Chereads / Wonder Academy Magic / Chapter 16 - Don't cry Hani

Chapter 16 - Don't cry Hani

anak kecil minggerr:vv ada adengan kissing:) jadi minggerr🙂🤣

Aku hanya sanggup berlari menyusuri rak rak ini dan menuju rak yang paling tertutup. Segera aku mencoba memasuki pintu yang ada diperpus ini. Pintu yang hanya aku ketahui. Begitu pintu dibuka aku langsung masuk dan berlari dengan kencang.

•

•

•

•

•

•

Aku luangkan waktuku untuk membaca akan tetapi alih alih fokus kedalam buku pikiranku masih berada digadis itu. Gadis yang telah beraninya mengambil semua pikiranku. Mengapa rasanya hatiku gelisah,sedih ketika melihat dia dicaci maki seperti itu. Apa yang terjadi sebelum aku memasuki academy ini. Mengapa semuanya membenci dirinya. Sepertinya aku harus membaca segala agenda yang ada disekolah ini.

Ketika membaca serius mengenai peristiwa yang ada disekolah ini secara tiba tiba aku melihat ia tengah berlari. Ia terlihat sangat kacau. Aku menyipitkan mataku dan terkejut kalah melihat ia menangis dengan sudut bibirnya yang berdarah itu. Hati tampak gelisah ingin menghampirinya dan menanyainya "A-apa yang terjadi? "Gumanku kecil yang melihat gadis itu telah hilang dari pandanganku.

Tak ambil pusing segera aku ikuti kata hatiku. Aku segera mengejarnya dengan cepat. Sempat aku bingung kemana arah gadis itu tetapi setelah melihat beberapa air mata yang ia jatuhkan segera aku mengikuti alur air itu dan juga aku tidak tau mengapa aku menyium semerbak bunga mawar ketika didekatnya.

Aku memelankan langkah kakiku ketika melihat ia telah menghilang dari pandanganku. Aku memutar kepalaku kesamping kiri dan kanan. Sesaat aku melihat sebuah pintu yang amat gelap sepertinya aku belum melihat pintu itu sebelumnya. Segeralah aku melangkahkan kakiku mendekati pintu itu. Semakin mendekati pintu itu semakin aku mencium semerbak bunga mawar yang harum. Mengetahui hal itu dengan cepat aku berlari memasuki pintu itu. Masa bodoh dengan apa yang terjadi utamakan gadis itu.

Setelah memasuki pintu yang gelap ini aku menatap sekitar yang sangat gelap terutama licin. Ruangan ini seakan tak pernah dirawat sama sekali. Berbagai seragam hidup didinding ruangan ini. Rasanya mual melihat ruangan ini yang begitu licin dan kotor. Pertanyaan muncul dari otakku. Apa petugas sekolah tidak mengetahui ruangan ini?

Masa bodoh dengan pertanyaan itu. Aku dengan cepat menjentikan jariku membuat sebuah api berwarna ungu muncul dari jariku. Aku mempercepat langkahku mencari keberadaan gadis itu. Semakin langkahku cepat semakin aku mendengar tangisan dari gadis itu. Sempat aku merasa takut jika aku salah orang tetapi hati ku yakin bahwa itu tangisan dari gadis itu.

Semakin suara itu terdengar jelas terlihatlah sebuah pintu berwarna cokelat gelap dihadapanku. Pintu ini terbuka sedikit. Aku dengan perlahan membuka pintu itu. Suara decitan pintu terdengar nyaring kala aku geser pintu ini. Gadis itu tak memperdulikanku. Ia masih dalam keadaan menangis dengan terduduk lemas. Hatiku terasa teriris melihat gadis itu dalam keadaan mengenaskan.

Aku dengan perlahan mendekati gadis itu. Tinggal beberapa langkah lagi aku dapat mendekatinya. "Hiks ...s-siapa? "Lirihnya dengan takut. Aku perlahan membalikan tubuhnya dan memeluknya erat. "menangislah jika itu membuatmu baik. "Ucapku lembut sambil mengusap kepalanya dan punggungnya. Ia yang terdiam sebentar kemudian tangisnya pecah. Air matanya berderai kencang. "K-k-kenapa hiks...h-hidupku hancur...hiks "ucapnya dengan tangisan.

Aku hanya dapat mengelus punggungnya iba. Hatiku terasa sangat teriris sekali mendengar jeritannya yang pilu seakan jeritan tangis seorang gadis yang telah lama memendam luka yang dalam. "j-jawab mengapa hiks.. "ucapnya yang memukulku pelan. Aku rela membiarkan ia memukulku dan memakiku asalnya itu membuat ia merasa lebih baik. Aku merasa ingin menjaganya dan tak mau mutiara kecil terjatuh dari matanya.

Waktu berlalu tangisnya mulai mereda dan tubuhnya mulai melemah. "Hiks.. "ucapnya sedih. Aku mengusap kepalanya lembut dan mengecup keningnya lembut. "merasa lebih baik? "Ucapku ketika melihat ia mulai merasa tenang. Ia mengangguk kecil dan menatapku. Air matanya terlihat membekas diwajahnya. Matanya sembab sekali. Terukir senyuman tipis diwajahnya kala melihatku.

."T-te-ter-ri.. "ucapnya dengan suaranya yang telah habis. Aku menaruh jariku dibibirnya. "Ssstt.. tidak perlu berkata apapun.. mulai detik ini aku akan menjagamu "ucapku lembut sambil tersenyum. Ia tampak kaget dan terukir senyuman tulus diwajahnya. Aku segera mengusap air mata yang membekas diwajahnya. Setelah itu aku mengambil saputangan dan obat disakuku dan mengobati luka yang ada disudut bibirnya.

Keadaannya masih terlihat lesu. Ketika aku membersihkan darah kering dibibirnya. Aku mulai terpaku dengan bibirnya yang mungil itu. Bibirnya berwarna pink kemerahan dan agak kering akibat menangis terlihat mengairahkan dipikiranku.

Tak dapat menahan napsu. Aku segera mendekati bibirnya dan menciumnya lembut. Ia tampak kaget akan perbuatanku akan tetapi sedetik kemudian ia membalas ciumanku dengan lembut.

Bipp...bipp ... ganti ganti mengapa jadi begini🙂

Ia memelukku erat dan sepertinya pelukannya mulai tidak erat lagi. Aku menatap wajahnya yang ternyata tertidur pulas. Aku sempat memperhatikan wajahnya yang cantik itu. Wajahnya yang polos seakan tak ada dosa. Aku mengangkatnya dengan bridal style dan membawanya pergi dari sini.

Setelah keluar dari perpus aku tak tahu harus membawanya kemana. Aku tidak tau dimana kamarnya tetapi aku tak tega membangunkan ia yang tertidur pulas begini. Wajahnya terlalu damai untuk dibangunkan. Tak ambil pusing aku segera berteleport menuju kamarku. Sesampainya dikamarku aku letakan dirinya dikasurku. Kemudian aku selimutin dia dan mengecup sebentar keningnya. "Aku harap mutiaramu tidak akan lagi jatuh seperti ini. "gumanku kecil sambil menatap wajahnya yang polos.

Langit telah mengelap. Rasa kantukku mulai menyerangku. Segera aku masuk kekamar mandi dan membersihkan diriku yang telah penuh keringat.