. Arvan terlihat menatap Erik lekat.
"Sepertinya akan ada pertengkaran nih. "Ucap Zira yang dianggukin dengan Lusi.
Aku hanya dapat menenangkan Arvan yang menghela napas berat.
"Tenang i still love you. "Bisikku tepat ditelinga Arvan.
Bel masuk berdering membuat kami menyelesaikan makan kami dan bersiap dikursi kami sedangkan mereka Zira,Velix dan Erik kembali kekelas mereka. Pada pelajaran ini formulir kemarin harus dikumpulkan. Setelah itu pelajaran kelas dimulai